
SETIAP kali membuka mata di pagi hari, sesungguhnya kita sedang menyaksikan sebuah mukjizat hidup yang tak ternilai.
Dalam Surah Ibrahim ayat 34, Allah SWT mengingatkan manusia:
وَاٰتٰىكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَلْتُمُوْهُۗ وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌࣖ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu minta. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”
Ayat ini menegur kesadaran manusia yang sering lalai. Kita terlalu mudah lupa terhadap apa yang sudah dimiliki, dan justru lebih sibuk meratapi apa yang belum kita genggam.
Saat bangun tidur, lisan kita diajarkan untuk berucap, اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرُ “Alhamdulillahil ladzi ahyana ba’da ma amatana wa ilaihin nusyur.”
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami kembali setelah mematikan kami (sementara), dan hanya kepada-Nya lah kami akan kembali.”
Kalimat mulia ini adalah deklarasi syukur yang mendalam. Sebab tidur adalah kematian kecil, dan bangun adalah bentuk kehidupan baru yang Allah berikan. Maka setiap bangun pagi adalah karunia. Sebuah kesempatan baru, yang tak semua orang dapatkan.
Namun betapa sering hati kita dikuasai keluhan. Kita merasa kekurangan karena membandingkan diri dengan orang lain, merasa tidak cukup karena terpaku pada apa yang tidak ada.
Padahal, jika kita sejenak saja merenung, betapa banyak nikmat yang melekat pada diri ini sejak membuka mata di pagi hari. Kita bisa bernapas tanpa alat bantu, jantung berdetak teratur, otak masih bekerja, mata masih bisa melihat cahay. Ini semua bukan hal biasa.
Cobalah bertanya berapa biaya rumah sakit untuk pasien yang mengalami gangguan pernapasan, penyakit jantung, atau stroke. Nikmat sehat adalah kekayaan yang tidak bisa dibayar dengan harta.
Refleksi dari Surah Ibrahim ayat 34 memperlihatkan kepada kita bahwa kufur nikmat itu tidak selalu dalam bentuk menolak secara terang-terangan, tetapi bisa juga saat kita tidak merenungi dan mensyukuri karunia yang tampak sepele namun sesungguhnya sangat besar nilainya.
Bahkan, kemampuan untuk bersujud di pagi hari setelah bangun tidur adalah nikmat agung, karena tidak semua orang bisa melakukannya, entah karena sakit, lalai, atau telah wafat.
Karena itu, mulailah setiap pagi dengan syukur. Jangan biarkan pikiran langsung dipenuhi kekhawatiran duniawi. Resapi setiap detik kehidupan sebagai karunia, dan jadikan doa bangun tidur sebagai momen kontemplasi, bukan rutinitas kosong.
Ketika hati dibimbing oleh syukur, maka pikiran akan lebih jernih, langkah akan lebih ringan, dan hidup akan terasa cukup.
Nikmat Allah tidak selalu berupa hal-hal besar yang mencolok mata. Acapkali malahan, ia tersembunyi dalam hal-hal kecil yang kita anggap biasa.
Maka, mari belajar melihat luar biasanya yang biasa. Dan mulailah hari dengan kesadaran bahwa bangun pagi, dalam keadaan sehat, dan bisa sujud kepada-Nya, itu adalah nikmat yang melebihi harta dunia dan segala isinya.
*) Transkrip refleksi pagi dalam halaqah Umar Bin Khattab (Halaqah Subuh) pada Selasa, 25 Muharram 1447 (22/7/2025) yang disampaikan oleh Ust. Dr. Ir. Abdul Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si