
LOMBOK (Hidayatullah.or.id) — Di sudut tenang Pulau Lombok, pada sebuah pondok pesantren bernama Hidayatullah Mataram, Masjid Abdullah Ihsan memantulkan suara syahdu lantunan ayat-ayat Al-Qur’an.
Suara itu bukan berasal dari pengeras suara, melainkan dari lisan para santri muda yang menghafal dan mengamalkan kalam Ilahi. Di tempat sederhana ini, generasi penerus bangsa sedang ditempa. Mereka tak hanya cakap dalam ilmu dunia, tetapi juga kuat memegang cahaya wahyu.
Pada hari Jum’at yang penuh berkah, Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) kembali menunaikan amanah besar yaitu menyalurkan 350 mushaf Al-Qur’an kepada para santri penghafal Al-Qur’an di pesantren tersebut. Sebuah kegiatan yang tampak sederhana, namun sarat makna dan visi peradaban.
Setiap mushaf adalah permulaan mimpi baru, semangat baru, dan berkah yang terus mengalir. Ini adalah bagian dari program nasional BMH, “Tebar Sejuta Al-Qur’an,” sebuah ikhtiar strategis dan spiritual untuk membumikan Al-Qur’an ke seluruh penjuru negeri—termasuk daerah-daerah yang masih minim akses terhadap mushaf berkualitas.
Setiap mushaf yang diserahkan bukan hanya kertas dan tinta. Ini adalah doa-doa yang tersusun rapi dalam bentuk kitab suci, yang akan menyemangati para santri dalam perjalanan mereka menjadi hafidz-hafidzah masa depan.
Kebahagiaan sederhana tetapi tulus tampak dalam ekspresi Baharudin, salah satu santri penerima mushaf.
“Alhamdulillah, terima kasih kami sampaikan kepada BMH yang telah memberikan kami Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an baru ini, kami semakin berkembang dan bersemangat dalam menghafal,” ujarnya sambil tersenyum, seperti dalam keterangan diterima media ini, Ahad, 20 Dzulqaidah 1446 (18/5/2025).
Bagi para santri, Al-Qur’an adalah lebih dari sekadar buku. Ia adalah sahabat setia dalam kesunyian malam, guru abadi yang membimbing akhlak, dan bekal kehidupan yang melampaui dunia.

Kebaikan ini lahir dari sinergi antara BMH, para donatur, dan Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah. Sebuah kolaborasi yang menghadirkan kembali makna gotong royong dalam bentuk spiritual. Setiap lembar mushaf adalah titipan cinta dari mereka yang percaya bahwa investasi terbaik adalah untuk kehidupan akhirat.
BMH membuktikan bahwa membangun bangsa tak hanya soal infrastruktur atau ekonomi, tapi juga tentang menjaga warisan ilahiah—Al-Qur’an—agar tetap hidup di dada para pemuda. Lewat gerakan ini, BMH mengokohkan posisinya sebagai institusi dakwah dan pendidikan yang menyatukan iman, ilmu, dan amal.
“Setiap langkah BMH adalah upaya untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan utama bagi masyarakat luas,” ungkap Nurkholis, Kepala BMH NTB.
“Penyaluran Al-Qur’an akan terus kami lakukan, hingga sampai ke pelosok-pelosok yang membutuhkan. Ini adalah bagian dari syiar maksimal Al-Qur’an di bumi pertiwi,” tambahnya.
Program Tebar Sejuta Al-Qur’an tak berhenti di Mataram. Ia terus bergerak, menembus batas geografis dan sosial. Sebuah perjalanan panjang yang menegaskan bahwa gemuruh wahyu tak akan pernah padam, selama masih ada yang rela menghidupkannya dalam dada dan amal nyata.*/