AdvertisementAdvertisement

Ustadz Jamaluddin Nur, Sang Inspirator yang Heroik

Content Partner

DALAM kurun waktu dua tahun (1990-1992), saya sebagai Ketua Dewan Santri di Kampus Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan, menyaksikan kedatangan santri baru di Kuliah Muballigh Muballighat (KMM) dengan penampilan seperti Jamaluddi Nur dan mampu bertahan, adalah pemandangan yg benar-benar langka. Tidak berlebihan jika dikatakan, jumlahnya dapat dihitung dengan jari satu tangan.

Latar belakang pendidikan dan keluarga, makin menambah keunikan sosok Jamal di kalangan santri di era itu. SMA 2 Makasar sungguh merupakan jaminan mutu, lulusannya menjadi garansi yang sangat diperhitungkan oleh Perguruan Tinggi untuk diterima sebagai mahasiswa.

Lulusan SMA 2 Makasar yang bergabung di Hidayatullah hingga saat ini, yang saya tau hanya ada dua orang, satunya adalah Ustadzah Hani Akbar (Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Hidayatullah saat ini) dan satunya lagi Ustadz Jamaluddin Nur.

Anggota TNI di era Soeharto yang dikenal dengan dwi fungsi ABRI adalah status yang sangat menonjol. Jabatan Ketua DPRD Kabupaten Kota dan Provinsi, Bupati, Walikota, dan Gubernur, sampai deretan para Menteri, benar-benar didominasi oleh anggota TNI aktif maupun purnawirawan. Dan, Jamal adalah anak dari seorang anggota TNI.

Status santri KMM yang belum genap dua tahun, kemudian diberi amanah menjadi pendamping di daerah dengan “medan” yang boleh dikata ngeri-ngeri sedap ketika itu, belum lagi jarak yang lumayan jauh, saat pesawat masih merupakan alat transportasi yang hanya ada dalam angan-angan kader Hidayatullah masa itu, makin melengkapi proses perjalanan kekaderan sang inspirator.

Penekanan mampu bertahan pada alinea pertama di atas, bukanlah hal yang mengada-ada, sungguh merupakan hal yang sangat berat ketika itu, mulai dari asrama dan perlengkapannya, apa lagi jika sudah berbicara soal makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

Belum lagi aktivitas rutin sebagai santri, ditambah dengan model penghuni asrama yang sangat heterogen, sempurnalah dengan sekian banyak santri yang keluar, baik pulang kampung maupun ke tempat lain untuk mengadu nasib yang lebih menjanjikan.

Pilihan bergabung ke Hidayatullah, dan kemampuan bertahan, kesiapan menerima amanah dan puncaknya sebagai perintis cabang dari nol dengan status pengantin baru yang menjadi cikal bakal deretan prestasi demi prestasi yang spektakuler, dan membuat kita tidak punya pilihan selain decak kagum atas besarnya karunia yang Allah berikan kepada sosok unik, heroik, dan terus menginspirasi ini.

Sekali lagi, selamat jalan sahabat, semoga kami semua diberi kemampuan untuk menapak tilasi sekian banyak kebaikan yg engkau torehkan.

*) Akib Junaid Qahar, anggota Dewan Mudzakarah Hudayatullah dan sahabat almarhum Ust. H. Jamaluddin Nur

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img