AdvertisementAdvertisement

Kejujuran dan Keberanian Warisan Nabi untuk Generasi Harapan Bangsa

Content Partner

Foto: Muhammad Zuhri Fadhlullah/ Hidayatullah.or.id

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Kejujuran menjadi pondasi yang tak tergantikan dalam kepemimpinan. Amanah itu, menurut Ust. H. Zainuddin Musaddad, M.A., adalah titipan agung yang tidak mampu dipikul oleh langit, bumi, dan gunung, namun disanggupi oleh manusia.

“Kejujuran menjadi amanah yang harus dijaga, sebab manusia ditugaskan memikul amanah yang ditolak langit, bumi, dan gunung. Dengan kejujuran, lahirlah generasi jawaban dan harapan bagi bangsa,” kata pria yang karib disapa Abah Zain ini.

Abah Zain menyampaikan refleksi itu dalam ceramah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di Kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jakarta, Jl. Ampera Raya, Jakarta Selatan, Sabtu, 13 Rabi’ul Awal 1447 (6/9/2025).

Acara ini mengangkat tema “Spirit Maulid Nabi Muhammad SAW: Kejujuran & Keberanian” dan dihadiri oleh seluruh civitas akademika. Kegiatan juga dirangkai dengan pergantian Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Atta’lim Kampus IPDN.

Abah Zain membuka ceramah dengan menekankan pentingnya sholawat sebagai energi spiritual. Menurutnya, sholawat menghadirkan ketenangan, mengurangi stres, serta menjadikan ibadah, interaksi sosial, dan kehidupan keluarga terasa lebih nikmat.

“Sholawat adalah sumber energi yang menumbuhkan cinta kepada sunnah Rasulullah,” jelasnya.

Ia kemudian menguraikan teladan para sahabat Nabi sebagai contoh kejujuran yang membentuk pribadi mulia. Bilal bin Rabah, misalnya, dari seorang budak miskin dipercaya menjadi gubernur Mesir.

“Bilal membangun masyarakat dengan kejujuran,” ucapnya. Teladan lain adalah Saad al-Anshari, sahabat miskin yang diutus ke Suriah dan dikenal dengan gelar nuruz zaman atau cahaya zaman.

Kejujuran juga mengubah Umar bin Khattab dari pribadi keras menjadi sahabat mulia setelah tersentuh ayat Al-Qur’an.

Sedangkan Umar bin Abdul Aziz, hanya dalam tiga tahun kepemimpinan, berhasil membersihkan praktik korupsi dan menegakkan keadilan. “Semua itu berkat keberanian dan kejujuran,” tambahnya.

Menurut Abah Zain, kejujuran adalah pondasi yang lebih utama daripada kecerdasan. Kebiasaan sederhana untuk tidak berbohong, lanjutnya, akan membentuk pribadi yang berani, berwibawa, dan penuh berkah.

Foto: Muhammad Zuhri Fadhlullah/ Hidayatullah.or.id

Tanpa kejujuran, tegasnya, kepintaran justru dapat menjadi bencana. “Seribu orang pintar tidak berarti jika tanpa kejujuran,” terang Abah Zain yang juga Anggota Dewan Murabbi Pusat Hidayatullah ini.

Pada kesempatan itu pesan khusus disampaikan kepada mahasiswa dan generasi muda agar tidak hanya berfokus pada kepintaran.

Ia menekankan bahwa kejujuran adalah energi yang menghidupkan, sementara keberanian adalah kekuatan yang menggerakkan. Pemimpin sejati, tegasnya, lahir dari kejujuran, bukan dari kepintaran semata.

“Jadilah generasi jujur dan berani, bukan hanya pintar,” pesannya.

Taushiyah Maulid Nabi tersebut ditutup Abah Zain dengan doa dan harapan agar Indonesia melahirkan pemimpin-pemimpin yang jujur dan berani.

Ia menegaskan, peringatan Maulid Nabi di IPDN ini tidak hanya menjadi momentum mengenang kelahiran Rasulullah, tetapi juga pengingat pentingnya nilai kejujuran dan keberanian sebagai dasar membangun bangsa serta relevan dalam membentuk generasi yang mampu menjawab tantangan zaman dengan integritas dan keberanian moral.

“Warisan terbesar Rasulullah SAW adalah kejujuran. Kejujuran yang dipadukan dengan keberanian akan melahirkan pemimpin yang adil, berwibawa, dan membawa keberkahan,” pungkasnya.

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Audit Halal di Empat Kota Korea, LPH Hidayatullah Tegaskan Peran Strategis

KOREA (Hidayatullah.or.id) -- Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) Hidayatullah memperluas kiprahnya di tingkat internasional melalui rangkaian pemeriksaan halal di Korea...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img