Hidayatullah.or.id — Sepanjang pertengahan bulan November hingga Desember ini Hidayatullah secara serentak berkelanjutan menggelar Musyawarah Wilayah (Muswil) yang sekaligus diselenggarakan dalam rangka menetapkan ketua dan anggota Dewan Pengurus Wilayah.
Ketua Umum DPP Hidayatullah Ustadz Nashirul Haq dalam sambutannya saat membuka Muswil Hidayatullah Jabodebek beberapa waktu lalu menjelaskan mengapa Hidayatullah menetapkan pengurus, bukan memilih seperti halnya halnya organisasi lain saat pergantian kepengurusan.
Nashirul menerangkan, Hidayatullah telah memilih sistem syura dalam pengambilan keputusan, termasuk dalam memilih dan menetapkan pemimpin.
“Kita meyakini bahwa sistem syura berbeda dengan sistem demokrasi, syura berlandaskan pada kedaulatan syariat, sedangkan demokrasi berlandaskan pada kedaulatan rakyat dimana suara mayoritas menjadi dasar dalam menetapkan keputusan,” jelasnya.
Dikatakan dia, jika kebenaran itu diserahkan kepada keinginan mayoritas manusia, maka niscaya akan menjadi rusak tatanan kehidupan ini. Karena, terangnya, manusia akan menentukan kebenaran berdasarkan selera dan keinginan hawa nafsunya. Hal itu disampaikan Nashirul seraya mengutip QS. Al Mukminun (23) ayat 71.
Namun, ditegaskan Ustadz Nashirul, proses menetapkan seseorang sebagai pemimpin tidaklah dilakukan dengan serta merta.
Beliau mengatakan bahkan jauh sebelum Musyawarah Nasional, Pimpinan Pusat Hidayatullah periode 2010-2015 telah mempersiapkan regenerasi kepemimpinan di Hidayatullah melalui training HiTC, mengidentifikasi potensi setiap kader melalui psikotes, menggali pemahamannya terhadap sistematika wahyu sebagai manhaj gerakan, rekam jejak selama ini dan sejauh mana kecintaan ummatnya melalui proses penyerapan aspirasi.
“Oleh karena proses pergantian kepemimpinan ini telah dipersiapkan begitu serius dan dalam waktu yang cukup panjang, maka fokus utama Musyawarah Wilayah ini diharapkan lebih kepada pembahasan tentang Hidayatullah lima tahun ke depan. Bagaimana Hidayatullah dapat memberikan kontribusi yang lebih optimal untuk kemaslahatan ummat, yakni mencerahkan dan memberdayakan ummat melalui gerakan tarbiyah dan dakwah,” tuturnya.
Beliau berpesan keputusan Munas tentang kebijakan-kebijakan strategis Hidayatullah dan rekomendasi-rekomendasi diterjemahkan lebih lanjut di Muswil dalam bentuk program-program kerja Wilayah yang lebih rinci dan kuantitatif khususnya yang terkait dengan mainstream tarbiyah dan dakwah.
“Hendaknya dipastikan bahwa semua anggota dan kader Hidayatullah terdaftar dan aktif dalam halaqah, masjid-masjid yang berada di bawah binaan anggota dan kader Hidayatullah semarak dan makmur dengan kegiatan ta’lim diniyah, serta terukur secara kuantitatif, penambahan jumlah amal usaha dan badan usaha yang dikelola baik amal usaha pendidikan, sosial, dakwah dan badan usaha ekonomi,” imbuhnya.
Kata Ustadz Nashirul, tidak ada hasil keputusan yang sempurna dan dapat memuaskan semua pihak. Karenanya, pesan beliau, kita semua diuji oleh Allah untuk bersabar dan menerima hasil-hasil musyawarah yang telah disepakati.
“Selanjutnya kembalikanlah semua urusan kepada Allah Subhanahu wa Taála, berdo’a agar Allah memberikan kebaikan atas keputusan yang disepakati,” pesannya dengan mengutip Al Qur’an Surah Ali Imran ayat 159:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu . Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”
“Proses musyawarah yang kita ikuti dalam Musywil ini bertujuan untuk menyatukan pikiran, menguatkan tekad dan membangun soliditas jamaah untuk mengemban amanah kepengurusan lima tahun ke depan. Setelah itu kita bertawakkal dan berserah diri kepada Allah Azza wa Jalla, mengiringi setiap gerak langkah kita dengan doa dan munajat kepada-Nya,” pesannya. (ybh/hio)