Hidayatullah.or.id — Persentase akademisi di dunia Islam, yang populasinya saat ini mencapai 1,5 miliar jiwa dan tersebar di 50 negara, mencapai 10 persen atau sekitar 150 juta. Demikian dikatakan profesor riset bidang sistem informasi spasial di Badan Informasi Geospasial (BIG), Fahmi Amhar, di Jakarta.
“Di Indonesia estimasi kalangan akademisi mencapai 13,28 persen dari total populasi atau sekitar 32 juta jiwa,” kata Fahmi Amhar belum lama ini.
Dia mengatakan potensi sumber daya intelektual di dunia Islam ini semakin tampak dengan munculnya beberapa gagasan yang berkaitan dengan pembangunan peradaban Islam.
“Mereka telah mengusulkan banyak sekali solusi dalam topik-topik seperti politik global dan dampaknya terhadap dunia Islam yang mencakup geopolitik, hubungan internasional, interdependensi antarnegara hingga isu militer dan keamanan,” jelas Fahmi.
Selain itu para ilmuwan Islam di dunia juga membahas isu ekonomi, kesehatan dan keamanan pangan, energi dan sumber daya alam, masalah perempuan dan keluarga serta pendidikan dan ilmu pengetahuan dan teknologi, tambahnya.
Namun demikian, menurut dia, hasil pemikiran para ilmuan tersebut masih parsial sehingga topik yang dibahas berhenti pada teori dan konsep sehingga belum mampu menyelesaikan permasalahan yang sesungguhnya.
“Pendidikan yang fokus hanya pada bidang kajian yang sempit justru kehilangan konteks atau kerangka berpikir yang melingkupi persoalan tersebut,” ujar Fahmi.
Dia mengatakan permasalahan di dunia Islam seperti ekonomi yang terpuruk, degradasi moral masyarakat, pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang tertinggal telah dibahas dan diupayakan penyelesaiannya melalui perdagangan, sekolah-sekolah Islam, beasiswa ke perguruan-perguruan tinggi internasional.
“Tapi dunia Islam belum melihat ujung dari benang kusut permasalahan-permasalahan ini,” kata Fahmi.
Menurut dia, sekulerisme dan liberalisme menjadi paham yang menghalangi intelektual Muslim dunia untuk merumuskan penyelesaian yang menyeluruh dan tuntas atas permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut.
Sekulerisme melahirkan manusia-manusia sombong yang menganggap dirinya lebih tahu daripada Tuhan yang menciptakan alam semesta sehingga Islam terpisah dari kehidupan dan urusan masyarakat. Sementara liberalisme telah menjauhkan manusia dari aturan-aturan Islam yang meliputi seluruh aspek kehidupan.
Intelektual Muslim seharusnya mengintegrasikan dan menyinergikan sistem dan hukum Islam dalam setiap upaya ilmiah mereka untuk menyelesaikan masalah masyarakat hingga pada level dunia, tandas Fahmi. (antara)