LABUAN (Hidayatullah.or.id) — Dakwah Islam di Borneo memasuki babak baru melalui penyelenggaraan Konvensyen Dakwah Borneo yang diadakan selama 3 hari pada 22-24 Rabiul Akhir 1446 (25-27/10/2024) di Labuan, Wilayah Federal Malaysia. Acara ini diselenggarakan oleh Kadazan-Dusun-Murut-Sungai Muslim (KDRMS Muslim) Association yang berpusat di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Konvensyen ini merupakan momen bersejarah, mengingat hadirnya lembaga-lembaga dakwah dari berbagai negara, termasuk Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia, serta aktivis dakwah yang menyebarkan pengaruh hingga ke seluruh penjuru Borneo. Acara ini menjadi wadah strategis untuk memupuk sinergi lintas batas dalam dakwah Islam, menjawab tantangan masa kini, dan menyusun visi dakwah ke depan di tanah Borneo.
Poin utama dalam konvensyen ini adalah gagasan Ketua KDRMS Muslim, Haji Nicholas Sylvester tentang gelombang dakwah ketiga di Borneo.
Dia menyebutkan, gelombang pertama datang dari sejak zaman Sahabat Rasulullah sampai zaman Dinasti Ming China yang pengaruhnya sampai ke sini (1368-1644).
“Lalu, gelombang kedua dari masa penjajahan Portugis, Spanyol, Inggris dan Belanda di kawasan Nusantara sampai masa kemerdekaan negeri-negeri Borneo, bahkan hingga sekarang,” katanya.
Menurut Haji Nicholas, pertanyaan besar yang harus dijawab dalam konvensyen ini adalah apakah umat Islam di Borneo mampu membangkitkan gelombang ketiga dakwah yang mampu membawa rahmat bagi seluruh pulau tanpa terkecuali.
Konvensyen Dakwah Borneo ini menjadi wadah untuk merumuskan pandangan bersama demi kemajuan dakwah di Borneo. Dengan terbangunnya jaringan antarorganisasi dakwah dari berbagai negara, diharapkan akan tercipta gelombang dakwah ketiga yang lebih terarah dan berkesinambungan.
Nicholas menambahkan, tantangan gelombang yang dihadapi sekarang mungkin besar, tetapi dengan kolaborasi lintas batas dan kesatuan visi, umat Islam di Borneo akan membawa perubahan yang berarti dan menjadi rahmat bagi seluruh masyarakat di kawasan ini.
Forum ini menekankan perlunya adaptasi dan pemahaman mendalam tentang karakteristik sosial, budaya, dan ekonomi di setiap wilayah di kawasan.
Tantangan tersebut dipandang perlu dijawab dengan semangat merajut persatuan dan kolaborasi yang kuat di antara lembaga lembaga pemerintah dan organisasi dakwah swadaya masyarakat di negara-negara serumpun. (ybh/hidayatullah.or.id)