AdvertisementAdvertisement

Helatan Konvensyen Dakwah Borneo 2024 Merajut Visi Dakwah Antar Negara Serumpun

Content Partner

LABUAN (Hidayatullah.or.id) — Dalam upaya memperkuat dakwah lintas negara di wilayah Asia Tenggara, Konvensyen Dakwah Borneo 2024 yang berlangsung di Labuan, Malaysia, telah menjadi wadah penting bagi lembaga-lembaga pemerintah dan organisasi dakwah swadaya masyarakat dari Malaysia, Brunei, Indonesia, dan Filipina.

Acara ini, yang diinisiasi oleh Kadazan-Dusun-Murut-Sungai Muslim Association (KDRMS Muslim), berlangsung selama 3 hari pada 22-24 Rabiul Akhir 1446 (25-27/10/2024).

Dengan kehadiran delegasi dari Hidayatullah, yang dipimpin oleh Ketua Departemen Hubungan Antarbangsa Dewan Pengurus Pusat (DPP), Dzikrullah W. Pramudya, bersama Sekretaris Kampus Induk dan Ketua ketua DPW Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Utara, acara ini bertujuan untuk merumuskan langkah-langkah strategis dalam berdakwah di kawasan Borneo yang meliputi berbagai latar belakang budaya dan etnis.

Dzikrullah W. Pramudya mengemukakan tiga tujuan utama kehadiran Hidayatullah dalam konvensi ini yang dianggap sebagai pijakan penting dalam mengembangkan dakwah di Borneo.

Tujuan pertama adalah membangun “Tata Pikir Borneo” bagi Ketua ketua DPW di mana semua program strategis di provinsi masing-masing merupakan bagian yang terikat dengan kegiatan dakwah semua gerakan lain sebagai kekuatan strategis umat Islam yang satu di wilayah Borneo tanpa dibatasi perbatasan administratif.

Harapan pertama ini menyiratkan bahwa dalam menjalankan dakwah, lintas provinsi di Borneo seharusnya tidak terpecah secara administratif atau sektoral, tetapi justru membangun kesatuan pemikiran strategis yang menyeluruh.

Konsep “Tata Pikir Borneo” dimaknai bahwa setiap lembaga-lembaga pemerintah dan organisasi dakwah swadaya masyarakat yang beroperasi di wilayah ini hendaknya memiliki visi bersama yang mampu menjembatani berbagai perbedaan administrasi dan politik di antara empat negara.

Tujuan kedua, adalah berdakwah kepada Non-Muslim di Borneo, terutama dengan melihat kisah sukses di Sabah. Dzikrullah menekankan bahwa pengalaman ini dapat menjadi rujukan untuk strategi dakwah lintas agama di kawasan Borneo.

Perkembangan dakwah di Sabah menunjukkan bahwa pendekatan yang penuh empati, menghormati kebudayaan setempat, dan mengedepankan dialog produktif adalah kunci kesuksesan dalam menjalin hubungan baik dengan komunitas non-Muslim.

Pengalaman ini juga memperlihatkan bahwa pendekatan semacam ini memungkinkan dialog lintas budaya yang positif dan produktif, sekaligus membangun persepsi bahwa Islam adalah agama yang membawa kedamaian.

Tujuan ketiga, kerjasama dalam bidang kepemudaan, teknologi informasi, kaderisasi dai, dan ulama. Hidayatullah melihat pentingnya kolaborasi di berbagai bidang yang relevan dengan era digital saat ini, di mana teknologi memainkan peran penting dalam penyebaran dakwah.

Kerjasama ini tidak hanya diharapkan mencakup pertukaran informasi tetapi juga pelatihan kaderisasi yang membekali para dai dan ulama dengan keterampilan kepemimpinan yang mampu menavigasi isu-isu global serta lokal yang kompleks.

“Kerjasama berbagai bidang: Kepemudaan, Teknologi Informasi, Kaderisasi Dai dan Ulama dengan organisasi organisasi yang hadir dari empat negara,” kata Dzikrullah.

Konvensyen Dakwah Borneo menjadi panggung di mana berbagai elemen masyarakat dan pemerintah dari empat negara bertemu, bertukar gagasan, dan membangun kesepahaman bersama. Kolaborasi ini diharapkan bisa menjadi langkah awal dalam memperkuat dakwah di wilayah yang kaya akan keberagaman.

Selain itu, konvensyen ini juga menjadi ajang formal bertemunya para dai guna menciptakan ruang dialog untuk membahas isu-isu strategis yang spesifik terkait wilayah Borneo.

Diketahui, kawasan Borneo merupakan rumah bagi berbagai kelompok etnis dan agama, yang menuntut pendekatan dakwah yang relevan dan bijaksana. Mengingat tantangan pluralitas budaya ini, pendekatan kolaboratif menjadi semakin penting ditengah tantangan dakwah yang tidak bisa hanya mengandalkan satu pola pendekatan saja.

Forum ini menekankan perlunya adaptasi dan pemahaman mendalam tentang karakteristik sosial, budaya, dan ekonomi di setiap wilayah di kawasan. Tantangan tersebut dipandang perlu dijawab dengan semangat merajut persatuan dan kolaborasi yang kuat di antara lembaga lembaga pemerintah dan organisasi dakwah swadaya masyarakat di negara-negara serumpun.*(ybh/hidayatullah.or.id)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

[KHUTBAH JUM’AT] Dua Dimensi Shalat dan Karunia yang Harus Disyukuri

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img