AdvertisementAdvertisement

Menakar Masa Depan dan Regenerasi Terencana Berbasis Nilai

Content Partner

KATA “transisi” sering kali memicu ketegangan, terutama di kalangan generasi senior yang khawatir akan keberlanjutan estafet dakwah. Kekhawatiran ini wajar, terutama ketika melihat dinamika di mana kelompok muda mulai menerima amanah besar dalam organisasi.

Namun, seperti yang tercermin dalam kisah Nabi Ya’kub yang bertanya kepada anak-anaknya, “Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku?” fokus kekhawatiran seharusnya bukan pada hal teknis, melainkan pada orientasi nilai dan tujuan.

Pertanyaannya kemudian adalah apakah generasi penerus masih memiliki komitmen terhadap nilai dan prinsip-prinsip dasar yang telah menjadi pilar organisasi?

Menurut data dari penelitian oleh Harvard Business Review (2007), 70% organisasi yang gagal dalam transisi kepemimpinan disebabkan kurangnya persiapan regenerasi yang matang. Angka ini menunjukkan bahwa transisi bukan hanya tentang mengganti pemimpin lama dengan yang baru, tetapi juga tentang memastikan kesinambungan nilai, visi, dan tujuan organisasi.

Gejala ini juga sudah dipikirkan oleh orang-orang senior, seperti yang dijelaskan dalam buku Nilai Kepemimpinan AR Fachrudin karya Muhammad Ikhwan Ahada, yang menyodorkan beberapa kriteria tentang kapasitas yang wajib dimiliki kaum muda yang layak memimpin Muhammadiyah, yaitu menjaga maksud dan tujuan organisasi, memiliki kepribadian Muhammadiyah, menjaga keutuhan organisasi, mencintai ilmu dan amal, berani amar ma’ruf nahi munkar, serta suka berderma.

Kriteria dari AR Fachrudin ini menegaskan bahwa regenerasi bukan hanya tentang usia muda, tetapi juga kesiapan intelektual, spiritual, dan sosial. Dengan demikian, pertanyaan penting berikutnya bukanlah apakah generasi muda siap menerima amanah besar ini, melainkan apakah organisasi telah melakukan upaya yang cukup untuk menyiapkan mereka?

Kunci Sukses Regenerasi

Sejarah telah membuktikan bahwa regenerasi yang sukses selalu bergantung pada persiapan yang matang. Sayyidina Ali pernah berkata, “Jika kamu ingin melihat masa depan sebuah negara, lihatlah pemuda-pemudinya hari ini.”

Pesan Ali ini menjadi panduan strategis yang telah dipraktikkan sejak awal oleh Rasulullah SAW. Usamah bin Zaid, yang berusia 18 tahun, memimpin pasukan besar umat Islam yang beranggotakan tokoh-tokoh senior seperti Abu Bakar dan Umar.

Contoh lain adalah Al-Arqam bin Abil Arqam, yang pada usia 16 tahun telah menawarkan rumahnya sebagai markas dakwah Nabi Muhammad SAW.

Mempersiapkan generasi muda tidak bisa dilakukan secara spontan tapi hal ini amat mendasar untuk dilakukan. Karena, kita menyadari bahwa dengan program regenerasi formal, tingkat keberhasilan transisi kepemimpinan lebih tinggi dibandingkan jika tidak memiliki program serupa.

Persiapan adalah investasi yang sangat penting. Organisasi harus mulai memberikan ruang bagi pemuda untuk belajar, berproses, dan berkembang dalam berbagai aspek, seperti kepemimpinan, pengelolaan organisasi, dan penguatan spiritual.

Penting untuk memastikan bahwa calon pemimpin muda tidak hanya memahami visi dan misi organisasi, tetapi juga memiliki keterampilan teknis, seperti administrasi, komunikasi, dan pengelolaan sumber daya.

Lebih jauh, mereka juga harus dilatih untuk menghadapi dinamika sosial, menjaga harmoni dalam organisasi, dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan, bukan pemicu konflik.

Belajar dari Sejarah

Sejarah Islam mencatat banyak pemimpin muda yang berhasil membawa perubahan besar karena persiapan yang matang sejak dini. Salah satu contohnya adalah Abdurrahman Al-Nasir, cucu Abdurrahman Al-Dakhil.

Abdurrahman Al-Nasir dikenal sebagai salah satu pemimpin besar di Andalusia yang memadukan kepemimpinan visioner dengan komitmen pada nilai-nilai Islam.

Pada usia muda, ia telah menguasai seni kepemimpinan, administrasi, dan ilmu pengetahuan, serta terlatih dalam seni keprajuritan.

Kisah sosok Abdurrahman Al-Nasir ini memberikan pelajaran penting bahwa regenerasi yang sukses membutuhkan proses panjang yang dimulai sejak dini. Pemimpin muda yang sukses bukanlah hasil dari seleksi instan, tetapi dari pembinaan berkelanjutan yang melibatkan pendidikan, pengalaman, dan keteladanan.

Dalam kerangka organisasi modern, proses panjang ini juga mempertimbangkan aspek lainnya mengenai perlunya program pelatihan kepemimpinan, mentoring, dan pembekalan yang terintegrasi.

Regenerasi sering kali diiringi oleh kekhawatiran dan keraguan, terutama dari generasi senior yang mungkin merasa sulit melepas kontrol. Namun, seperti yang telah dikemukakan, fokus seharusnya bukan pada mempertanyakan kemampuan generasi muda, tetapi pada mempersiapkan mereka dengan baik.

Rasulullah SAW telah memberikan contoh nyata bagaimana membangun kapasitas pemuda dengan memberikan mereka ruang dan kepercayaan untuk berkembang.

Oleh karena itu, organisasi perlu mengubah paradigma dari “meragukan kemampuan” menjadi “membangun kapasitas”. Seperti halnya sistem operasi Android di HP kita yang terus diperbarui, organisasi juga harus terus memperbarui program pembinaan kader muda.

Langkah-langkah seperti pelatihan kepemimpinan berbasis nilai, pembekalan teknis, dan peningkatan keterampilan komunikasi adalah bagian dari upaya ini.

Regenerasi bukan tentang siapa yang memimpin, tetapi bagaimana memastikan bahwa pemimpin berikutnya adalah individu yang tepat, dengan visi dan kapasitas yang sesuai. Dengan persiapan yang matang, transisi akan menjadi proses yang mulus, dan organisasi dapat terus bergerak maju dengan keyakinan, bukan keraguan.

Singkatnya, regenerasi adalah keniscayaan dalam setiap organisasi, tetapi keberhasilannya sangat bergantung pada bagaimana persiapan dilakukan. Dan, perlu diingat, regenerasi bukanlah proses instan.

Oleh karena itu, sekali lagi, organisasi harus berinvestasi dalam program pembinaan yang komprehensif untuk memastikan bahwa generasi muda tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga memiliki komitmen terhadap nilai dan tujuan organisasi.

Sebagai generasi senior, tugas kita bukanlah mempertanyakan, tetapi membimbing, mendukung, dan mempercayakan estafet perjuangan kepada mereka yang telah kita siapkan.[]

*) Imam Nawawi, penulis Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Pemuda Hidayatullah 2020-2023, Direktur Progressive Studies & Empowerment Center (Prospect)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Final HiFest di Kampus Ar Rohmah IIBS Uji Kemampuan Santri di Bidang Diniyah, Bahasa dan Sains

MALANG (Hidayatullah.or.id) -- Kampus Ar Rohmah International Islamic Boarding School (IIBS) Malang, Jawa Timur, menjadi saksi kemeriahan final HiFest...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img