AdvertisementAdvertisement

Berterima Kasihlah kepada Orang Shalih!

Content Partner

TAHUKAH Anda bahwa boleh jadi bintang, matahari, planet, dan seluruh isi langit, tetap dipertahankan beredar normal – di zaman akhir ini – karena keberadaan orang-orang shalih?

Tahukah Anda bahwa boleh jadi langit masih menurunkan hujannya, bumi mengeluarkan hasilnya, lautan menyebarkan berkahnya, udara menghembuskan kesegarannya, adalah berkat ruku’, sujud, do’a, dan tasbih dari orang-orang shalih?

Bagaimana bisa begitu?

Mungkin ungkapan ini terdengar asing dan dilebih-lebihkan. Namun, jika kita renungkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, ternyata memang begitulah kenyataannya. Ada banyak ayat dan hadits yang – bila dirangkai satu demi satu – seluruhnya mengarah pada kesimpulan tersebut.

Ketika menceritakan kapan terjadinya kiamat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan zaman dimaksud dalam sabdanya, “Tidak akan terjadi kiamat sebelum di muka bumi tidak lagi disebut Allah Allah.” (Riwayat Muslim, dari Anas).

Dengan kata lain, bila di seluruh dunia tidak terdengar lagi lantunan dzikir, telah punah seruan adzan, sudah habis orang yang ruku’ dan sujud, maka sia-sialah bila alam raya tetap dipertahankan. Bukankah seluruh jagad raya ini adalah ayat-ayat Allah?

Jika ia sudah tidak lagi dikenali sebagai penanda adanya Dzat Sang Maha Pencipta, maka sudah waktunya ia dihancurkan. Matahari dan bintang-bintang pun akan dipadamkan, bumi dan segenap planet dibenturkan, seluruh makhluk digiring untuk menerima pembalasan amalnya.

Dalam hadits yang lain beliau bersabda: “Diantara manusia-manusia terjahat adalah mereka yang mendapati terjadinya hari kiamat, sedangkan mereka dalam keadaan masih hidup.” (Riwayat Bukhari, dari Ibnu Mas’ud).

Artinya, kiamat hanya mungkin berlangsung ketika sudah tidak tersisa satu orang shalih pun di alam ini. Dahsyatnya huru-hara kiamat, tatkala malaikat Israfil meniup sangkakalanya, hanya akan disaksikan oleh manusia-manusia terburuk yang pernah berjalan di muka bumi. Merekalah saksi langsung atas kemurkaan Allah yang tak terbendung dan tak tertahankan. Na’udzu billah!

Di saat bersamaan, kita juga mendengar Al-Qur’an menceritakan seruan Nabi Nuh kepada kaumnya:

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun; Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan memperbanyak harta dan anak-anakmu, mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12).

Seruan serupa kembali diulang oleh Nabi Hud:

“Dan (Hud berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52).

Oleh karenanya, ketika hendak berangkat menunaikan shalat Istisqa’ (memohon hujan), khalifah Umar secara demonstratif memperbanyak istighfar sejak keluar dari pintu rumahnya. Menurut beliau, tertahannya hujan adalah karena banyaknya dosa-dosa kita.

Bila kita ingin Allah menurunkan hujan dengan segenap berkah di dalamnya, maka kita harus bertaubat dan memperbanyak istighfar. Khalifah Umar mengerti bahwa hujan bukan hanya masalah fenomena alam, akan tetapi ia adalah bagian dari tanda-tanda Allah.

Bukankah turunnya hujan merupakan satu diantara lima perkara gaib yang dikunci rapat dalam pengetahuan dan wewenang Allah sendiri? Dengarkanlah firman-Nya:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya esok hari. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Luqman: 34).

Jadi, panen yang dipetik para petani bukan semata-mata hasil keringatnya sendiri. Ada peran orang-orang shalih di dalamnya. Kesegaran udara yang kita hirup juga bukan semata-mata karena kelihaian menjaga lingkungan. Ada peran orang-orang shalih di dalamnya.

Demikian juga dalam banyak hal lainnya. Mungkin, inilah rahasia mengapa kita diharuskan berzakat dan dianjurkan bersedekah. Sebab, dalam setiap rezeki yang Allah jatuhkan ke tangan kita, sebenarnya kita tidak benar-benar tahu siapa saja yang telah berperan penting di dalamnya.

Maka, jangan egois dan sok hebat. Sungguh, usaha dan kemampuan kita tidaklah berarti dibanding segala yang telah Allah persiapkan; tanpa kita pernah meminta atau menyadarinya. Sebelum sepiring nasi dan lauk-pauk tersaji di meja, pikirkanlah matahari yang menyinari padinya, tanah yang menyuplai nutrisi setiap butir gabahnya, air yang menyegarkan setiap helai daunnya, dst.

Bagaimana dengan lautan tempat garam dan ikan berasal? Bagaimana pula dengan segenap rempah-rempah dan bumbunya? Kitakah yang merancang, menciptakan, dan mengaturnya? Apakah lembaran-lembaran uang yang kita miliki setara untuk membayar karunia-karunia itu?

Oleh karenanya, kita harus lebih banyak bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orang-orang shalih di sekitar kita. Perbaikilah hubungan kita dengan Allah, dan perlakukan hamba-hamba Allah yang shalih itu sebaik-baiknya.

Betapa kurang ajarnya kita, jika keberkahan yang kita nikmati selama ini sebenarnya merupakan limpahan rahmat Allah kepada mereka, sementara kita justru menzhalimi mereka, misalnya dengan membenci, mempersulit, menteror, memfitnah, memenjarakan, bahkan membunuhnya!?

Bukankah sebetulnya kita “menumpang hidup” kepada mereka? Bukankah jika mereka lenyap maka dunia akan semakin dekat untuk dikiamatkan?

Maka, berhati-hatilah para pemimpin yang menjadikan teror kepada orang-orang shalih justru sebagai kebijakan resminya! Astaghfirullah. Wallahu a’lam.

Ust. M. Alimin Mukhtar

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Rakerwil V Hidayatullah Jatim Ditutup, Ketua DPW Apresiasi Pelayanan Tuan Rumah

Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) V Hidayatullah Jawa Timur resmi ditutup pada hari Ahad, 19 Januari 2024, di Situbondo. Dalam...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img