
BALIKPAPAN (Hidayatullah.or.id) — Bulan Agustus yang identik dengan perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, juga menyimpan catatan penting dalam sejarah perjalanan Pondok Pesantren Hidayatullah.
Selain sebagai bulan proklamasi bangsa pada Jumat, 17 Agustus 1945, Agustus juga menjadi momentum bersejarah berdirinya lembaga dakwah dan pendidikan Islam ini.
Peresmian Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan dilaksanakan pada Kamis, 5 Agustus 1976. Acara tersebut dihadiri langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia saat itu, Prof. Dr. K.H. Mukti Ali, M.A.
Sebelum resmi berdiri, cikal bakal pesantren ini dimulai pada Senin, 1 Muharram 1393 Hijriah atau 5 Februari 1973.
Ustadz Abdullah Said merintis pendirian pesantren yang sempat berpindah lokasi beberapa kali di Kota Balikpapan, hingga akhirnya menetap di kawasan Gunung Tembak, Balikpapan Timur. Lahan pesantren berasal dari hibah H. Darman, seorang dermawan setempat.
Dalam catatan Manshur Salbu melalui buku Mencetak Kader, peresmian tersebut dihadiri sejumlah tokoh agama dan pejabat pemerintahan. Di antaranya, K.H. Abdullah Syafi’i selaku Ketua Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta yang turut membawa putrinya, Hj. Tuti Alawiyah.
Turut hadir pula Gubernur Kalimantan Timur H. Ahmad Wahad Sjahranie, Walikota Madya Balikpapan H. Asnawie Arbain, serta Drs. Awang Faisjal yang menjabat Sekretaris Kota Madya Balikpapan.
Suasana peresmian berlangsung meriah dan penuh syukur. Kegiatan tersebut dimeriahkan oleh perkemahan siswa Pramuka se-Kota Balikpapan yang diadakan di halaman masjid kampus Gunung Tembak.
“Atas anjuran Walikota Madya, Asnawie Arbain, malamnya anak-anak Pramuka dari Kota Balikpapan mengadakan perkemahan di kampus,” tulis Manshur Salbu dalam Mencetak Kader.
Selain itu, simpatisan dari berbagai daerah turut hadir meramaikan acara. Kehadiran mereka memberi semangat baru bagi pesantren yang kala itu masih memiliki jumlah santri terbatas.
Pendiri Hidayatullah, Ustadz Abdullah Said, dalam kesempatan tersebut menyampaikan pidato penuh semangat untuk membakar tekad para sahabat perjuangan dan santri.
“Kami dicap orang sebagai penghayal-pengkhayal agung, tapi insya Allah kami akan wujudkan khayalan itu dalam kenyataan,” ungkapnya.
Empat puluh sembilan tahun setelah momentum bersejarah itu, Gunung Tembak kini kembali menjadi pusat kegiatan besar pada Agustus 2025. Hidayatullah akan menyelenggarakan Islamic Scout Camp of Hidayatullah (ISCH) atau Jambore Nasional Sako Pramuka Hidayatullah III.
Jika pada 1976 peresmian pesantren dimeriahkan siswa Pramuka se-Balikpapan, maka tahun ini ribuan santri pramuka Hidayatullah dari berbagai daerah akan berkumpul di bumi perkemahan Gunung Tembak.
Ketua Panitia Pelaksana ISCH III, Kak Haji Abdul Malik, menyampaikan estimasi jumlah peserta. “Ditaksir hingga 2500 peserta, insya Allah,” ujarnya.
Dengan demikian, bulan Agustus bagi Hidayatullah bukan hanya peringatan kemerdekaan bangsa, tetapi juga tonggak perjalanan sejarah pendidikan, dakwah, dan pengkaderan yang terus berlanjut lintas generasi.






