
BANTEN (Hidayatullah.or.id) — Ratusan dai Hidayatullah berkumpul di Kampung Muallaf Suku Baduy, Desa Cibungur, Kabupaten Lebak, Banten, pada Sabtu-Ahad, 28 Rabi’ul Awal 1447 H atau 20–21 September 2025. Mereka hadir dalam Halaqoh Kubro Gabungan yang melibatkan tiga wilayah dakwah, yakni Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.
Kegiatan forum silaturrahim dan konsolidasi dai yang berlangsung dengan suasana guyuran hujan ringan ini perwujudan kesungguhan membangun sinergi dakwah lintas daerah.
Ketua Panitia Ahmad Maghfur Gunawan menegaskan,kegiatan silaturrahim dan malam refleksi ini erat kaitannya dengan spirit pembinaan dan kiprah pengabdian dalam menerangi hidup umat yang dilakukan oleh Hidayatullah di berbagai titik di nusantara.
Diharapkan dari sini, kian memantapkan nawaitu luhur bahwa peran dakwah, pembangunan, dan penguatan transformasi peradaban mesti menyentuh semua kalangan termasuk saudara saudara sebangsa dan setanah air yang ada di pedalaman.
“Lebih dari sekedar silaturrahim yang berlangsung di tengah keindahan alam pedalaman Banten, melalui agenda ini Hidayatullah ingin menegaskan bahwa dakwah adalah sarana perekat bangsa, menyapa masyarakat tanpa memandang batas geografis, budaya, maupun latar belakang,” katanya Maghfur dalam keterangannya.
Peran dakwah, pembangunan, dan penguatan transformasi peradaban tidak dapat berhenti hanya di kota-kota besar atau pusat-pusat keramaian. Maghfur menegaskan, nilai luhur dakwah Islam mengajarkan bahwa setiap manusia, tanpa kecuali, memiliki hak yang sama untuk mendapatkan cahaya ilmu dan bimbingan hidup.
“Dalam konteks keindonesiaan, semangat itu berarti memastikan bahwa pesan kebaikan, pendidikan, dan pembangunan juga hadir bagi saudara-saudara sebangsa yang hidup jauh di pedalaman, di kampung-kampung adat, atau di wilayah terpencil yang kerap terabaikan,” kata pria Sunda yang juga Ketua DPW Hidayatullah Banten ini.
Ia melanjutkan, dakwah yang menyentuh pedalaman hadir sebagai jalan pembinaan, mengajarkan nilai persaudaraan, dan menumbuhkan kesadaran kolektif untuk bangkit bersama.
“Pembangunan yang lahir dari dakwah ini tidak hanya fisik, tetapi juga pembangunan manusia yang mencerdaskan akal, melembutkan hati, dan menguatkan ikatan sosial,” terangnya, seraya menegaskan bahwa ini bentuk dari amanah kebangsaan yang sejalan dengan nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam yang membawa rahmat bagi seluruh alam.
Di sisi lain, penguatan transformasi peradaban menjadi bagian penting dari misi ini. Islam tidak hanya berbicara tentang ibadah personal, tetapi juga tentang bagaimana sebuah masyarakat bergerak menuju tatanan yang lebih adil, bermartabat, dan berdaya.
Maghfur menerangkan, ketika nilai-nilai dakwah masuk ke ruang kehidupan masyarakat pedalaman, ia menjadi energi perubahan yang menumbuhkan kemandirian, memperkuat gotong royong, dan menghubungkan pedalaman dengan arus besar kebangsaan.
Bagi Hidayatullah, jelas Maghfur, Indonesia adalah mozaik yang terdiri dari berbagai suku, bahasa, dan adat. Setiap ujung negeri adalah bagian dari rumah besar yang sama. Karena itu, lanjutnya, menjadikan dakwah dan pembangunan hadir di pedalaman bukanlah pilihan, melainkan keharusan.
“Dakwah adalah wujud nyata bahwa Islam di bumi Nusantara senantiasa bergerak menyatukan, bukan memisahkan. Merangkul, bukan mengucilkan. Seperti pesan para pendiri bangsa, kemerdekaan ini harus dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, termasuk mereka yang hidup di balik hutan, di pegunungan, atau di pulau-pulau terluar,” katanya.
Maka, imbuhnya lagi, ketika dai-dai Hidayatullah menjejakkan kaki di Kampung Baduy, pesan yang dibawa bukan sekadar seruan dakwah, melainkan peneguhan janji kebangsaan bahwa cahaya peradaban harus sampai ke semua kalangan.
“Inilah spirit Islam dan keindonesiaan yang bertemu, menghadirkan harapan baru agar setiap anak bangsa dapat tumbuh dalam bimbingan iman, ilmu, dan kebersamaan,” tandasnya.
Dalam kesempatan tersebut hadir Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Tasrif Amin, M.Pd., dan Ketua Departemen Perkaderan Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Dr. Muhammad Saleh Usman, S.S., M.Kom, sebagai narasumber utama.