Hidayatullah.or.id – Dalam rangka berupaya terus menguatkan peranan di tengah umat, dai Hidayatullah se-Sulawesi mengadakan acara silaturrahim momentum Syawal yang digelar di Kabupaten Kolaka, baru baru ini.
Letihnya peserta silaturahmi dai dengan rute yang berbeda jarak dan waktunya itu seperti terbayar lunas dengan sambutan hangat panitia dan indahnya taman yang ikut menyapa mata.
Dipilih kampus Hidayatullah Ulu Kalo kecamatan Iwoimendaa kabupaten Kolaka, acara yang digelar setiap tahun ini dihadiri oleh sekira 40 peserta yang berasal dari semua provinsi di Sulawesi.
Drs. Nasri Bukhori, ketua Pengurus Wilayah yang juga ketua panitia menyebutkan “Sukesnya acara ini atas dukungan seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah karena ini adalah pesantren berbasis masyarakat”.
“Selamat datang di pesantren tak berpagar” imbuhnya, karena warga Hidayatullah hanya menyediakan tempat acara saja adapun konsumsi dan akomodasi seluruhnya ditanggulangi pemerintah warga desa Ulu Kalo.
Kata Nasri, momentum Syawal ini merupakan saat yang tepat untuk merekatkan ukhuwah dengan silaturrahim yang seiring dengannya menjadi ajang koordinasi menggalakkan peran dakwah di kawasan tersebut.
Ditambahkan, dari sekira lima ratusan tamu dan undangan pembukaan yang hadir adalah majelis taklim binaan dan tetangga sekitar pesantren Hidayatullah.
Membenarkan pernyataan panitia, Bupati Kolaka H. Ahmad Safei, SH. MH, menyebutkan kalau gerakan pencerahan secara menyeluruh juga dicanangkan mulai dari jajaran pemerintahannya.
“Masa jabatan saya yang tinggal tiga tahun ini akan saya maksimalkan untuk program pemberantasan buta aksara al-Quran dan Hidayatullah ini adalah mitra pemerintah” tandasnya.
Ditemani wakilnya, M. Jayadin, SE. dan Kepala Kemenag, Kabag Kesra dan beberapa kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah kabupaten Kolaka menguatkan bahwa masyarakat tidak perlu meragukan komitmen pemerintah dalam mewujudkan Kolaka sebagai kota Budaya, Pahlawan dan terutama kota religius.
Diawali dengan kesanggupan pemerintah kabupaten Kolaka dalam menyanggupi perampungan pembangunan asrama putri di kampus Ulu Kalo.
“Saya titip amanah kepada para dai semuanya, tantangan moral bangsa ini akan semakin membesar, untuk itu bangunlah jiwanya bangunlah mental generasi kita karena sesungguhnya godaan yang bisa merusak masa depan mereka seperti narkoba dengan segala jenisnya adalah sumber segala keburukan” tutupnya.
Panitia Siltaruhami Dai dan Rapat Kordinasi Kampus Madya se Sulawesi mengalokasikan waktu tiga hari, dari Jumat (15/7) hingga acara akan ditutup pada Ahad lusanya.
Drs. Tasrif Amin, M. Pd.I selaku kordinator kampus madya se indonesia, hadir mendampingi selama jalannya perhelatan ini. Juga Drs. Wahyu Rahman turut urun materi di acara yang mengambil tema “Rajut Ukhuwah Tumbuhkan Spirit Berquran”.
Sangat terasa nuansa silaturrahminya, disela materi formal panitia menyelipkan kegiatan yang membuat semua peserta merasa tidak kaku seperti pertandingan sepak bola antar provinsi, lomba berenang dan memancing.
Juga beberapa stimulasi kegiatan usai shalat subuh di masjid yang dipadatkan dengan pelajaran hukum-hukum tajwid, halaqan qur’an dan mentadabburinya.
Dihadiri seluruh peserta Silaturahmi Dai, masyarakat umum dan pelajar. Dialog Tokoh, juga dimasukkan dalam sesi hari ke dua. Sebagai pembicara masyarakat dan panitia mengundang Dr. Ir. H. Aziz Qahhar Mudzakkar, M.Si tandem dengan pendidik di Universitas Haluleo Dr. Peribadi, M.Si.
Keduanya mengulas lebih banyak tentang fenomena kekinian generasi calon penerus perjuangan yang harus lebih dekat dengan al-Quran sebagai patron gerakan membangun bangsa yang kuat, bangsa yang religius.
Dengan waktu yang tiga hari itu peserta diharapkan mampu menerapkan sistem yang dipaparkan beberapa pemateri termasuk Ir. Khairil Bais yang memberikan tekanan pada pentingnya menghargai keberadaan kader dalam menjalankan manajemennya di kampus-kampus madya.
Sebagaimana maklum, kampus yang sejatinya sebagai swaka generasi dalam berqur’an itu tidak hanya sekedar menjalankan fungsi sosialnya saja namun diharapkan mampu mengantar warganya beriman dan bertaqwa sebagai miniatur masyarakat berperadaban. */Muhammad Bashori