AdvertisementAdvertisement

Ketua Umum DPP Hidayatullah Hadiri Forum Majelis Ilmuwan Nusantara ke-2 di Negeri Perlis

Content Partner

KANGAR (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Ust. Dr. H. Nashirul Haq, menghadiri Persidangan Ilmuwan Nusantara (MIN) ke-2 yang digelar selama 2 hari oleh Jabatan Mufti Perlis di Kangar, Negeri Perlis, Malaysia, 12-13 Jumadil Awal 1446 (14-15//11/2024) lalu.

Konferensi yang mengambil tema “Kedudukan Agama dan Budaya” ini dibuka secara resmi oleh Raja Muda Perlis Tuanku Syed Faizuddin Putra Jamalullail di Komplek Dewan Undangan Negeri Perlis.

Forum ini diinisiasi dan dipimpin oleh Mufti Perlis SS Dato Prof. Dr. Mohd. Asri Zainal Abidin dan dihadiri 30 peserta dari Malaysia, Indonesia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja.

Selain Nashirul Haq, hadir bersama delegasi dari Indonesia antara lain Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Bidang Tarjih, Prof. Dr. H. Syamsul Anwar dan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Persatuan Islam (Persis) Dr. H. Jeje Zainuddin.

Dalam forum yang diikuti oleh para ulama dan cendekiawan dari berbagai negara ini, Nashirul Haq menyampaikan klasifikasi budaya, tradisi, dan adat istiadat dari sudut pandang Islam. Dia menggarisbawahi relevansi nilai-nilai Islam dalam menyikapi keberagaman budaya lokal dan global.

Nashirul Haq mengidentifikasi tiga kategori utama budaya dalam Islam yaitu, Pertama, budaya yang sesuai dengan Islam. Budaya ini dianggap selaras dengan ajaran Islam dan karenanya perlu dipertahankan.

Kedua, budaya yang bertentangan dengan Islam. Budaya semacam ini dianggap bertolak belakang dengan nilai-nilai Islam sehingga harus ditinggalkan.

Ketiga, lanjut Nashirul, adalah budaya yang bersifat netral, yakni tradisi yang tidak diperintahkan maupun dilarang dalam Islam. Budaya ini, menurutnya, diperbolehkan, terutama apabila mengandung kemaslahatan.

“Pertama, sesuai dengan Islam sehingga perlu dipertahankan. Kedua, bertentangan dengan Islam sehingga harus ditinggalkan. Ketiga, tidak ada perintah maupun larangan dalam Islam sehingga dibolehkan. Terutama jika mengandung maslahat,” jelasnya, seraya menekankan prinsip maslahat sebagai kriteria penting dalam menentukan penerimaan suatu budaya.

Lebih lanjut, Nashirul Haq mendorong upaya islamisasi budaya melalui pendekatan penanaman sunnah di masyarakat.

“Kita perlu menanamkan sunnah seperti memberi salam, silaturahim, tolong menolong, dan sebagainya agar mengakar menjadi budaya di masyarakat kita,” tegasnya.

Dalam pada itu, dia menekankan pentingnya membangun budaya berbasis nilai-nilai Islam yang tidak hanya bersifat normatif, tetapi juga transformatif.

Nashirul menambahkan, forum ini sangat positif dalam upaya rekonsiliasi antara ajaran agama dan kearifan lokal, di mana nilai Islam dapat berfungsi sebagai dasar etis dalam membangun harmoni sosial.

Sebagai informasi, di kawasan yang sama, Konferensi Majelis Ilmuwan Nusantara ke-1 diadakan pada bulan Februari 2024 lalu dengan tema; Manhaj Sunnah Menyatakan Umat.*/A Ruways

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Pesan dari Tabligh Akbar Hidayatullah Karo, Jaga Kerukunan dan Bentengi Akidah Umat

BRASTAGI (Hidayatullah.or.id) -- Pondok Pesantren Hidayatullah Karo selenggarakan Tabligh Akbar yang bertempat di Masjid Muhammad Cheng Hoo, Kecamatan Berastagi,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img