إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
أما بعد : عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
Jamaah Jum’ah Rahimani wa Rahimakumullah
Pada hari yang mulia ini, marilah kita senantiasa tak henti hentinya memuji Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagai wujud rasa syukur atas segala nikmat dan karunia yang telah dilimpahkan kepada kita. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabiullah Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Keberadaan manusia di alam semesta ini akan selalu berfikir dan beraktivitas. Aktivitas manusia sebagai makhluk berakal akan selalu terdorong oleh pandangan hidup yang dianutnya.
Pandangan hidup adalah asas bagi pemahaman dan aktifitas seseorang. Syeikh Abul ‘Ala Al Maududi mengatakan bahwa, “pandangan hidup seorang muslim adalah pandangan hidup yang dibangun dari konsep Tauhid yaitu dua kalimat syahadat yang berimplikasi pada seluruh aktivitas kehidupan seorang muslim di dunia”.
Orang beriman maupun orang kafir, buah dari perbuatannya di dunia semuanya didasari dari bagaimana ia memandang kehidupan di dunia ini.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Walaupun pada awal mula diturunkan syariat Islam perintah syahadat tidak secara eksplisit disebutkan, tapi secara otomatis lima ayat pertama kali turun dalam surah Al ‘Alaq memberi kesadaran keimanan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai hasil dari proses membaca yang merupakan pesan utama dari wahyu pertama.
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ / Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan!
خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ / Dia menciptakan manusia dari segumpal darah.
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ / Tuhanmulah Yang Maha mulia.
الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ / Dia yang mengajarkan (manusia) dengan pena.
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ / Mengajarkan manusia dari apa yang tidak diketahui
Ayat pertama menjelaskan sekaligus meluruskan pandangan hidup manusia. Allah Subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa dalam hidup ini ada Rabb sebagai pencipta kehidupan yaitu Allah, yang menguasai dan mengatur segala yang diciptakannya.
Dialah Allah Subhanahu wa ta’ala, dzat Rabb yang Maha Berkehendak. Jika hendak menciptakan sesuatu maka Dia hanya berkata kun, jadilah, fayakun maka jadilah!.
Sementara, disisi lain, manusia hanya salah satu dari sekian banyak ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala yang memiliki banyak kelemahan dan kekurangan.
Pada potongan ayat selanjutnya juga menjelaskan bahwa Rabb (Allah) memiliki sifat Maha Mulia, kemuliaan Allah Subhanahu wa ta’ala tidak tergantung sedikit pun kepada ciptaan-Nya, kemuliaan Allah tidak berkurang sedikitpun walaupun tidak ada manusia yang menyembahNya.
Sementara manusia adalah hina, diciptakan dari segumpal darah. Kemudian, lebih lanjut Allah Subhanahu wa ta’ala mempertegas hakikat diri-Nya yang maha mengetahui segalanya sementara manusia adalah makhluk yang terlahir ke dunia dalam keadaan tidak tahu apa apa (bodoh).
وَاللّٰهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْۢ بُطُوْنِ اُمَّهٰتِكُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْـًٔاۙ وَّجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَبْصَارَ وَالْاَفْـِٕدَةَۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani agar kamu bersyukur” (QS. An Nahl: 78)
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Pandangan hidup yang dibangun dari kesadaran nilai Tauhid, bahwa Allah Maha Kuasa atas ciptaan-Nya dan Maha Melihat segala aktifitas hamba-Nya baik yang tampak maupun yang tersembunyi, maka akan melahirkan tiga sikap sebagai indikator kesadaran Tauhid.
Pertama, memasrahkan diri kepada Allah dengan Ikhlas beramal hanya karena Allah Subhanahu wa ta’ala semata.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
“Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam” (QS: Al An’am: 162)
Seseorang yang sadar akan segala kelemahannya maka dia mengikhlaskan segala hidupnya hanya kepada Allah karena Allah Subhanahu wa ta’ala sebaik pemberi ganjaran dan tidak pernah lalai mengawasi segala aktifitas hamba-Nya.
Kedua, berbuat sesuai dengan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya, karena Allah Subhanahu wa ta’ala yang menciptakan semuanya.
Dialah yang paling mengetahui apa yang tepat untuk ciptaan-Nya. Karena itu, sangat tepat ketika manusia berbuat sesuai petunjuk syariat yang telah ditetapkan Allah Subhanahu wa ta’ala.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
“Tidaklah pantas bagi mukmin dan mukminat, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketentuan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata” (QS. Al Ahzab: 36)
Walaupun sebab turunnya ayat ini berkaitan dengan pernikahan Zainab binti Jahsy dangan Zaid bin Kharitsah yang dianggap tidak sekufu, namun yang menjadi poin penting bahwa hal itu merupakan perintah dari Rasulullah untuk mentaati Allah dan Rasul-Nya.
Maka tidak pantas dan tidak layak bagi orang yang memiliki iman selain melakukan perbuatan yang diridhai Allah dan Rasul-Nya, menjauh dari kemurkaan Allah dan Rasul-Nya, mengerjakan perintah dan menjauhi larangannya.
Tidak pantas bagi mereka memiliki pilihan lain, bahkan seorang mukmin laki-laki maupun perempuan tentu mengetahui, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih utama bagi mereka daripada diri mereka sendiri.
Oleh karena itu, jangan sampai sebagian hawa nafsu mereka menguasainya dan menghalanginya menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya.
Ketiga, segala usaha dan kerja keras yang dilakukan hasilnya hendaknya dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Dalam kehidupan senang maupun susah terkadang kita rasakan. Sudah mengeluarkan tenaga dan seluruh potensi yang kita miliki namun kenyataanya apa yang kita harapkan tidak sesuai.
Maka, itulah perlunya kita berserah diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala karena Dia lebih mengetahui yang terbaik untuk hamba-Nya.
فَسَتَذْكُرُوْنَ مَآ اَقُوْلُ لَكُمْۗ وَاُفَوِّضُ اَمْرِيْٓ اِلَى اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ بَصِيْرٌ ۢ بِالْعِبَادِ
“Kelak kamu akan mengingat apa yang kukatakan kepadamu. Aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha melihat hamba-hamba-Nya.” (QS. Gafir: 44)
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
Do’a Penutup
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ
!عِبَادَاللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ