MAMUJU (Hidayatullah.or.id) – Ketua Bidang Perkonomian Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Wahyu Rahman menilai entrepreneurship yang berdaya dan memberdayakan dimulai dari mindset yang benar.
Menurutnya, perubahan kepada mindset atau pola pikir yang benar sangat penting yang nantinya membingkai jiwa kewirausahaan agar menjadi pengusaha berdaya dan mampu memberi banyak pada kebaikan umat melalui ritual zakat, infaq, shadaqah.
Hal itu disampaikan Wahyu di hadapan warga di Masjid Al Walidain Komplek Pondok Pesantren Hidayatullah Mamuju, Jalan Abdul Syakur, Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju, Ahad, 11 Shafar 1445 (27/8/2023).
“Umat Islam sangat didorong agar menjadi orang yang ahli ibadah dan mandiri,” katanya.
Dia menyebutkan, kedua perintah tersebut, ibadah dan muamalah, menunjukkan keseimbangan ajaran Islam agar umatnya menjalankan kehidupan yang proporsional dengan kemantapan ikhtiar.
“Untuk bisa beribadah seperti shalat tidak memerlukan modal besar, sedangkan bisa menunaikan zakat yang banyak butuh kemampuan khusus dalam mencari rezeki,” imbuhnya.
Menurut Wahyu, jeli melihat peluang dan merumuskan perencanaan matang serta kuat pondasi ibadah sebagai sandaran spiritualnya kepada Allah adalah modal utama dalam bermuamalah.
“Sebagai penggerak organisasi tentu membutuhkan banyak kekuatan termasuk di antaranya kekuatan finansial,” katanya sambil menyitir spirit ritual Sa’i dilakukan Siti Hajar di tanah gersang yang kemudian menjadi Baitullah sebagai lambang ketegeran seorang muslim dalam berusaha.
“Sa’i atau berlari lari kecil yang dilakukan Siti Hajar sebanyak 7 kali ketika persediaan bekalnya habis setelah ditinggal Nabi Ibrahim,” katanya.
Secara akal sebenarnya cukup 2 atau 3 kali saja, tapi karena tanggung jawab besar Siti Hajar terus melakukan hal itu hingga tercatat dalam sejah ia lakukan sebanyak 7 kali.
“Keajaiban kemudian muncul sumber air dari yang tidak diperhitungkan, melalui hentakan kaki nabi Ismail kecil dan lemah. Kemudian keajaiban munculnya air zam zam itu bisa dinikmati banyak orang di zamannya hingga hari ini,” imbuhnya.
Menjaga Soliditas Meraih Berkah
Maka, tegas Wahyu lebih lanjut, soliditas dalam berwirausaha sangat penting sebagaimana figur Siti Hajar sebagai pengayom rumah tangga bertanggung jawab atas keselamatan dan keberlangsungan hidup Ismail.
Pun demikian Ismail kecil mampu tabah dan sabar dengan kondisi saat itu, karena Ibrahim meninggalkan mereka dalam menjalankan tugas dari Allah ta’ala.
Dari kisah perikehidupan keluarga Nabiulllah Ibrahim ini, terang Wahyu, terdapat setidaknya 2 pelajaran berharga yang dapat diterapkan ke dalam rumah tangga.
Pertama, berkenaan dengan soliditas yang didasari rasa tanggung jawab. Dan, Kedua, adanya saling keterbukaan atau transparansi.
Senada itu, Ketua DPW Hidayatullah Sulbar, Mardhatillah, menyampaikan kegembiraannya atas kedatangan Ustadz Wahyu dan kesempatannya memberikan pengarahan dalam kegiatan yang merupakan salah satu rangkaian Monitoring dan Evaluasi (Monev) DPW Hidayatullah Sulawesi Barat itu.
“Harta yang diberkahi bukan berstandar pada banyaknya saja, di sinilah bedanya antara banyak dan berkah. Berkah memiliki kuantitas dan kualitas yang manfaatnya lebih banyak dan berkepanjangan dalam maslahat kepada umat,” tandas Mardhatillah. */(ybh/ hidayatullah.or.id)