
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Dakwah merupakan tugas mulia yang mewarisi jejak perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan ajaran Islam. Namun, di tengah tantangan zaman yang kian kompleks, seorang dai dituntut untuk terus memperkuat diri, baik secara spiritual maupun intelektual.
Komisioner Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) KH. Dr. Ahmad Sudrajat, Lc., M.A., menekankan pentingnya quwwatul iman (kekuatan iman) dan quwwatul fikriyah (kekuatan pemikiran) sebagai fondasi utama dalam menjalankan tugas dakwah.
“Bersyukurlah teman-teman yang menjadi dai, karena menjadi punggawa dan sanad Rasulullah. Rasulullah adalah dai yang istimewa. Ikutilah langkah-langkah dan strategi beliau, meskipun tidak semua bisa kita terapkan secara penuh,” ujarnya.
Pesan ini disampaikan KH. Dr. Ahmad Sudrajat, Lc., M.A., pada acara Upgrading Nasional Dai dan Penugasan 1000 Dai Ramadhan 1446 yang digelar Korps Muballigh Hidayatullah (KMH) kerjasama dengan Lembaga Amil Zakat Nasional Baitulmaal Hidayatullah (Laznas BMH) di Pusat Dakwah Hidayatullah, Cipinang Cempedak, Jakarta, beberapa waktu lalu dan disitat pada Selasa, 4 Ramadhan 1446 (4/3/2025).
Dalam paparannya, KH. Dr. Ahmad Sudrajat menegaskan bahwa seorang dai tidak hanya bertugas menyampaikan ajaran Islam secara verbal, tetapi juga harus menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari.
Dia menekankan, profesi dai sebuah amanah besar yang menghubungkan seorang dai dengan tradisi profetik Rasulullah SAW. Quwwatul iman menjadi pilar pertama yang harus dimiliki seorang dai.
Kekuatan iman inilah yang akan menjadi benteng ketika seorang dai menghadapi berbagai ujian. Namun, kekuatan iman tidak berdiri sendiri. KH. Ahmad Sudrajat juga menegaskan pentingnya quwwatul fikriyah, yaitu kekuatan pemikiran yang tajam dan adaptif.
KH. Ahmad Sudrajat mengajak para dai untuk meneladani langkah-langkah dan strategi Rasulullah SAW dalam berdakwah. Rasulullah adalah sosok dai yang istimewa, tidak hanya karena kelembutan akhlaknya, tetapi juga karena kecerdasan strategi yang beliau terapkan.
Rasulullah mampu menyesuaikan metode dakwahnya sesuai dengan karakteristik masyarakat yang dihadapi. Namun, Ahmad juga mengingatkan bahwa tidak semua strategi Rasulullah dapat diterapkan secara langsung di masa kini, mengingat perbedaan konteks zaman dan tantangan yang dihadapi.
Seorang dai, menurut KH. Ahmad Sudrajat, harus memiliki sikap terbuka terhadap perubahan tanpa kehilangan identitasnya sebagai pembawa risalah Islam.
“Ketika lemah, maka ingat mentor dan berdiskusi untuk mencari solusinya. Seorang dai tidak boleh cukup dengan apa yang kita miliki hari ini,” tegas Pimpinan Pusat Pagar Nusa ini, organisasi pencak silat yang dibentuk oleh Nahdlatul Ulama (NU).
Pelatihan yang menjadi wadah penyampaian materi oleh KH. Ahmad Sudrajat ini bertujuan untuk membekali para dai dengan wawasan dan strategi yang lebih efektif, terutama dalam menghadapi Ramadhan 2025.
Bulan suci Ramadhan selalu menjadi momen penting bagi umat Islam untuk memperdalam keimanan dan meningkatkan kualitas ibadah. Namun, bagi seorang dai, Ramadhan juga merupakan ujian sekaligus peluang untuk memberikan dampak signifikan bagi umat.
KH. Ahmad Sudrajat menegaskan bahwa seorang dai harus menjadi manusia pembelajar yang tidak pernah merasa puas dengan ilmu atau pengalaman yang dimilikinya saat ini. “Seorang dai harus menjadi manusia pembelajar,” ujarnya.*/Fuad Azzam