Hidayatullah.or.id — Sejak acara Silaturahim Nasional (Silatnas) Hidayatullah bulan Juni 2013 lalu, seluruh kader dan jamaah Hidayatullah kini memiliki Piagam Gunung Tembak.
Sebuah piagam kesepakatan yang berisi seruan untuk menegakkan peradaban Islam dengan memakmurkan masjid, menuntut ilmu, bersilaturrahim, berjiwa sosial, mendirikan shalat berjamaah, tawadhu’, berdakwah, dan menjadi teladan yang baik di masyarakat.
Bagi kader dan jamaah Hidayatullah, Piagam Gunung Tembak tentunya bukan sekedar simbol yang menghiasi penutupan gawe besar seperti Silatnas lalu. Tapi ia adalah spirit yang menjadi energi dalam setiap perlangkahan dakwah di seluruh penjuru nusantara.
Demikian yang disampaikan Ketua Majelis Syura Hidayatullah, K.H. Hamim Thohari, ketika menyampaikan taushiyah di hadapan peserta Training Marhalah Wustha hari ini yang digelar oleh Pengurus Wilayah (PW) Hidayatullah Kalimantan Timur, 8-11 Januari 2014.
“Hendaknya hal ini menjadi perhatian kita semua. Jangan sampai ada diantara kita yang lupa dengan Piagam Gunung Tembak,” ucap Hamim yang lebih karib disapa ustadz ini.
“Kita telah berbuat dzalim jika ada diantara kita yang tidak pernah lagi menengok apa isi piagam tersebut. Ia adalah janji sekaligus kontrak kita bersama dalam dakwah menegakkan peradaban Islam,” lanjut beliau.
Beliau menegaskan, jika kita sendiri tidak mengindahkan hasil kesepakatan sendiri, maka Bagaimana kita bisa berharap agar umat juga peduli dengan urusan dakwah ini.
Kehadiran Ustadz Hamim di acara pembukaan marhalah ini sekaligus menjadi narasumber pertama di acara yang digelar selama 4 hari di Gedung Unit Pelaksana Teknis Bersama (UPTB) Balai Penelitian Pertanian (Bapeltan) Samarinda, Kaltim.
Masih menurut Hamim, Gunung Tembak adalah akar sejarah dari perjuangan dakwah Hidayatullah. Itu juga yang menjadi alasan mengapa piagam yang dicetus lalu dinamai Piagam Gunung Tembak. Sebagai contoh, Muhammadiyah meskipun kini kian berkembang pesat di sejumlah daerah. Tetap saja Muhammadiyah tidak bisa melepaskan jati dirinya yang lahir di kota Jogjakarta. Sebagaimana juga Nahdhatul Ulama yang kental dengan celupan dari Jawa Timur.
Untuk itu, terang beliau, Gunung Tembak adalah milik semua kader Hidayatullah. Dari sanalah seluruh juru dakwah –pada awalnya- ditembakkan ke seluruh penjuru nusantara.
Sementara itu dalam momen yang sama, Hamzah Akbar, Ketua PW Hidayatullah Kaltim mengajak seluruh peserta untuk memperbanyak syukur atas kegiatan Training Marhalah Wustha ini.
Hamzah menuturkan, training Marhalah Wustha sebagai langkah dakwah yang sangat strategis dalam mengawali gerakan dakwah dan tarbiyah Hidayatullah di tahun 2014.
“Semoga dari acara ini lahir para ideolog-ideolog Muslim yang siap mentransformasikan dan mendakwahkan nilai-nilai agama Islam ke tengah umat, khususnya medan dakwah Kalimantan Timur,” ucap Hamzah semangat.
Menurut Hamzah, kebutuhan umat hari ini tidak berbanding dengan para juru dakwah dan ideolog Muslim yang siap terjun ke lapangan. Untuk itu Hamzah berharap agar para alumni Training Marhalah Wustha bisa menjadi jawaban akan kebutuhan dakwah di tengah umat.
Training Marhalah Wustha ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai utusan daerah se-Kalimantan Timur seperti dari Tarakan, Nunukan, Bontang, Kutai Timur, Kutai Barat, Samarinda, Balikpapan, dan lainnya. Juga diikuti sebanyak 7 mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Hidayatullah (STISD) Balikpapan.*
________
Laporan Masykur Suyuthi, wartawan Hidayatullah Media langsung dari arena acara