BENGKULU SELATAN (Hidayatullah.or.id) — Gubernur Provinsi Bengkulu Dr. H. Rohidin Mersyah bertandang Kampus Hidayatullah Kabupaten Bengkulu Selatan (Bengsel) pada Sabtu (09/03/2019).
Dalam kunjungannya itu Gubernur Rohidin meluangkan waktu meninjau asrama santri sekaligus menyalurkan bantuan kepada bakal Pondok Pesantren Hidayatullah yang terletak Jalan Tebat Serai III Padang Kapuk, Kelurahan Padang Kapuk, Kecamatan Kota Manna, Bengkulu.
Saat tiba di Pondok Pesantren Hidayatullah, Gubernur disambut hangat Pengurus dan pimpinan Yayasan Hidayatullah Bengkulu. Dalam sambutannya, Gubernur berharap Pondok Pesantren Hidayatullah Bengkulu Selatan terus mengalami perkembangan dan memantapkan kiprahnya di Bumi Rafflesia tersebut.
Gubernur juga mengapresiasi penyelenggaraan kegiatan di pesantrenan tersebut yang kini telah mendirikan asrama santri dan masjid lingkungan. Apalagi pendirian kampus Hidayatullah Bengkulu Selatan tersebut digawangi oleh anak-anak muda.  Pada kesempatan tersebut Gubernur menyalurkan bantuan berupa uang tunai dan Al-Qur’an.
Kiprah pemuda
Di masa awal perlangkahannya, Kampus Hidayatullah Bengkulu Selatan digawangi oleh anak-anak muda. Mereka adalah Julius Hidayat dan Ahmad Maulana yang didampingi seorang anak santri SMA Hidayatullah Bengkulu bernama Muhammad Hamka.
Saat ditugaskan ke wilayah ini pada 10 November 2016 lalu oleh Dewan Pengurus Wilayah Hidayatullah Bengkulu, mereka baru empat bulan lulus SMA yang saat itu sedang menjalani masa pengabdian sebelum masuk ke bangku kuliah.
Dengan dorongan dan motivasi yang selalu digelorakan oleh para guru-gurunya selama bersekolah, Julius dan Maulana akhirnya memutuskan untuk siap untuk merintis di Bengkulu Selatan. Setelah meminta izin dan restu kepada orangtua mereka, esok harinya mereka langsung berangkat ke Bengkulu Selatan.
Sejatinya nama Bengkulu Selatan sudah sering mereka dengar. Tapi mereka belum pernah ke daerah ini. Julius misalnya. Walaupun dirinya berasal dari Kapahiang, ia asing dengan Bengkulu Selatan.
“Tugas ini juga sekaligus kali pertama kami ke Bengkulu Selatan,” katanya dalam obrolan dengan Hidayatullah.or.id, Ahad (10/3/2019).
Debut dakwah pun dimulai. Mereka datang ke Bengkulu Selatan dengan bermodal keberanian dan tawakkal. Meski belum jelas siapa yang akam ditemui, mereka yakin saja. Tempat yang dituju pertama kali adalah masjid. Sebab, memang tak ada orang yang dikenal. Keluarga pun tak ada.
“Pesan Ustadz Subur kepada kami, luruskan niat semata-mata untuk berdakwah dan mengabdi menyebarkan Islam. Jaga ibadah dan akhlak, menjadi teladan. Begitu juga dulu para pendiri Hidayatullah sehingga bisa eksis. Itulah spirit yang selalu kami pegang,” kata Julius.
Selain pesan tersebut, mereka juga didorong oleh semangat dakwah yang telah dicontohkan oleh para pendiri dan dai senior Hidayatullah yang tidak pernah pilih-pilih tugas. Bahkan kebanyakan mereka bukan sarjana. Dimanapun ditugaskan, di situ mereka mengabdi dan memberi manfaat untuk umat.
Sebagai anak muda apalagi baru lulus SMA, keduanya sadar sangat terbatas dan tak memiliki bekal yang memadai terutama kemampuan keilmuan. Namun, mereka mengaku selalu ingat pesan sang guru bahwa tak perlu menunggu sarjana untuk berdakwah.
“Kalau dalam tugas ini antum belum menemukan kenikmatan Islam, cek kembali keihlasannya, pengorbanannya dan komitmennya. Barangkali belum maksimal,” kata Julius, menirukan pesan yang selalu disampaikan Ust Subur Pramudya selaku Ketua DPW Hidayatullah Bengkulu yang menugaskan mereka.
Selama sebelas bulan tinggal di masjid Masjid Baiturrahman yang berada di Kelurahan Pasar Baru Kota Manna, mereka menjadi pengajar TPA Al Qur’an mengajarkan anak-anak sekitar masjid. Menjadi marbot. Mereka juga selalu membantu warga yang butuh bantuan apa saja.
Selain itu, mereka kerap diminta menjadi khatib Jumat antar masjid serta pernah mengadakan kegiatan pelatihan imam khatib Jumat dan khitanan massal dengan bekerjasama dengan lembaga sosial.
Pada akhir bulan Desember 2017 mereka mendapatkan amanah tanah wakaf ± 1 ha dari Bapak Sodik yang berlokasi di Desa Air Kemang, Pino Raya. Selanjutnya pada 10 April 2018 pihaknya kembali mendapatkan amanah tanah hibah ± 3000m2 yang berlokasi di Kelurahan Padang Kapuk, Kota Manna, dari Bapak Fajar.
Kegiatan rutin yang dilakukan pada saat ini diantaranya menjadi guru ngaji anak-anak dan ibu-ibu di Masjid Al-Mukhlisin, menjual Majalah Hidayatullah, khutbah Jumát, ceramah agama, mencari donatur, silaturrahim ke berbagai tokoh dan masyarakat Bengkulu Selatan serta mengurus anak-anak santri. (ybh/hio)