AdvertisementAdvertisement

CoVid-19 Dan Imunitas (bagian 1)

Content Partner

Oleh dr Mohamad Ridho, Staf Departemen Kesehatan Hidayatullah

Pada prinsipnya manusia dapat terkena penyakit infeksi bila terjadi kondisi Kelemahan daya imunitas (daya kekebalan) tubuh, atau potensi agent penyebab infeksi kelewat kuat dan kelewat berbahaya, bahkan boleh jadi lingkungan menyebabkan kelemahan imunitas manusia atau lingkungan meningkatkan potensi bahaya agent penyebab infeksi.

Beberapa penyebab infeksi pada manusia adalah Virus, Bakteri, Amuba, Cacing, Jamur, maupun Mikroorganisme lainnya

Covid 19 (nama ilmiah resminya SARS-CoV-2) adalah kepanjangan dari Corona Virus Disease 2019. Dengan singkat sejak kemunculan pertama menjadi wabah di Kota Wuhan Desember 2019 tak lama kemudian oleh WHO dinyatakan menjadi wabah internasional (Pandemi), mengingat daya sebarnya yang cepat meluas sampai saat ini serta komplikasi kematiannya yang dianggap tinggi. Disebut Corona Virus karena Virus ini bentuknya seolah olah memakai Corona atau Crown (mahkota).

Benarkah Covid 19, belum ada obatnya?. Secara mudah kita bisa menjawab belum ada obatnya dan belum ada vaksinnya. Kita juga mengenal bahwa hampir semua penyakit virus pada prinsipnya adalah Self Limited disease (sembuh dengan sendirinya). Artinya manakala imunitas kita meningkat maka virus takkan berlama lama dalam tubuh kita. Namun repotnya bila imunitas kita belum kuat, sementara penyakit virus telah menimbulkan komplikasi serius.

Seperti halnya infeksi virus influenza, cacar air atau campak, covid pun berkomplikasi menimbulkan radang paru yang hebat yang disebut Pneumonia dengan gejala sesak nafas hebat. Hanya pada Covid 19 percepatan menjadi pneumoni demikian cepatnya jika tidak buru buru diberikan imunitas pada penderitanya, sampai sampai menimbulkan hipersekresi (penumpukan lendir disaluran nafas) mengental dan menyumbatnya, tak jarang sampai berujung kematian.

Sementara ada juga yang menjawab sudah diketemukan obatnya (tentu saja disebut alternatif obat karena bersifat simptom atau sudah berefek menghancurkan kuman hanya bukti penelitian empiris berdasarkan Evidence Base belum memadai). Pembaca dapat membaca lebih lanjut hal ini dalam link e-book Informatorium Obat Covid 19 dilansir resmi oleh Badan POM mengenai “Informatorium Obat CoVid-19 Di Indonesia”

Siapa sajakah yang dapat dipastikan menderita COVID 19? Kalau menduga lebih mudah tentu saja (maka ada istilah ODP/Orang dalam pengawasan, PDP/Pasien dalam pengawasan) tetapi memastikan perlu pemeriksaan lanjut bukan hanya swab tapi juga PCR yang hasilnya membutuhkan beberapa hari. ODP adalah seseorang yang belum bergejala apa apa tetapi sempat kontak dengan pasien covid atau pernah berkunjung ke daerah wabah covid dalam 14 hari terakhir.

PDP adalah seseorang yang telah memiliki gejala demam atau salah satu gejala lain seperti pilek, batuk, sesak nafas, sakit menalan dan dalam 14 hari terakhir sempat berkunjung ke daerah wabah Covid atau kontak dengan penderita Covid19.

Walaupun ODP dan PDP belum tentu menderita COVID, atas dasar awal tulisan diatas (syarat kondisi infeksi pada manusia) perlu Isolasi atau karantina mandiri dirumah saja selama 14 hari. Mengapa 14 hari, 14 hari adalah periode terpanjang masa inkubasi Covid 19.

Apa saja yang dilakukan saat Isolasi Mandiri di rumah masing masing, tentu saja istirahat sambil berupaya meningkatkan daya tahan tubuh karena Imunitas adalah senjata utama melawan COVID 19 tentu saja atas Izin dan Kuasa Allah SWT.

Bersambung ke bagian 2

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Final HiFest di Kampus Ar Rohmah IIBS Uji Kemampuan Santri di Bidang Diniyah, Bahasa dan Sains

MALANG (Hidayatullah.or.id) -- Kampus Ar Rohmah International Islamic Boarding School (IIBS) Malang, Jawa Timur, menjadi saksi kemeriahan final HiFest...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img