Hidayatullah.or.id — Dai atau muballigh merupakan tugas berat yang hanya mampu dipikul oleh mereka yang telah mantap secara spiritual. Karena itu, setiap dai harus menjaga “stamina” spiritualitasnya tersebut agar dalam dalam menjalankan tugas selalu prima.
Demikian disampaikan Ketua Umum PP Hidayatullah Dr Abdul Mannan saat memberikan pengantar dalam acara bincang ringan silaturrahim dai-muballigh di Kota Depok, Jawa Barat, belum lama ini.
“Kekuatan spiritual akan mendukung kinerja para dai di mana saja berada. Dengankekuatan spiritual seorang muballigh akan memiliki kekuatan yang sangat dahsyat sekali,” kata beliau.
Beliau menegaskan, spiritual yang gersang dengan spiritual yang prima itu akan berbeda daya pengaruhnya. Ia mencontohkan, tatkala seorang dai pada siang harinya akan mengisi hutbah Jum’at tapi di malam harinya tidak bangun shalat tahajud untuk mendukung stamina spiritualnya, maka akan gersang hasilnya.
“Walaupun ceramahnya sistematis, materinya hebat, tetapi itu pendengarnya gless. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Bobot spiritual itu menentukan, bener ini. Jangan dianggap remeh,” imbuhnya.
Lebih jauh beliau mendorong para dai agar cakap sosial dan proporsional. Sebab, peranya sebagai pembawa risalah Islam, dai merupakan peran mulia sebagai pemasar (marketer) Islam. Seorang marketer, lanjut beliau, sejatinya harus dapat memahami dan mengetahui daya intelektual audiens.
Beliau juga berpesan kepada para dai untuk mengedepankan kearifan dalam melakukan kerja-kerja dakwah. Kata beliau, seorang dai harus bisa menempatkan diri dalam proprosi yang tepat.
Diterangkannya, tentu berbeda metode pemyampaian materi antara kepada santri dengan dengan audiens di tempat atau geografis tertentu. Tidak saja itu, seorang dai pun dituntut untuk pandai mengelola waktu.
“Jangan sampai bisa mengawali khutbah tapi tidak bisa berhenti,” seloroh beliau disambut tawa hadirin.
Termasuk dalam masalah menyindir. Kata beliau, seorang dai harus mampu memahami psikologi objek dakwah. Memahami psikologi audiens dakwah menjadi sangat penting sebab komunikasi dakwah adalah proses yang dilakukan untuk mengubah atau mempengaruhi yang menimbulkan perubahan.
Kegiatan temu ukhuwah dan bincang silaturrahim jelang berbuka puasa ini dihadiri puluhan dai muballigh digelar oleh DKM Masjid Ummul Quro yang didukung oleh Yayasan Pesantren Hidayatullah Depok dan Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah. (ybh/hio)