AdvertisementAdvertisement

Semangat Membara Meraih Keberkahan di Penghujung Hari hari Ramadhan

Content Partner

BULAN Ramadhan hadir sebagai anugerah yang dinantikan oleh jutaan, bahkan miliaran umat Islam di seluruh penjuru dunia. Kehadirannya bukan sekadar peristiwa musiman, melainkan sebuah momen suci yang mengundang harapan, doa, dan kerinduan mendalam.

Banyak di antara umat Islam yang memanjatkan munajat kepada Allah SWT agar diberi kesempatan untuk kembali bertemu dengan Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Harapan ini bukanlah angan kosong, melainkan didasari oleh kesadaran akan keistimewaan dan kemuliaan yang tersemat dalam bulan penuh berkah ini.

Ramadhan menawarkan hidangan spiritual yang luar biasa: ampunan atas segala dosa, keberkahan yang melimpah, serta pahala kebaikan yang berlipat ganda. Inilah yang menjadikan Ramadhan sebagai cita-cita tertinggi bagi setiap muslim yang ingin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Keistimewaan Ramadhan tidak hanya terletak pada janji-janji Ilahi, tetapi juga pada transformasi nyata yang terlihat dalam kehidupan umat Islam saat bulan ini tiba. Di mana-mana, kita saksikan semangat ibadah yang membuncah. Orang-orang berlomba-lomba mengisi waktu mereka dengan amal saleh, seolah tak ingin ada detik yang terlewat tanpa kebaikan.

Shalat, tilawah Al-Qur’an, sedekah, dan berbagai bentuk ibadah lainnya menjadi pemandangan yang kian akrab. Bahkan, jauh sebelum Ramadhan tiba, banyak yang telah mempersiapkan diri secara maksimal—baik dari segi fisik, kebutuhan penunjang ibadah, maupun materi. Harta dan kekayaan dikelola dengan penuh kesadaran untuk mengundang lebih banyak keberkahan, menunjukkan betapa Ramadhan bukan hanya soal menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang memurnikan jiwa dan memperkaya amal.

Semangat semacam ini juga tercermin dalam berbagai inisiatif kebaikan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Sebagai contoh, keluarga Vanilla Hijab bersama Baitul Maal Hidayatullah (BMH) secara rutin mengisi hari-hari Ramadhan dengan aksi nyata yang menyebarkan kebahagiaan. Ribuan santri, dai, guru ngaji, pengemudi ojek online, komunitas muallaf di kampung Baduy, hingga jamaah i’tikaf merasakan sentuhan kebaikan dari upaya ini.

Program-program tersebut bukan sekadar inisiatif filantropi, melainkan bukti nyata bahwa pemahaman mendalam tentang keistimewaan Ramadhan mendorong umat Islam untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Mereka yang menyadari hakikat bulan ini memilih untuk memperbanyak ibadah dan amal saleh, menjadikan Ramadhan sebagai ladang subur untuk menanam benih kebaikan yang akan dipanen di akhirat kelak.

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ ۚ وَمَا تُقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ ٱللَّهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Demikianlah landasan semangat itu diperkuat oleh firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, khususnya pada Surah Al-Baqarah ayat 110:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

Ayat ini menjadi penegasan yang kuat bahwa setiap upaya kebaikan—terutama di bulan Ramadhan—tidak akan sia-sia. Allah SWT menjanjikan balasan yang setimpal, bahkan lebih, atas segala amal yang dilakukan dengan ikhlas.

Pesan Qur’ani membawa optimisme luar biasa: bahwa setiap langkah kecil menuju kebaikan, setiap tetes keringat dalam ibadah, dan setiap niat tulus untuk berbagi, dicatat dengan sempurna oleh Allah Yang Maha Melihat.

Lebih jauh lagi, Ramadhan mengajarkan kita bahwa kebaikan bukanlah sekadar transaksi akhirat, tetapi juga investasi duniawi yang mempererat tali kemanusiaan.

Ketika kita melihat bagaimana kebaikan menyebar—dari santri yang berseri-seri wajahnya hingga komunitas muallaf yang merasakan kehangatan solidaritas—kita diingatkan bahwa Ramadhan adalah momentum untuk membangun peradaban yang lebih mulia.

Allah SWT menegaskan bahwa tidak ada satu pun amal saleh yang luput dari perhatian-Nya. Apalagi jika kebaikan itu dilakukan di bulan yang penuh kemuliaan ini, ganjarannya menjadi berlipat, membawa harapan bagi setiap individu untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Dengan demikian, Ramadhan bukan hanya tentang kerinduan untuk bertemu dengannya, tetapi juga tentang bagaimana kita mengisinya dengan makna. Persiapan yang matang, ibadah yang sungguh-sungguh, dan kebaikan yang konsisten adalah wujud nyata dari penghayatan akan keistimewaan bulan ini.

Kini kita sudah berada di penghujung. Mari kita maksimalkan Ramadhan yang tersisa ini dengan hati yang lapang dan semangat yang membara, karena di dalamnya terdapat peluang emas untuk meraih ampunan, keberkahan, dan kebahagiaan abadi.[]

*) Adam Sukiman, penulis Ketua Pengurus Wilayah Pemuda Hidayatullah Daerah Khusus Jakarta dan Koordinator Rumah Qur’an (RQ) Hidayatullah Jakarta

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Jangan Lupakan Palestina Kita dan Persatuan Umat

اَللهُ أَكْبَرْ، اَللهُ أَكْبَرْ، اَ للهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَا اِلَهَ اِلَّا اللهُ...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img