
BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Dalam peringatan 1 Muharram 1447 H dan semarak pesan pesan kebaikan menjelang Musyawarah Nasional VI Hidayatullah, Pemimpin Umum Hidayatullah KH Abdurrahman Muhammad kembali mengingatkan peran strategis kaum muslimin dalam meneguhkan nilai-nilai maqashid syariah, yakni tujuan utama diturunkannya hukum Islam demi menjaga kemaslahatan dan mencegah kerusakan.
Dalam taushiyahnya yang disampaikan dari Kampus Induk Pondok Pesantren Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan, ia menyebutkan lima prinsip maqashid syariah, yaitu hifdz ad-din (menjaga agama), hifdz an-nafs (menjaga jiwa), hifdz al-‘aql (menjaga akal), hifdz an-nasl (menjaga keturunan), dan hifdz al-mal (menjaga harta).
Namun yang menjadi titik tekan penting dalam tausiyah tersebut adalah penambahan satu maqashid baru yang selama ini jarang diarusutamakan dalam wacana keislaman kontemporer yakni hifdz al-bi’ah, atau penjagaan terhadap lingkungan hidup.
“Lingkungan alam semesta ini harus kita jaga. Hifzul bi’ah, menjaga lingkungan. Seperti Allah menjaga keindahan, bagaimana alam ini dipercantik oleh Allah. Ini tugas kepemimpinan,” tegas KH Abdurrahman.
Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa ekologi bukan sekadar isu teknis, melainkan termasuk dalam mandat syariah yang bersifat kulliyah (universal).
Krisis iklim, kerusakan ekosistem, dan degradasi moral telah berkelindan menjadi satu wajah modern dari “kerusakan di muka bumi” (al-fasād fī al-arḍ). Dalam konteks ini, peran umat Islam harus menjadi garda depan pelindung lingkungan dengan spirit maqashid syariah.
Menjaga lingkungan sama pentingnya dengan menjaga agama dan nyawa. Maka, dalam pandangan KH Abdurrahman, menjadi pemimpin berarti memikul amanah semesta.
Baginya, maqashid syariah adalah panggilan nurani yang menuntut tanggung jawab etis yang emban oleh setiap muslim sebagai pemimpin.
“Berat itu menjadi pemimpin. Pemimpin itu paling terakhir tidurnya, bahkan tidak tidur sama sekali,” katanya.
Apresiasi Tema
Keterkaitan antara iman, ukhuwah, dan keberlangsungan bumi tergambar dalam tema acara yang diangkat: “Meneguhkan Iman, Menyatukan Ukhuwah, Menyempurnakan Sehat Jiwa dan Raga.”
Tema ini menurut KH Abdurrahman, sangat tepat karena menggambarkan integrasi antara spiritualitas dan aksi sosial.
Lebih lanjut, beliau merumuskan empat gerakan inti dalam menguatkan peradaban Islam, yaitu gerakan ruhiyah, gerakan ilmu, gerakan dakwah, dan gerakan pemakmuran bumi. Keempatnya menjadi kompas perjuangan agar umat tidak sekadar berjalan di tempat, tetapi mampu menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Menariknya, ia memberi penekanan khusus pada ukhuwah sebagai fondasi dakwah. Ukhuwah bukan sekadar solidaritas horizontal, melainkan jalinan batin yang terikat oleh nilai-nilai transendental.
“Ada perubahan yang harus diwaspadai, yaitu berubahnya hati karena hati itu selalu berubah-ubah,” ujar beliau, mengingatkan pentingnya menjaga kebeningan niat dalam perjuangan.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut Ketua Umum DPP Hidayatullah, Dr. H. Nashirul Haq, Lc., MA, yang memberikan sambutan dan pengarahan strategis sebagai bagian dari konsolidasi organisasi menjelang Munas VI.*/