
TULUNGAGUNG (Hidayatullah.or.id) — Tulungagung menjadi wadah lahirnya generasi baru calon pemimpin muda ketika Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Surya Melati Hidayatullah (SMH) menggelar Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) belum lama ini yang sekaligus menandai memasuki bulan September.
Dalam konteks keindonesiaan yang sarat dengan nilai kebersamaan, kegiatan ini menghadirkan gagasan bahwa kepemimpinan sejati bukanlah tentang instruksi, melainkan tentang pelayanan.
“Kepemimpinan tidak hanya tentang siapa yang memberikan instruksi, tapi lebih dari itu, kepemimpinan adalah siapa yang siap melayani dan membersamai karena memimpin itu adalah melayani. Dan sebelum kita memimpin orang lain, kita harus selesai dengan diri kita sendiri,” tegas Alim Puspianto, Ketua Satuan Komunitas Daerah (Sakoda) Pramuka Hidayatullah Jawa Timur.
Pesan tersebut menjadi pokok pemikiran utama yang menjiwai seluruh rangkaian LDK. Esensi kepemimpinan ditempatkan pada pondasi moral: bukan siapa yang paling kuat, tetapi siapa yang paling siap memberi manfaat.
LDK kali ini diikuti oleh 48 calon pengurus Gerakan Pandu Hidayatullah (GPH) periode 2025–2026. Kehadiran pengurus inti Sakoda Jatim beserta Sekretaris Departemen Pendidikan Hidayatullah Jawa Timur menegaskan pentingnya forum ini dalam mencetak kader yang berintegritas.
Aris Gunawan, Direktur LPI SMH Tulungagung, menyampaikan penghargaan kepada tim Sakoda.
“Kami berharap, bekal yang diberikan hari ini bisa menjadi bekal berharga bagi pengurus GPH dalam menjalankan tugasnya ke depan,” kata Aris dalam keterangannya, Jum’at, 26 Rabi’ul Awal 1447 (19/9/2025).
Menurut Aris, kegiatan ini digelar sebagai wujud komitmen sekolah untuk membentuk siswa yang unggul secara akademik sekaligus berkarakter kepemimpinan.
“Tidak hanya sekadar cerdas di kelas, mereka harus tumbuh dengan jiwa kepemimpinan yang berorientasi pada kebermanfaatan,” jelasnya.
Dalam materinya, Alim Puspianto menggarisbawahi bahwa kepemimpinan adalah tentang pengaruh positif. “Berbicara kepemimpinan tidak berbicara siapa yang hebat, tapi siapa yang siap memberikan manfaat,” ungkapnya.
Ia juga menggunakan analogi dunia rekreasi untuk menggambarkan pentingnya berorganisasi. “Jika sekolah hanya untuk datang dan pergi, kita hanya seperti melihat-lihat saja. Namun, jika kita aktif berorganisasi, kita seperti mengikuti seluruh permainan yang ada,” jelasnya.
Alim menekankan berorganisasi seperti melalui Sakoda Pramuka Hidayatullah sebagai ruang pembelajaran praktis. Dengan berorganisasi, siswa belajar keterampilan penting seperti negosiasi, manajemen, hingga kepemimpinan.
Rangkaian LDK dirancang dengan kurikulum komprehensif. Materi yang diberikan meliputi Leadership Basic Training, Manajemen Organisasi, Penguatan Pandu & Sako, Peraturan Baris-Berbaris, hingga Leadership Game. Perpaduan teori dan praktik membuat suasana interaktif serta menyenangkan.
Endang Suparti, penanggung jawab acara, mengungkapkan rasa syukurnya atas kelancaran kegiatan. “Pembawaan pemateri sangat bagus, materi outdoor dan game edukatif membuat suasana jadi bergairah,” katanya.
Endang menambahkan bahwa antusiasme peserta sangat tinggi. “Bahkan, mereka yang awalnya ragu untuk bergabung dengan GPH, kini sudah mantap untuk ikut. Semoga bisa menjadi bekal untuk kepengurusan GPH ke depan,” imbuhnya.
Endang berharap kegiatan ini terus bergulir sebagai upaya serius dalam investasi jangka panjang bagi bangsa. “Dari LDK di Tulungagung ini, nilai tentang memimpin sebagai melayani diperkuat kembali, sejalan dengan cita-cita membangun Indonesia yang berkarakter dan berdaya guna,” tandas Endang.