AdvertisementAdvertisement

Membaca Al-Qur’an sebagai Kurikulum Hidup, Hidupkan Jiwa dan Kuatkan Bangsa

Content Partner

AMALAN pagi selanjutnya setelah shalat shubuh berjamaah adalah membaca al-Qur’an. Kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk umatnya sebagai petunjuk dan mukjizat hingga akhir zaman. Alangkah bahagia bagi orang-orang yang telah menikmati pagi hari dengan bacaan al-Qur’an.

Ada ulama Saudi menceritakan tentang anak muda mengadu kepada seorang syaikh, bahwa hidupnya selalu dirundung masalah. Tidak selesai-selesai masalah hidupnya, dari satu masalah selesai ke masalah yang lain, terus begitu.

Anak muda itu bertanya kepada syaikh, “Apa saran Syaikh untuk masalah yang saya hadapi?”

“Baca al-Qur’an, jangan lewati satu hari-pun kecuali membaca al-Qur’an,” jawab syaikh singkat dan jelas.

“Iya Syaikh, saya butuh bantuan Anda untuk menyelesaikan masalah saya, kok, hanya disuruh membaca al-Qur’an,” kata anak muda itu.

Dia menganggap membaca al-Qur’an tidak penting dan bukan prioritas.

“Coba ikuti saran saya, silahkan pulang membaca beberapa ayat saja Al-Qur’an dan rutinkan setiap hari. Setelah sepekan, silahkan hubungi saya lagi,” kata Syaikh, tidak mau panjang lebar memberi saran.

Akhirnya anak muda itu pulang, ia mencoba mengikuti saran syaikh tersebut. Dia membatin, tidak ada salahnya mencoba dan mempraktikan saran dari syaikh.

Satu pekan berikutnya, dia menghubungi syaikh.

“Saya merasa hati saya plong, perasaan saya tenang dan masalah menjadi kecil hanya dengan membaca al-Qur’an beberapa ayat setiap hari,” katanya dengan wajah ceria dan bahagia.

Pelajaran dari kisah di atas untuk tidak sekalipun meninggalkan dalam sehari untuk membaca al-Qur’an. Sebab, orang yang tidak membaca al-Qur’an akan lemah hatinya, rapuh jiwanya, tidak menentu perasaan dan pikirannya.

Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Bacaan terbaik bagi orang beriman adalah al-Qur’an. Tidak ada satu pun buku di dunia ini, meski best seller internasional yang bisa mengalahkan best seller-nya al-Qur’an.

Ia dicetak ratusan jutaan kali, dihafalkan, dan dipelajari oleh jutaan orang, dibeli jutaan manusia, dibaca milyaran kali, disebarkan ke seluruh pelosok dunia, terjaga orisinalitasnya sepanjang masa.

Al-Qur’an bukan bacaan biasa, tujuan diturunkan untuk menjadi petunjuk manusia. Di dalamnya ada 30 juz, 114 surat, 6236 ayat itu kurikulum hidup orang berirman. Dari urusan mau tidur hingga tidur kembali, urusan dunia hingga akherat, semua ada dalam al-Qur’an.

Al-Qur’an atas ijin Allah di hari Kiamat akan memberikan syafaat bagi para pembacanya. Bagi orang yang mencintai atau suka tadarus, tilawah al-Qur’an. Ini belum menghafal, mentadabburi, dan mengamalkannya. Rasulullah memberikan kabar gembira tersebut dalam hadist:

        عَنْ أَبي أُمَامَةَ الْبَاهِلِىُّ رضى الله عنه قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِهِ

“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya” (HR. Muslim).

Membaca al-Qur’an juga dijanjikan pahala yang melimpah bagi setiap hurufnya, entah paham atau belum memahami maknanya. Sebagaimana Rasulullah sabdakan:

عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).

Hanya amal membaca kitab al-Qur’an yang pahalanya melimpah setiap hurufnya. Maka rugi sekali bagi orang-orang yang melewatkan kesempatan untuk membaca al-Qur’an. Sebenarnya yang Rasulullah harapkan dari umatnya adalah untuk mencintai al Qur’an dengan terus membaca dan membaca al-Qur’an, apapun kondisi dan keadaannya.

Bagi orang yang belum bisa lancar membaca al Qur’an, selalu ada kesempatan mendapatkan kemuliaan al-Qur’an. Bahkan mendapatkan dua pahala atas bacaan dan mujahadah dalam kesulitan membaca al-Qur’an. Sebagaimana Sabda Rasulullah:

عَنْ عَائِشَةَ رضى الله عنها قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ وَالَّذِى يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ »

“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR. Muslim).

Paradok Kondisi Umat Islam di Indonesia

Sejak tahun 1990-an sudah mulai marak Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di hampir seluruh kampung dengan ditemukan metode Iqra’. Apalagi beberapa tahun terakhir ini semakin banyak methode cara cepat membaca al-Qur’an dengan aneka ragam caranya.

Pondok pesantren khusus penghafal al-Qur’an juga tumbuh berkembang di mana-mana dengan jumlah santri ada yang ratusan dan ribuan santrinya. Rumah Qur’an, Majelis Qur’an juga banyak berdiri di berbagai tempat.

Sekolah-sekolah umum dan instansi kantor juga memiliki program wajib membaca al-Qu’an. Beasiswa kuliah gratis juga dibuka di beberapa perguruan tinggi negeri.

Hampir setiap tahun ada wisuda ribuan penghafal al-Qur’an dan acara tasmi’ khataman al-Qur’an juga hampir setiap akhir pekan dilaksanakan secara online dan offline dengan peserta yang banyak.

Lomba-lomba membaca, menghafal, tafsir, cerdas cermat al-Qur’an hampir setiap tahun dilaksanakan di tingkat kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi hingga nasional.

Namun, ternyata, belum banyak berpengaruh terhadap program pemberantasan buta huruf al-Qur’an sebagai upaya mencerdaskan dan menguatkan bangsa. Sebagaimana disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol (Purn) Syafruddin mengingatkan sebanyak 65 persen umat Islam di Tanah Air tidak bisa membaca Al-Qu’ran.

Jadi, kalau 223 juta itu penduduk Indonesia adalah beragama Islam, maka sebanyak 145 juta umat Islam Indonesia tidak bisa membaca Al-Qu’ran dan buta secara umum.

Inilah kondisi yang masih paradok di Indonesia sebagai negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Artinya masih banyak Pekerjaan Rumah (PR) bagi umat Islam untuk bisa belajar dan mengajarkan al-Qur’an. Lahan dakwah untuk mengajarkan al-Qur’an masih terbuka luas.

Beberapa tantangan umat Islam dalam mempelajari al-Qur’an. Pertama, terhantui stigma sulit membaca al-Qur’an karena bahasa dan huruf Arab. Kedua, malu atau gengsi jika sudah terlanjur remaja, dewasa atau tua untuk baru mulai belajar al-Qur’an dari nol atau huruf per huruf.

Lalu, Ketiga, sibuk atau tidak ada waktu luang untuk belajar karena mungkin pekerjaan atau aktivitas yang menyita waktunya. Keempat, bagi yang belajar al-Qur’an maindsetnya harus diluruskan bukan hanya untuk diri sendiri, mengejar kenikmatan pribadi tapi harus ada motivasi untuk mengajarkan kepada orang lain dan orang banyak tentang al-Qur’an.[]

*) Ust. Dr. Abdul Ghofar Hadi, penulis adalah Wakil Sekretaris Jenderal I Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

[KHUTBAH JUM’AT] Dua Dimensi Shalat dan Karunia yang Harus Disyukuri

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img