
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah menyelenggarakan agenda nasional bertajuk Syawalan Pengurus Hidayatullah Se-Indonesia pada Sabtu, 20 Syawal 1446 (19/4/2025).
Kegiatan ini diikuti oleh jajaran pengurus dari berbagai wilayah di Indonesia secara virtual melalui Zoom Meeting, dengan mengusung tema “Mengokohkan Komitmen Kepemimpinan dalam Organisasi.”
Dalam kesempatan ini, Ketua Umum DPP Hidayatullah, KH. Dr. Nashirul Haq, Lc., MA., hadir sebagai pemateri utama. Ia menyampaikan pesan tentang pentingnya kontinuitas semangat ibadah dan perjuangan selepas Ramadhan. “Jadilah engkau insan robbani sepanjang masa, jangan hanya di bulan Ramadhan saja,” tegasnya.
KH Nashirul Haq mengingatkan agar spirit Ramadhan tidak dikhianati setelah Syawal, seperti wanita yang memintal benang lalu mengurainya kembali.
Menurutnya, Syawal harus menjadi momentum peningkatan iman, ilmu, dan amal. Ia juga menekankan bahwa keistiqomahan tidak bisa dipertahankan sendiri, melainkan harus dirawat dalam kebersamaan bersama orang-orang shalih dan struktur organisasi yang kokoh.
“Ber-Hidayatullah itu berat bagi mereka yang tidak memiliki idealisme dan militansi,” ujarnya. Karena itu, pemimpin di setiap level organisasi harus menguatkan visi dan misi berdasarkan manhaj nabawi.
Mengacu pada QS. Ali Imran ayat 103, beliau menekankan pentingnya berpegang teguh pada kebenaran dalam bingkai jamaah dan kepemimpinan. “Ahlussunnah wal Jamaah bukan hanya konsep, tetapi praktik nyata dalam menjalankan Islam secara kolektif dan terorganisir,” jelasnya.
KH. Nashirul Haq juga mengurai sistematika wahyu sebagai fondasi pergerakan Hidayatullah: dimulai dari pembentukan aqidah (Al-‘Alaq), pemahaman ber-Qur’an (Al-Qalam), penguatan ibadah (Al-Muzzammil), dan baru kemudian dakwah (Al-Muddatstsir) hingga terbangun peradaban islam (Al-Fatihah). “Inilah urutan dakwah profetik yang harus dijaga,” katanya.
Dalam konteks kepemimpinan, KH Nashirul menyampaikan bahwa seorang pemimpin harus memiliki kekuatan mental dan spiritual, keyakinan terhadap ayat-ayat Allah, serta integritas tinggi.
Kepemimpinan yang efektif, tegasnya, harus mampu membangun kepercayaan jamaah melalui konsistensi, transparansi, dan keteladanan. “Top leader harus menjadi role model bagi para bawahannya, serta bisa mendelegasikan pekerjaan teknis dengan efektif,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa organisasi memerlukan pemimpin yang kompeten dan mampu meningkatkan kapabilitasnya. Program-program strategis membutuhkan standardisasi dan pelibatan anggota melalui musyawarah yang bermakna.
Konsolidasi di dalam organisasi menjadi sorotan penting dalam syawalan ini. KH. Nashirul Haq menekankan tiga aspe yaitu Konsolidasi Jati Diri yang mencakup pengokohkan idealisme perjuangan berdasarkan sistematika wahyu dan imamah jamaah, Konsolidasi Organisasi untuk membangun jaringan yang luas, menyiapkan SDM berkualitas, dan melakukan standardisasi seluruh lini, dan Konsolidasi Wawasan untuk memperluas pengetahuan seputar dinamika organisasi, konteks Nusantara dan global, serta memahami karakter zaman.
Ia juga menyampaikan peringatan atas fenomena perpecahan umat yang menjadi sumber kelemahan, sebagaimana digambarkan dalam sabda Nabi bahwa kelak umat Islam akan dikerumuni oleh musuh seperti makanan dikerumuni, bukan karena jumlah mereka sedikit, tetapi karena kehilangan soliditas dan bingkai jamaah, seperti buih di lautan.
“Pemimpin harus terus melakukan evaluasi dan muhasabah secara rutin, fokus mencari solusi, bukan sibuk menyalahkan,” ujarnya.
Dalam penutupnya, KH. Nashirul Haq menyerukan kepada seluruh pengurus untuk mengoptimalkan mujahadah, menuntaskan amanah, dan terus melahirkan kader-kader berkualitas yang mampu membangun komunitas Islami, menyelenggarakan pendidikan dan dakwah secara profetik dan profesional, serta menjalin kerjasama strategis dengan elemen umat dan bangsa.*/