
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ilmu pengetahuan, betapapun luasnya, akan kehilangan makna apabila tidak ditopang oleh kekuatan spiritual dan amal nyata. Hal ini ditegaskan dalam Seminar Nasional bertema “Peran Murabbiyah dalam Menyongsong Kebangkitan Islam” yang digelar Majelis Murobbiyah Pusat Muslimat Hidayatullah di Aula DPP Hidayatullah, Jakarta, pada Ahad, 27 Rabi’ul Awal 1447 (20/9/2025).
Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Musyawarah Nasional ke-6 Muslimat Hidayatullah dan berlangsung secara hybrid, dengan 45 peserta hadir secara langsung dan 250 peserta mengikuti secara daring dari berbagai wilayah di Indonesia.
Ketua Dewan Murabbi Pusat (DMP) Hidayatullah Ust. Dr. H. Tasrif Amin, M.Pd,, dalam sambutannya menekankan pentingnya keterpaduan antara ilmu, spiritualitas, dan amal.
“Materi yang sudah diberikan dalam Akademi Jatidiri (Akjari) tidak akan bermakna apabila tidak ditopang oleh kekuatan spiritual dan amal nyata,” ujarnya. Ia menambahkan, “Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH) harus dimulai dari pribadi. Kalau pribadi kuat, maka ia akan menjadi energi bagi jamaah.”
Dia menjelaskan, pesan integrasi ilmu tersebut sejalan dengan firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 79 yang menegaskan bahwa ilmu harus melahirkan pribadi yang mengakar dalam spiritualitas dan konsisten dalam amal.
“Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya,” nukilnya.
Dalam sesi materi, Syekh Muhammad Alfuli dari Mesir menegaskan peran strategis murabbiyah sebagai pendidik yang lebih dari sekadar pengajar.
Syeikh Alfuli menggambarkan murabbiyah sebagai sosok yang menanamkan aqidah lurus di hati mutarobbiyah serta berperan sebagai penyembuh luka hati.
“Murabbiyah berperan sebagai seorang mujahidah yang berjihad di jalan Allah. Berjihad bisa dilakukan dengan harta, ilmu, waktu, bahkan nyawa,” paparnya.
Syekh Alfuli juga menyampaikan empat strategi praktis menyongsong kebangkitan Islam, yaitu, membangun keluarga visioner, meningkatkan kualitas diri, berkumpul dengan orang baik, dan memperbaiki niat.
“Bangun keluarga dengan arah yang jelas, perkuat niat hanya untuk Allah, serta terus tingkatkan kapasitas diri dengan ilmu. Berkumpullah dalam lingkungan yang baik serta jaga keikhlasan niat agar amal tidak ternodai,” jelasnya.
Pemikiran ini diperkuat oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ust. H. Dr. Nashirul Haq, yang menyebut bahwa kunci kemenangan Islam terletak pada i‘tiṣham bihablillah (berpegang teguh kepada Allah) dan laa tafarraqu (tidak bercerai-berai).
“Tarbiyah adalah proses menumbuhkembangkan manusia dalam segala aspek agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Murabbiyah berperan penting dalam membentuk generasi rabbani yang kokoh menghadapi tantangan zaman,” jelasnya.
Ia menambahkan, tarbiyah dalam tradisi Hidayatullah mengandung sepuluh makna, mulai dari tafdziyah hingga at-ta‘lim, yang semuanya menekankan aspek pendidikan, perbaikan, hingga penjagaan moral.
“Kebangkitan Islam adalah janji Allah bagi orang beriman dan beramal shalih. Dalam proses kebangkitan itu, peran murabbiyah sangat strategis, menjadi madrasah pertama bagi anak-anaknya, penjaga moral umat, pendidik lahirnya generasi rabbani, pejuang dakwah, penggerak perubahan, dan pemimpin bagi kaum wanita,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia pelaksana acara, Nur Iryani, S.Pd.I, menjelaskan Seminar Nasional ini menandai momentum penting dalam menguatkan peran murabbiyah.
“Dengan sinergi tarbiyah, dakwah, serta ketulusan niat, murabbiyah Muslimat Hidayatullah diteguhkan sebagai ujung tombak dalam menyongsong kebangkitan Islam yang sejalan dengan cita-cita keindonesiaan untuk membangun generasi yang berilmu, beriman, dan beramal nyata demi kejayaan bangsa dan umat,” tukas Iryani menandaskan.






