AdvertisementAdvertisement

KH Muhammad Arif Marzuki, Ulama Teladan itu Berpulang ke Rahmatullah

Content Partner

PADA Kamis dini hari, 30 Dzulhijjah 1446/ 26 Juni 2025 sekitar pukul 03.20 Wita, dunia pesantren Sulawesi Selatan kehilangan salah satu panutannya.

KH Muhammad Arif Marzuki Hasan, pelanjut pemimpin Pondok Pesantren Darul Istiqamah Maccopa Maros, malam dini hari itu hembuskan nafas terakhir dalam perjalanan ke Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah (Unismuh) setelah mengalami sesak saat hendak menunaikan salat tahajud, tepatnya usai berwudhu di kediaman pesantrennya di Gowa.

Kabar ini menyayat hati ribuan santri dan keluarga besar pesantren, yang menyaksikan secara langsung dedikasi tak pernah padam dari sang ulama hingga detik terakhir.

KH Arif berpulang ke Rahmatullah di usia 83 tahun, kilau kiprahnya menembus hampir enam dekade pengabdian.

Keponakan Ustadz Abdullah Said (pendiri Hidayatullah) ini lahir pada 1942 dari keluarga ulama—putra KH Marzuki Hasan—yang mewariskan kecintaannya terhadap ilmu dan dakwah.

Bersama sang ayah, pada 1970 ia mendirikan Darul Istiqamah, yang tumbuh menjadi salah satu jaringan pesantren terbesar di timur Indonesia, dengan ratusan cabang dan ribuan santri aktif.

Kesederhanaan dan ketegasan menjadi ciri khas kepemimpinannya. Beliau dikenal sebagai sosok kharismatik yang lembut, disiplin, tetapi tegas dalam mendidik.

Santri-santri mengenang beliau sebagai “ayah spiritual” yang selalu hadir dalam keseharian pondok, bahkan dalam dialog dan kerjasama keumatan dengan berbagai pihak.

Dedikasinya dalam pengembangan pendidikan Islam tak pernah surut. Meski jadwalnya padat, ia selalu menyediakan waktu mengajar dan menjadi pembimbing hapalan para santri.

Kepeduliannya terhadap generasi muda membuat ia terus membentuk kader dakwah yang siap mengabdi pada umat dan bangsa.

Wafat Ketika Hendak Berwudhu

Dalam kondisi sesak pada dini hari itu, pancaran husnul khatimah seakan terukir secara nyata. Ia wafat saat hendak menunaikan tahajud, di saat ruh suci masih tertambat pada ibadah dan niat lirihnya untuk terus mengabdi.

Kepergiannya adalah pengingat akan betapa seorang ulama mampu pergi dalam keadaan mulia—tegak dalam iman dan pengabdian.

Setelah wafat, jenazah dibawa ke Maccopa untuk dimakamkan di pesantren yang dicintainya. Pemakaman dilaksanakan setelah salat Asar, diiringi doa, isak tangis santri, dan harapan agar segala amal beliau mendapat tempat paling mulia di sisi-Nya .

Kini, kursi kosong di mimbar pagi, derap kaki santri yang kelak menjadi penggantinya, dan suara lembutnya dalam pengajian tersisa sebagai gema kenangan. Gema yang menyuarakan pesan luhur: ajarkan ilmu, hidupkan dakwah, dan bangun pesantren sebagai komunitas rahmatan lil al-‘alamin.

Berbagai media menggambarkan sosoknya. Portal berita online Fajar.co menyebut “ulama kharismatik yang mendedikasikan hidupnya untuk pendidikan Islam”. Matamaros.com menambahkan, beliau terus aktif hingga akhir hayatnya, tetap menjaga sifat sederhana dan kedekatannya dengan santri.

Bagi dunia pendidikan Islam, kepergian beliau adalah kehilangan luar biasa. Guru, pendakwah, pemimpin pesantren—semuanya berpadu dalam satu wujud yang jarang ditemukan.

Warisan beliau kini berada pada tangan santri dan keluarga pesantren. Ribuan alumni yang pernah merasakan didikannya, ribuan generasi yang mengamalkan ilmunya—mereka adalah pelanjut estafet yang harus dijaga.

Cahaya nilai dan dedikasi yang dipancarkannya tidak akan padam. Ia telah menjadi simbol keteladanan: hidup untuk ilmu, mati dalam ibadah, dan terkenal dalam tauladan.

Pesantren Darul Istiqamah meski kehilangan sosok utamanya, tetap berdiri tegak—karena ia menanam benih keikhlasan dan pengabdian yang tak akan lekang oleh waktu.

Semoga segala amal beliau diterima, dan jejaknya menjadi suluh bagi generasi muslim yang datang, Aamiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.[]

Editor: Adam Sukiman
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Silaturahim Dai Hidayatullah di Baduy Tegaskan Dakwah sebagai Perekat Persatuan Bangsa

BANTEN (Hidayatullah.or.id) -- Ratusan dai Hidayatullah berkumpul di Kampung Muallaf Suku Baduy, Desa Cibungur, Kabupaten Lebak, Banten, pada Sabtu-Ahad,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img