AdvertisementAdvertisement

Kegelisahan yang Produktif dan Menguntungkan

Content Partner

KEGELISAHAN alias galau belakangan bukan hanya banyak orang perbincangkan. Tetapi juga banyak manusia rasakan.

Tak peduli tukang cor atau profesor, pengamen atau presiden, bahkan pedagang kaki lima hingga panglima, semua nyaris terkena satu kondisi ini, kegelisahan.

Orang yang gelisah terus menerus bisa terancam kesehatannya, ya, kesehatan mental.

Harvard Business Review baru saja mempublikasikan hasil studi tentang kesehatan mental di lingkungan kerja, menunjukkan angka kecemasan yang mengkhawatirkan di antara generasi muda.

Pada Penilaian Kesehatan Perguruan Tinggi Nasional Kanada tahun 2016, 65 persen mahasiswa pasca sekolah menengah mengaku menghadapi “kecemasan yang sangat tinggi” selama setahun terakhir, dengan 13 persen di antaranya pernah berpikir untuk mengakhiri hidup mereka. (Sumber: University of Alberta, 28 Januari 2020)

Dalam sebuah survei pula, separuh generasi milenial, yaitu mereka yang berusia antara 24 dan 39 tahun, mengatakan bahwa mereka meninggalkan pekerjaan setidaknya karena alasan kesehatan mental.

Mengapa mental mereka terganggu, apakah karena tidak cerdas? Bukan itu. Sebagian mudah terserang gangguan mental karena obsesi berlebihan terhadap kesenangan duniawi.

Solusi Dahsyat dari Ustadz Abdullah Said

Ustadz Abdullah Said juga memberi perhatian terhadap masalah mental ini, berupa kecemasan dan kegelisahan. Beliau menawarkan solusi konkret agar kegelisahan justru menghadirkan dampak positif.

Seperti yang beliau paparkan dalam Pengajian Malam Jumat di Karang Bugis, Balikpapan, pada 26 Agustus 1982:

“Kita ingin menciptakan lingkungan yang anggota masyarakatnya tidak lagi berkecil hati hanya karena tidak punya rumah bagus. Tidak merasa ketinggalan cuma gara-gara belum memiliki kursi tamu yang bergaya ala Eropa, ranjang model baru, atau kendaraan yang mewah di rumahnya.

Mereka semua puas dan menikmati kekayaan hati berupa ketenangan jiwa. Tidak lagi harus mempermasalahkan gejolak ekonomi antara pemasukan dan belanja kebutuhan setiap bulan.

Faktor kerisauan itu berubah. Kini mereka galau kalau shalat berjamaahnya tanggal, beberapa kali ketinggalan rakaat, atau tidak sempat menunaikan shalat sunnah. Ia menyesal justru kalau terlambat bangun. Tidak sempat mendirikan shalat tahajjud.

Ia gelisah saat belum sempat mengeluarkan infak dalam sehari dan berbagi kepada tetangga. Ini tentu saja adalah cita-cita mulia dan harapan besar yang tidak mudah menjabarkannya.”

Ulasan Ustadz Abdullah Said itu relevan dengan nasihat dari Habib Umar bin Hafidz. “Sebagaimana engkau membersihkan wajahmu agar indah dipandang orang, maka bersihkan pula hatimu agar indah dipandang Allah.”

Ingat pula ungkapan dari Umar bin Khattab ra, “Gelisah terhadap dunia menggelapkan hati dan gelisah terhadap akhirat menerangi hati.”

Bukan Dikotomi

Ketika seseorang memilih gelisah karena tidak sedekah misalnya, bukan berarti ia harus meninggalkan perkara duniawi.

Perkara duniawi yang dapat menjadikan kita punya kekayaan yang mendorong diri bermanfaat bagi umat, lakukan, sejauh halal.

Karena bagaimanapun, harta yang banyak dipegang orang beriman jauh lebih baik dalam mendatangkan kemaslahatan bagi umat.

Lihatlah sahabat utama sekeliling Nabi SAW, sebagiannya pengusaha, dan memiliki harta, sehingga bisa menopang keperluan dakwah.

Akan tetapi, jangan lalai, kemudian abai dan terbuai, bahwa seolah-olah bahagia itu hanya dengan harta. Ada namanya ketenangan hati.

Dan, orang-orang yang beriman memang selalu memperhatikan kondisi hatinya.

Bahkan kalau pun gelisah datang, itu bukan karena ia belum punya sofa, tetapi bagaimana dirinya produktif dan bermanfaat besar bagi kemaslahatan umat.

Cari harta untuk agama, menuntut ilmu untuk agama, berdakwah pun ikhlas untuk kemajuan umat Islam. Itulah kegelisahan yang pasti menguntungkan dan pasti menyelamatkan.*

*) Penulis bergiat di lembaga kajian Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect) | Ketua Umum PP Pemuda Hidayatullah 2020-2023. Publikasi pokok pokok pikiran Ustadz Abdullah Said ini atas kerjasama Media Center Silatnas Hidayatullah dan Hidayatullah.or.id dalam rangka menyambut Silatnas Hidayatullah 2023

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img