Oleh: Dr. H. Abdul Mannan*

Adalah pekerjaan yang tidak ringan untuk mewujudkan prinsip manajemen (Koordinasi, Integrasi, sinkronisasi) ditengah kondisi organisasi yang belum eksis ekonominya. Apalagi kebijakan pengabdian ini berdampak pada bisa melemahnya loyalitas terhadap terwujudnya sentralisasi manajemen.Menurut rumus manajemen, jika kondisi organiusasi seperti ini, maka solusi yang diperlukanadalah tampilnya jiwa kepemimpinan yang penuh komitmen dan berani. Ispirasi segar dan dinamis yang memancar dari jiwa seorang pemimpin akan menciptakan energi baru bagi seluruh lini komando.
Dalam sejarah, langkah pertama yang dilakukan Rasulullah saw agar loyalitas jamaah terhadap komando tetap kental adalah dengan mentransfer energi kepada sahabat-sahabat terdekatnya. Karena itu, sungguh sangat wajar jika Rasululah saw semasa di mekah ( 13 Tahun ) hanya berkutat pada pendidikan yang berbasisi pada penanaman nilai iman sebagai dasr pijakan aktivitas umat secara individu atau kolektif.
Manusia berkualitas merupakan cikal bakal masyarakat Madinah sebagai pusat peradaban Islam yang di kembangkan keseluruh dunia oleh generasi penerus. Begitu pula jika kita merujuk kepada sistem kepemimpinan Rasulullah saw, tentu saja kita harus memulai dari dunia pendidikan dan dakwah.
Untuk itu, transfer nilai spiritual dan intelektual yang mengejewantah dalam etos kerja sebagai budaya organisasi dapat dilakukan melalui berbagai sarana, seperti pendidikan klasik yang berkualitas, pelatihan, diskusi formal dan informal, serta berbagi even strategis.
Semoga kita mampu membawa organisasi ini berkembang sesuai dengan visinya. Untuk itu, marilah kita tanamkan tekad bersama, membangun umat yang cerdas melalui pendidikan dan dakwah, sehingga ketika saatnya tongkat estafet kepemimpinan sudah harus diserahkan kepada generasi berikutnya, kita tak terlalu sulit menemukan manusia-manusia berkualitas.