
KONSEL (Hidayatullah.or.id) — Pesisir Pantai Gelora, Desa Torobulu, Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi saksi semangat kolaborasi dalam menjaga lingkungan melalui aksi nyata penanaman 1.000 pohon mangrove.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, Sabtu–Ahad, 24-25 Muharam 1447/ 19–20 Juli 2025 ini mengusung tema “Merawat Lingkungan Hari Ini, untuk Kehidupan Esok yang Lebih Baik.”
Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian semarak Musyawarah Nasional (Munas) VI Hidayatullah yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober mendatang.
Acara ini digagas oleh Halaqah Hidayatullah Rescue (H2R) Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Hidayatullah Sulawesi Tenggara, dengan dukungan dari berbagai pihak, termasuk Laznas BMH, SAR Hidayatullah, Pemuda Hidayatullah, Universitas Haluoleo (Unhalo), Yayasan Batundu Lestari Indonesia, dan Hidayatullah Mangrove Center (HMC).

Ketua DPW Hidayatullah Sulawesi Tenggara, Achmad Syahroni, menjelaskan bahwa tema kegiatan ini diangkat sebagai bentuk kesadaran kolektif untuk merawat ekosistem pesisir sebagai bagian dari tanggung jawab keimanan dan kebangsaan.
“Penanaman mangrove ini adalah simbol harapan. Kita tidak hanya berbicara tentang pohon, tapi tentang masa depan generasi. Tema ini mencerminkan komitmen Hidayatullah untuk hadir dan peduli terhadap isu-isu strategis bangsa, termasuk krisis iklim dan kerusakan lingkungan,” ujar Syahroni.
Lebih lanjut, Syahroni menekankan pentingnya peran organisasi kemasyarakatan dalam mendorong perubahan melalui aksi konkret yang melibatkan masyarakat, kampus, dan komunitas lokal.
Sementara itu, Ketua SAR Hidayatullah Sulawesi Tenggara, Abdul Hafidz, menyatakan bahwa kegiatan ini bagian dari kampanye lingkungan nasional. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini sejalan dengan tema besar Munas VI Hidayatullah yakni “Sinergi Anak Bangsa Menyongsong Indonesia Emas 2045.”
“Lingkungan adalah salah satu sektor strategis dalam menyongsong Indonesia Emas. Melalui aksi ini, kami ingin menunjukkan bahwa anak-anak bangsa bisa bersinergi membangun kesadaran lingkungan dari bawah. Penanaman mangrove ini adalah bentuk sinergi spiritual dan ekologis demi masa depan bangsa,” ujar Hafidz.

Selain aksi penanaman, acara ini juga dirangkaikan dengan edukasi lingkungan kepada para peserta dan masyarakat sekitar, termasuk pelatihan pengelolaan kawasan pesisir, teknik konservasi mangrove, serta diskusi terbuka bersama akademisi dari Universitas Haluoleo.
Partisipasi aktif generasi muda, khususnya dari kalangan mahasiswa dan santri, jelas Hafidz, menjadi elemen penting dalam kegiatan ini. Mereka tidak hanya menanam, tetapi juga menerima pemahaman praktis mengenai pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dalam konteks pembangunan berkelanjutan.
Dengan semangat gotong royong, Hafidz berharap, acara ini menjadi penanda bahwa membangun bangsa tidak hanya melalui pembangunan infrastruktur, tetapi juga melalui penjagaan dan pemulihan alam.
“Harapannya, 1.000 pohon mangrove yang ditanam ini dapat menjadi warisan hidup bagi generasi mendatang dan simbol komitmen umat terhadap masa depan bumi,” pungkasnya.*/