AdvertisementAdvertisement

Berdakwah dengan Modal Yakin Pertolongan Allah Sangat Dekat

Content Partner

Ardiansyah (bersarung) berbincang dengan sahabatnya, Budi Setiawan, di kediaman kerabatnya di bilangan Tapos, Depok, Jawa Barat (Dok. Hidayatullah.or.id)

TAPOS (Hidayatullah.or.id) — Hai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian. Al Qur’an Surah Muhammad Ayat 7 inilah yang dipegang betul oleh Ardiansyah termasuk ketika dia ditugaskan berdakwah ke Merauke, Papua.

Ardiansyah bukan akademikus bergelar es satu. Sebenarnya, dia bercita-cita sekolah sampai sarjana. Tapi apa daya, harapan itu belum kesampaian. Ardiansyah mencicipi bangku sekolah hanya sampai kelas 5 Sekolah Dasar. Selebihnya, ia banyak “praktek” langsung ke lapangan.

Di usia belia dikala awal awal bergabung menjadi murid pendiri Hidayatullah, almarhum KH Abdullah Said, Ardiansyah lebih banyak kerja bakti membabat rumput dan mencangkul tanah untuk pembangunan asrama dan masjid.

“Setiap hari itu. Bahkan sering juga malam-malam kerja bakti. Waktu itu kita meratakan bukit untuk masjid (Ar Riyadh) yang sekarang. Tanah yang bangunan masjid sekarang itu kan dulunya bebukitan tinggi, kelihatan pantai kalau kita naik ke situ,” kata Ardiansyah dalam perbincangan dengan media ini di kediaman kerabatnya di bilangan Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Lelah kerja bakti di areal Gunung Tembak yang saat itu masih semak belukar, mereka biasa beristirahat sambil menyantap singkong bakar hasil kreasi dia dan teman-temannya yang tinggal di asrama yang masih berupa gubuk.

“Pagi juga begitu. Sering langsung kerja bakti habis shalat shubuh, nanti sarapannya kalau sudah siang. Bukan pakai nasi kita, karena memang sering tidak ada beras. Kita sarapan pakai nanas bakar,” katanya tertawa seraya mengenang.

Bagi umumnya orang, sarapan nanas apalagi tanpa makan nasi terlebih dahulu bisa bikin sakit perut. Tapi Alhamdulillah, hal itu tidak terjadi. Bahkan meminum air mentah pun menjadi hal biasa.

Pengalaman penuh suka duka di masa pembangunan Kampus Hidayatullah Gunung Tembak di tahun 70-an itu pelan-pelan menempa kepribadian Ardiansyah. Ia pun secara rutin mengikuti kuliah pengajian yang dibawakan oleh Abdullah Said. Disanalah dia tertempa, belajar tentang kedisiplinan dan kerja keras.

“Pesan beliau yang selalu saya ingat, berdakwah itu tidak usah menunggu pintar atau dapat gelar. Ceritakan saja kenikmatan berislam yang sudah kamu rasakan. Ceritakan saja pada orang lain apa kenikmatan yang kamu rasakan di Gunung Tembak ini. Begitu saja berdakwah kata almarhum,” kisahnya.

Hingga, tibalah waktunya dia ditugaskan untuk keluar daerah merintis dakwah dan membangun kampus Hidayatullah. Pada tahun 1990, dia ditugaskan ke Papua. Tiket sudah dibelikan. Berbekal uang 10.000 di saku dan sejumlah pakaian, dia akhirnya di Jayapura.

Sampai di Jayapura, Ardiansyah sempat bingung. Siapa yang harus ditemui. Tidak ada kenalan. Tidak ada handphone seperti sekarang. Dia hanya ingat, bahwa dia ditugaskan di Papua. Tak akan balik kanan sebelum ada perintah.

“Di Jayapura, tidak ada orang dikenal. Saya langsung cari masjid saja. Kenalan dengan orang di sana,” kata pria asal Sengkang ini.

Tak berapa lama dia lanjut ke Merauke. Namun untuk sampai ke Merauke bukan hal mudah. Ia harus menempuh perjalanan yang cukup jauh. Ia harus menempuh transportasi mulai dari bersepeda, naik motor dan lanjut naik kapal.

Alhamdulillah, setelah mengarungi medan sulit, akhirnya sampai juga dia di Merauke. Kala itu Ardiansyah masih muda berusia 25 tahun dan baru saja melangsungkan pernikahannya. Ia harus menunda bulan madu dan meninggalkan istrinya di Balikpapan karena tugas dakwah ini.

Di Merauke, di tengah antusiasme masyarakat menyambut dakwah Ardiansyah, diam diam ada yang menyebarkan tudingan bahwa Ardiansyah datang membawa ajaran baru. Karuan saja, Ardiansyah kaget dengan tuduhan tersebut.

Tak menunggu lama, ia pun datang ke hadapan Kepala Departemen Agama Merauke dan menjelaskan perihal tuduhan tersebut. Ternyata, selidik punya selidik, pangkal masalahnya ada pada kebiasaan shalat Ardiansyah yang lama. Kebiasaan tersebut rupanya terbawa dikala Ardiansyah memimpin shalat berjamaah.

“Di Gunung Tembak kita biasa kan shalatnya lama diimami pimpinan dan kebiasaan ini terbawa juga sampai kita ke tempat tugas. Ternyata shalat lama dianggap sesat,” kata Ardianysah terkekeh yang pada kesempatan tersebut dibersamai sahabat seperjuangnnya, Budi Setiawan.

Qadarullah, kejadian tersebut rupanya mendulang hikmah. Ardiansyah menjadi kenal dan dekat dengan Ketua Departemen Agama Merauke dan menjadi mitra dalam setiap kegiatan keagamaan seperi menjadi penceramah dan khatib.

Debut dakwah Ardiansyah di Merauke terus berkesinambungan. Tidak saja di Tanah Papua, Ardiansyah pula mendapatkan amanah perintisan ke beberapa daerah seperti ke Tolitoli, Nunukan, Tarakan, Cilodong, Sentani, Jayapura, Sorong, Fakfak dan beberapa daerah lainnya.

Ardianyah mengatakan kunci utama dalam menjalankan tugas dakwah adalah niat yang tulus semata-mata karena Allah. Dan yang paling penting, menurutnya, adalah jangan takabbur dan selalu menomorsatukan Allah SWT.

“Kalau mau dibilang, kita ini siapa sih, saya sekolah hanya sampai kelas 5 SD. Tapi kalau kita yakin, pertolongan Allah sangat dekat. Jadi, yakin saja. Bahkan kita belum minta saja sudah dikasih. Ya Allah, mau bakso, eh sudah ada di meja. Ya Allah mau ini mau itu, langsung ada. Kadang-kadang kita malu juga sama Allah cepat betul pertolongannya,” kata Ardiansyah dengan logatnya yang khas.

Ketika diminta wejangannya untuk generasi muda yang saat ini meneruskan perjuangan dakwah mengabdi di tengah umat, Ardiansyah berpesan kepada mereka untuk, pertama, yakin dengan pertolongan Allah. Dan, kedua, lakukan saja.

“Memang harus yakin, itu kuncinya. Allah kan sudah bilang siapa yang menolong agamaku, pasti kutolong. Siapa yang berdakwah pasti kubantu. Modal kita kan cuma itu, yakin kepada Allah dan lakukan,” pungkasnya.(ybh/hio)

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

“Sa Terharu, Sa Dapat Bantuan”, Simpul Sinergi Hangatkan Hati Mualaf Suku Marind

MERAUKE (Hidayatullah.or.id) -- Di tengah rimba Papua Selatan, suasana haru bercampur bahagia menyelimuti Distrik Malind, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img