JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Departemen Luar Negeri Dewan Pengurus Pusat Hidayatullah menggelar Hidayatullah Global Forum 2019 yang berisi mudzakarah peradaban yang digelar di Aula Lantai II Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Jakarta, Selasa (12/11/2019).
Acara ini mengangkat tema “Universitas untuk Apa? Memahami Persoalan-Persoalan Universitas Konvensional dan Mempersiapkan Pemecahan-Pemecahannya Dalam Peradaban Islam”.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Umum DPP Hidayatullah Dr H Nashirul Haq dan pembicara utama Prof Wan Mohd Nor Wan Daud Pendiri CASIS (Center for Advanced Studies on Islam, Science and Civilization) Universiti Teknologi Malaysia serta dipandu oleh Ketua Deplu DPP Hidayatullah Dzikrullah W Pramudya.
Prof Wan Mohd Nor Wan Daud dalam pemaparannya mengemukakan beragam permasalahan yang dihadapi dunia kersarjanaan/ perguruan tinggi dewasa ini beserta solusi pemecahannya.
Menurut Wan, ada problem serius yang menjangkiti apa yang disebutnya dengan “universitas tradisional”. Diantara masalah tersebut adalah adanya kekeliruan dalam memahami Ilmu dan hilangnya adab. “Confusion and error in knowledge (‘Ilm), the loss of Adab,” kutipnya.
Di samping itu, umumnya universitas juga menghadapi kenyataan yang tak kalah serius yaitu minimnya dosen yang berkualitas ulama. Sementara di sisi yang lain, kurangnya kesabaran menjalani proses dalam melahirkan sarjana-sarjana berkualitas yang seharusnya.
Masalah-masalah tersebut semakin kemaruk karena tiadanya kepercayaan diri serta adanya dominasi keharusan merujuk pada standar Barat sekular dalam asas dan mekanisme universitas.
Sebab itu, dia berharap Hidayatullah dapat tampil menghadirkan universitas yang memadai dalam melahirkan sarjana-sarjana muslim tangguh. “Hidayatullah punya waktu dan modal untuk melahirkan bentuk universitas yang otentik Islamnya,” imbuhnya.
Dia menegaskan, bukan melahirkan sesuatu yang baru tapi melanjutkan apa yang sudah dibuat oleh para Nabi dan Rasul serta para ulama penerusnya.
Menurut beliau, Universitas Harvard, Chicago, Oxford bukan besar karena orang tempatan, tapi mereka mengumpulkan akal-akal terbesar dari berbagai peradaban dunia.
“Universitas Hidayatullah akan mengumpulkan akal-akal terbesar dalam peradaban Islam dan dari manapun,” harap Prof Wan.
Ditambahkannya, sebuah universitas seharusnya merupakan gambaran dari manusia universal atau ‘insan kamil’.
Secara sederhana, insan kamil adalah seorang yang sanggup menampakkan sifat-sifat ketuhanan dalam perilakunya dan betul-betul menghayati kesatuan esensialnya dengan wujud Ilahiah tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai seorang hamba dan makhluk-Nya.
Dalam forum ini hadir sejumlah cendekiawan muslim yang juga turut memberikan brainstorming seperti Dr Adian Husaini, Dr. Syamsuddin Arif, Adnin Armas, M.A, Dr Tiar Anwar Bachtiar dan hadirin undangan dari berbagai kalangan. (ybh/hio)