BATANG (Hidayatullah.or.id) – Anggota Dewan Mudzakarah Hidayatullah Sholeh Hasyim mengatakan dakwah lebih efektif jika dilakukan secara tertata, terencana, dan sinergis. Karenanya, dia mengajak kepada komponen umat khususnya seluruh kader untuk mampu bersinergi dalam beramal jama’i.
“Sinergi ini akan saling menguatkan,” ujarnya mengingatkan ketika menyampaikan taushiyah dalam acara Silaturrahim Bersama Dewan Mudzakarah di Kampus Pondok Pesantren Hidayatullah Batang, Jawa Tengah, Ahad (19/11/2017).
Ust Sholeh mengatakan, ada hal yang lumrah di Hidayatullah namun boleh jadi dianggap berat dilakukan oleh kalangan eksternal yakni berupa tradisi penugasan. Sebab, sejatinya, tegas dia, penugasan adalah salah satu wasilah untuk memahami manhaj Sistematika Wahyu.
Lebih jauh beliau mencontohkan bagaimana keefektifan para sahabat dalam mengemban risalah dakwah.
Beliau menyebutkan, ada 3 fase dalam kehidupan para sahabat yang harusnya menjadi contoh bagi kita semua. Dimana setiap saat para sahabat akan selalu membagi waktunya dalam aktivitas berhalaqah, berdakwah dan berjihad.
Ditambah lagi dengan kebersihan hati-hati para sahabat inilah. Maka, terang dia, tidak mengherankan bagaimana efektifnya para sahabat memperluas jaringan dakwahnya.
“Sebab, para sahabat akan berebut untuk saling mengisi waktunya dengan amal-amal sholeh. Sahabat Nabi merasa rugi kalau dalam setiap pergantian waktu tidak menambah derajat keimanan mereka. Olehnya itu, para sahabat ini akan terus berinovasi dalam semangat berfastabiqul khairat dalam kebaikan,” ujarnya.
Hal tersebut, lanjut Sholeh, dalam kamus kehidupan mereka adalah bagaimana umur yang diamanahkan Allah selalu termanfaatkan dengan beragam kebaikan-kebaikan untuk kebaikan diri mereka dan masyarakat di sekitarnya.
“Motto para sahabat yakni bertambahnya umur harus berbanding lurus dengan amal kebajikan yang dikerjakan untuk kemaslahatan manusia,” imbuhnya.
Dengan pemahaman yang dalam dan kebersihan hati para sahabat serta apapun masalah yang dihadapi antar sahabat, jika sudah Al Qur’an yang dijadikan hujjah dalam menyelesaikan silang sengketa diantara sahabat, maka dengan segera masalah itu akan selesai sendirinya. “Inilah karakter kelebihan para sahabat,” urai Shaleh.
Sementara itu, Ketua Yayasan Al Aqso Hidayatullah Batang, Ahmad Jihad, dalam sambutannya selaku panitia membuka acara tersebut, mengatakan sebuah gerakan akan terus membesar dan berpengaruh jika landasannya kokoh serta mampu mengerakkan orang-orang yang terlibat didalamnya.
“Hal itulah nilai sebuah visi. Visi sebuah organisasi merupakan inti sumber gerak dan panduan operasional yang akan diturunkan,” kata Ahmad.
Menurut Ahmad, gerak langkah menuju pencapaian visi akan terus diperbaharui hingga selalu dinamis dan efisien menghadapi pancaroba perilaku umat. Olehnya itu, kata dia, Hidayatullah sebagai ormas dakwah harus selalu berbenah.
“Kader-kader Hidayatullah sebagai penggerak organisasi harus terus mengupgrade diri dengan beragam kemampuan,” ujar Ahmad.
Ahmad menambahkan, sebagai organisasi kader, Hidayatullah mengusung visi berjamaah dan bersyariah yang diantara upaya tersebut adalah dengan mengajak pemerintah dan elemen umat untuk mewujudkan masyarakat yang berperadaban, menjalankan kegiatan dakwah, pendidikan, sosial ekonomi, kepemudaan, kewanitaan dan lain-lain secara profesional serta membangun sinergi dengan segenap komponen umat.
Olehnya itu, lanjut Ahmad, hendaknya perlu dan penting untuk terus dilakukan evaluasi bersama sejauh mana pencapaian visi tersebut.
“Penilaian yang jujur akan diketahui posisi organisasi sudah sejauh mana penerapannya di dalam diri kader-kadernya. Visi berjamaah ini akan terukur dengan baik jika kita mampu menaati seluruh konsensus-konsensus yang berlaku di Hidayatullah. Alat ukurnya harus ada dan menjadi azzam bersama yang tertulis sebagai dasar evaluasi yang terukur, terencana dan sistematis,” katanya.
Seperti visi berjamaah, visi kedua yang ingin disukseskan adalah bersyariah dalam segala aspek kehidupan. Ciri umat telah bersyariah dapat dilihat sejauhmana tingkat ketauhidan umat, karena dasar tauhid adalah Iman.
“Iman yang akan rindu penerapan ajaran-ajaran Islam yang luhur. Hal itu hanya dapat terbentuk jika umat sudah mentransformasi adab dalam keseharian hidupnya,” imbuh Ahmad.
Olehnya itu, agar tarbiyah sukses, perlahan namun pasti kita harus berusaha untuk memenuhi syarat-syarat di atas dengan cara mewajibkan setiap kader berada dan mengikuti halaqah-halaqah pembinaan.
“Itulah sebabnya Hidayatullah mewajibkan seluruh cabang-cabangnya agar mampu menghadirkan kampus sebagai miniatur peradaban Islam,” pungkas beliau.*/Yusran Yauma