
BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Pemimpin Umum Hidayatullah, Ust. H. Abdurrahman Muhammad, menegaskan bahwa hakikat kehidupan seorang mukmin adalah pengabdian total kepada Allah. Hal tersebut disampaikannya dalam sesi akhir hari pertama Rapat Pleno Evaluasi Program Kerja Semester I 2025 di Kampus Ummulqura Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan, direportase Senin, 10 Shafar 1447 (4/8/2025).
“Karenanya, jika jati diri kita adalah pengabdian, maka tidak ada masalah dalam hidup orang beriman. Yang sering menghambat penugasan justru kekhawatiran berlebihan: mampukah membiayai anak, mencukupi kebutuhan, dan sebagainya,” ungkapnya di hadapan para peserta pleno.
Ustaz Abdurrahman menukil ayat Al-Qur’an dalam Surah Al-Anbiya ayat 73 sebagai pijakan utama konsep kepemimpinan dalam Islam. Ayat tersebut berbunyi, “Dan Kami jadikan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, dan telah Kami wahyukan kepada mereka untuk melakukan kebaikan, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan hanya kepada Kami mereka menyembah.”
Ia menyampaikan rasa syukur atas nikmat kesehatan, lahir dan batin, yang menjadi bekal utama untuk beribadah, belajar, bekerja, dan memimpin.
Dalam sesi tersebut, ia juga menceritakan bahwa dirinya sempat berada di Kampus Hidayatullah Madinatul Izzah Mubarak, Lamatanre, Kabupaten Pinrang, dalam rangka menghadiri kegiatan Semarak Muharram serta peletakan batu pertama Masjid As-Salam Lamatanre.
“Saya bersyukur dalam kegiatan peresmian masjid tersebut, seluruh pembimbing dan istri mereka hadir, menandakan ruh perjuangan yang masih menyala,” ujarnya.
Meski kondisi fisik tidak sepenuhnya fit, Ustaz Abdurrahman tetap mengunjungi empat titik pembangunan kampus Hidayatullah di Sulawesi Selatan, yakni Parepare, Lamatanre, Pinrang, dan Parengki, sebagai bentuk pendampingan dan peneguhan semangat kaderisasi.
Dalam konteks pendidikan dan dakwah, ia menegaskan pentingnya adab dalam diri guru dan muballigh. “Adab bukan sekadar ucapan sopan seperti ‘tabe’ tabe’’, tetapi perilaku yang berdiri di atas kebenaran, kebermanfaatan, dan keihsanan,” ucapnya.
Ia kemudian mengutip sabda Nabi Muhammad SAW dalam hadis riwayat Bukhari, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Menurutnya, pengabdian harus dimulai dari keteladanan. Ruh ilmu, amal, dan kepemimpinan bertumpu pada keteladanan yang nyata.
“Saya jaga ruh saya. Saya membaca, bekerja, dan mengontrol kerja teman-teman. Apa lagi yang bisa diperlihatkan, kecuali bahwa di sini ada orang yang bekerja, berpikir, dan beribadah,” jelasnya.
Ia pun mengajak seluruh elemen lembaga untuk tidak sekadar fokus mengejar prestasi akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai spiritual, moral, dan kebersihan dalam lingkungan kampus dan asrama. “Kalau sudah ada uswah dan qudwah, barulah kita pantas mengundang orang datang ke tempat kita,” pungkasnya.