Hidayatullah.or.id — Kabar duka menyelimuti keluarga besar ormas Hidayatullah. Salah seorang pembimbing seniornya, Ustadz H Abdul Karim Bonggo (67), telah berpulang ke Rahmatullah, Selasa (23/06/2015) malam.
Ustadz Karim, demikian dikenal, wafat di RSUD Dr Kanujoso Djatiwibowo, Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), beberapa saat setelah memasuki 7 Ramadhan 1436 H.
“Kemungkinan Bapak meninggal habis Maghrib menjelang Isya,” terang Miftahussalam Mubarak, anak ketiga almarhum kepada hidayatullah.com, Selasa malam via telepon.
“Innalillahi wainna ilaihi roji’un. Telah berpulang Ayahanda jam 7.50 (malam WITA) tadi, mohon doanya kawan,” tulis Abdul Malik, anak tertuanya, dalam status Facebook.
Pihak keluarga yang berkumpul di RSUD sejak 1 Ramadhan, tutur Miftahussalam, sudah punya firasat akan kepergian almarhum. Sebab ayahnya sempat tak sadarkan diri beberapa kali.
“Tapi Senin kemarin saya ke Samarinda bersama Ivan (adiknya. Red), dia tugas dakwahnya di sana,” ujarnya, yang saat diwawancarai sedang dalam perjalanan kembali ke Balikpapan.
Sebelumnya, Ustadz Karim rutin menjalani pengobatan setelah menderita sakit komplikasi. Sejak tahun 2000, dai kelahiran Jeneponto, 5 April 1948, ini diserang diabetes.
Lalu, sekitar tahun 2011, sang ustadz didiagnosa dokter terserang penyakit pengapuran sendi (osteoarthritis) dan pengeroposan tulang (osteoporosis).
“(Sejak itu Bapak) mulai keluar-masuk rumah sakit, namun masih bisa beraktifitas. Akhir 2014 hingga saat ini hanya beraktifitas di tempat tidur,” ujar Miftahussalam kepada media ini, akhir April 2015.
Trainer Handal
Semasa hidupnya, Ustadz Karim adalah trainer Gerakan Nasional Dakwah Mengajar Belajar Al-Qur’an (Grand MBA) yang digagas oleh Hidayatullah untuk mencanangkan pemberantasan buta huruf aksara Al Qur’an. Ia dikenal sebagai pemateri yang energik, dengan gayanya yang menggebu-gebu dan selalu menyentak jamaah.
Dai berdarah Makassar ini, menurut anggota Dewan Syura Hidayatullah Ustadz Akib Junaid, adalah salah satu pelopor di mimbar. Ia tak pernah surut oleh jauhnya jarak dan beratnya medan dakwah, meskipun di suatu tempat jamaah ceramahnya sedikit.
“Beliau adalah ‘lokomotif’ yang menarik sekian banyak ‘gerbong’ ke Hidayatullah, khususnya dari daerah Jeneponto, Sulawesi Selatan,” ungkapnya kepada hidayatullah.com di Jakarta, Rabu (24/06/2015) pagi.
Ustadz Karim, tambahnya, pernah ditugaskan berdakwah dan silaturahim ke berbagai wilayah, termasuk Papua dan negeri jiran, Malaysia.
Segenap jamaah ormas ini pun, di Indonesia dan luar negeri, menyampaikan doa dan ucapan belasungkawa atas kepergian sang ustadz.
“Selamat jalan Ayahanda. Semoga keluarga besar yang ditinggal tetap kuat, tabah, dan sabar,” tulis Hasan Al-Banna, pengurus Pimpinan Wilayah Syabab Hidayatullah Kaltim, dalam komentarnya di media sosial.
“Semoga segala amalnya diterima oleh Allah dan dimasukkan ke surga-Nya,” tulis Darmansyah, pengurus Hidayatullah Batam, Kepulauan Riau.
“Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia,” tambah Irsyad, santri yang tengah kuliah di Sudan, mengutip sebuah doa.
Selasa malam, jenazah disemayamkan di kediamannya, kompleks Pondok Pesantren Hidayatullah Pusat Gunung Tembak, Balikpapan Timur.
Kontributor media ini di Balikpapan, Masykur, melaporkan, Rabu pagi, suasana duka tampak di persemayaman. Berbagai kendaraan pelayat berjajar di depan kediaman almarhum, sementara tamu yang tumpah ruah harus bergantian masuk rumah.
“Jamaah terus berdatangan dari Samarinda, Penajam Paser Utara, Balikpapan, dan lain-lain,” lapornya menyebut sejumlah kota di Kaltim binaan Ustadz Karim.
Jenazah diagendakan dishalatkan usai Zhuhur di Masjid ar-Riyadh, lalu dimakamkan di pemakaman samping pesantren. Almarhum meninggalkan seorang istri (Armilah DK), 8 anak, dan 12 cucu. (skr/hio)