JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ikatan emosional atau emotional bonding yang baik antar pasangan merupakan hal penting dalam menjalani kehidupan yang bahagia. Tak kalah penting, ikatan hati antara orangtua dan anak-anak juga amat dipengaruhi oleh hubungan yang baik orangtua.
Namun, karena sebab tertentu, ikatan emosional itu sukar terjalin terutama pada orang-orang memiliki masa lalu yang kurang menyenangkan yang menyebabkan trauma berkepanjangan.
Menurut Psikolog yang juga spesialis pengasuhan anak Elly Risman Musa, tekanan masa lalu tersebut memang mempengaruhi kualitas hidup bahkan dampaknya pun bisa berpengaruh terhadap kepengasuhan anak.
“Bagaimana kita menyelesaikan masalah dengan kepengasuhan anak anak kita, maka pertama tama harus selesaikan dulu masalah kita orangtua sebagai suami istri,” katanya dalam acara Webinar Series 02 Pra Munas V Hidayatullah bertajuk “Mengokohkan Jatidiri Keluarga Sebagai Basis Peradaban Islam” seperti dikutip dari siaran live streaming kanal Youtube Hidayatullah ID, Sabtu (19/9/2020).
Elly pun berbagi tips bagaimana membangun emotional bonding dan menghilangkan tekanan masa lalu yang barangkali selama ini selalu menghimpit dada.
Tips dari Elly ini mengambil spirit kontemplatif dari kitab suci Al Qur’an surah Al Imron ayat 159, yang artinya:
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.
Dia menjelaskan, lemah lembut akan mengilangkan syak wasangka. Dengan memaafkan dan memintakan ampun serta membangun dialog, akan meneguhkan kebersamaan dalam jalinan ikatan hati. Dan, terus bersungguh sungguh dalam upaya tersebut.
Dia menambahkan tipsnya. Setelah kita shalat, lanjutkan membaca istighfar seraya mengusapkan telapak tangan dari ujung kaki ke ujung kepala dan berkata pada tangan, “Wagai lenganku, aku izinkan engkau menjadi detektor untuk menemukan di mana tubuhku terasa berat karena beban emosiku selama ini”.
Setelah itu, bisa meletakkan telapan tangan di dada dan katakan kepada telapak tangan dan jari jari, “Wahai telapak tanganku dan jari jariku, aku izinkan kau mencabut semua beban emosiku”. Letakkan tangan kita semua ke bagian tubuh.
Jika merasa harus diteriakkan, maka silahkan diteriakkan dalam satu hentakan. Karena itu, perlu disiapkan kain atau bantal untuk menutup mulut wajah agar tidak membuat orang lain terganggu.
Setelah itu lakukan relaksasi dengan mengatur pernafasan. Bisa berelaksasi dengan bersandar seraya melafaskan shalawat dengan gerakan mulut hingga getarananya terasa di lekukan wajah. Lakukan berulang-ulang secara istiqomah.
“Kemudian duduklah berdua membicarakan perwakinan kita dulu. Ambillah kertas. Lihatlah anak anak kita masing masing. Anak nomor satu, kita kelirunya di mana. Panggil anak kita dan duduklah bersama secara berjejer tiga, bukan berhadapan seperti menyidang,” kata Elly berbagi tipsnya.
Elly menyarankan agar ayah yang harus memulai bicara ke anak pada momen tersebut. Kalau perlu latihan dulu, karena mungkin saja ayahnya pendiam sekali, atau bertipikal kasar, atau mungkin ayah yang lembut.
“Ceritakan semua pada anak tentang realitas selama masa pandemi ini, perasaannya, dan sebagainya. Cara kita bicara harus berubah. Dengan dada yang sudah merdeka, kita tak mungkin lagi marah marah,” tukasnya.
Dalam proses komunikasi dengan anak tersebut, orangtua harus berubah caranya seperti menurunkan frekuensi, jeli dalam membaca bahasa tubuh anak agar mengalirkan emosi anak, mampukan diri untuk menebak perasaannya dan jangan pakai gaya 12 bahasa populer.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber lainnya yaitu Presidium Badan Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) Dr Hj Sabriati Aziz, Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah (PP Mushida) Drs Reni Susilawati, Ketua Bidang Tarbiyah DPP Hidayatullah Dr Tasyrif Amin dan dimoderatori oleh Ust Hanafi Usman..*/Ainuddin Chalik