SEMARANG (Hidayatullah.or.id) — Muslimat Hidayatullah (Mushida) serempak se-Indonesia menggelar kegiatan peringatan International Hijab Solidarity Day (Hari Solidaritas Hijab Internasional) bekerjasama dengan Laznas BMH se-Indonesia, Ahad, 18 Shafar 1445 (3/9/2023). Salah satunya adalah di Kota Semarang
Kegiatan solidaritas itu digelar di Alun-Alun Bung Karno, Jalan Jati Raya, Kalipasir, Kalirejo, Kecamatan Ungaran, yang juga diramaikan para santri putri Yayasan Alburhan Pondok Pesantren Hidayatullah Semarang, Jawa Tengah.
Rumayya, Ketua PD Mushida Kota Semarang, menyampaikan, “Ketika kami terjun ke lapangan, banyak yang terharu dan simpatik, bahkan ada beberapa yang memutuskan untuk berhijab saat itu juga. Semoga ini menjadi pemantik bagi mereka untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.”
Dia mengatakan, sebagai agama kedua terbesar di dunia dengan 2 miliar pengikut, Islam memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat global. Namun, paradoksnya, banyak muslimah di berbagai belahan dunia, terutama di tempat tempat dengan minoritas Muslim, masih mengalami diskriminasi dalam pemilihan pakaian mereka sesuai keyakinan.
Acara penuh makna ini diawali dengan pawai dan seruan kepada wanita untuk mengenakan hijab, disertai dengan pembagian hijab secara gratis kepada mereka yang ingin memulai mengenakannya.
Bertajuk “Muslimah Berhijab, Menjunjung Tinggi Martabat”, acara ini bukan sekedar seremonial, namun menjadi momentum spesial.
Sovia, Dani, dan Sintia, tiga gadis yang memutuskan untuk mengenakan hijab di acara tersebut, mengungkapkan rasa bahagia dan terima kasihnya.
“Terimakasih kepada Mushida dan donatur yang telah memberikan hijab. Kami sangat senang dan akan terus mengenakannya,” ucap mereka.
Inisiatif ini tidak hanya berlangsung di Semarang, namun juga di kota-kota lain di Jawa Tengah seperti Banjarnegara, Pati, Brebes, Pekalongan, Kota dan Kabupaten Tegal, Salatiga, dan Kudus.
Peringatan serupa digelar Mushida di kota lainnya se-Indonesia seperti DKI Jakarta, Banten, Bekasi, Surabaya, dan kota lainnya.
Dengan target pembagian 2.300 paket hijab di Jawa Tengah, Mushida berharap semakin banyak wanita yang mampu mengenakan hijab dengan bangga dan tanpa rasa takut.
Solidaritas ini menjadi bukti nyata bahwa kebebasan dalam memilih dan mengenakan hijab bukan hanya hak, namun juga merupakan bentuk apresiasi terhadap identitas dan keyakinan.
Promosikan Hijab
Ada hal unik yang dilakukan oleh santri Pondok Pesantren Alburhan Hidayatullah Semarang dalam kegiatan edukatif ini.
Kegiatan yang diikuti sekitar 90 santri putri dari tingkat MTs dan MA ini dimulai pukul 06.00 – 09.00 dengan berkeliling di alun alun.
Kampanye yang mengusung tagline #KamiBanggaBerhijab ini memiliki misi untuk mengajak dan memberi edukasi tentang bagaimana berjilbab sesuai dangan syariat yang telah ditentukan Allah kepada setiap muslimah. Selain menjadi syiar bersama.
International Hijab Solidarity Day ini memiliki dua agenda utama yaitu syiar dan membagikan jilbab syar’i kepada masyarakat, khususnya muslimah. Selain itu juga para santri menyebarkan selebaran dan juga mengorasikan kepada masyarakat keutamaan hijab syari.
Pengasuh putri sekaligus pendamping kegiatan, Sukmawati, mengatakan kegiatan ini juga merupakan langkah para muslimah untuk mensyiarkan penggunaan hijab syari dimanapun ia berada.
“Acara ini juga sekaligus mengajak anak muda khususnya muslimah untuk kembali berhijrah kepada Allah. Karena hijab merupakan identitas dan kehormatan seorang muslimah dengan cara menutup aurat,” ujar Sukmawati.
Dalam kegiatan ini para santri dan Mushida berbagi 200 lebih jilbab dan menawarkan memakaikanya kepada warga yang bersedia dan belum berhijab saat berada di alun-alun. Banyak yang tertarik, mulai anak usia Sekolah Dasar sampai dengan orang dewasa mendapat bagi bagi jilbab secara gratis.
“Semoga dengan adanya kampanye hijab ini, kedepanya setiap muslimah mulai dari anak usia dini sampai dengan dewasa semuanya sadar dan bangga memakai jilbab dimanapun berada,” pungkas Rumayya.
Asal Usul
Seperti diketahui, Hari Solidaritas Hijab Internasional diperingati setiap 4 September. Perayaan ini menjadi kesempatan untuk mempromosikan pemahaman, penghargaan, dan solidaritas terhadap wanita di seluruh dunia yang memilih mengenakan hijab, serta untuk menghormati hak mereka untuk menjalani hidup sesuai keyakinan dan pilihannya.
Mengutip jurnal digital Wayback Machine, sejarah Hari Solidaritas Hijab Internasional atau International Hijab Solidarity Day berawal dari aksi protes yang dilakukan masyarakat London karena banyaknya kasus pelarangan pemakaian hijab.
Selanjutnya, pemerintah memutuskan menyelenggarakan Konferensi London pada 4 September 2004, yang dibuka Wali Kota London Ken Livingstone. Hadir 300 delegasi yang mewakili 102 organisasi-organisasi Inggris dan internasional. Turut hadir tokoh cendekiawan Muslim Sheikh Yusuf Al-Qaradhawi dan Profesor Tariq Ramadan.
Hasil konferensi ini menghasilkan Assembly for the Protection of Hijab atau Majelis Perlindungan Jilbab, dan akhirnya wanita diizinkan memakai hijab di tempat umum. Selain itu, 4 September pun ditetapkan sebagai International Hijab Solidarity Day (Hari Solidaritas Hijab Internasional).*/Shodiqul Fulqin