AdvertisementAdvertisement

KHUTBAH JUM’AT: Berbekallah untuk Kehidupan yang Abadi

Content Partner

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jum’ah yang dirahmati Allah,

Dari berbagai macam urusan dan persoalan yang menyibukkan manusia, ada satu hal yang hendaknya kita benar-benar memperhitungkannya yaitu tentang nasib kita nanti dalam kehidupan sesudah mati. Apakah kita akan selamat atau celaka.

Hidup ini singkat. Kita akan mati dan sesudahnya akan memasuki kehidupan yang abadi. Pada akhirnya kita akan berada dalam salah satu dari dua kondisi yang sangat ekstrim. Apakah kita akan selamat, dimasukkan Allah ke dalam surga, merasakan kebahagiaan yang abadi selamanya tanpa batas.

Atau celaka, masuk ke dalam neraka untuk merasakan penderitaan yang abadi, selamanya tanpa batas. Tidak ada urusan yang lebih penting dari itu. Tidak ada persoalan yang lebih serius dari itu.

Sekali waktu berkunjunglah ke kuburan dan perhatikan yang tertulis di batu nisan. Ada nama, tanggal lahir dan tanggal kematian. Itulah umurnya di dunia.

Perhatikan kembali kapan ia meninggal, sudah berapa lama ia dikubur. Ada yang sudah puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun. Mereka hidup di alam kubur jauh lebih lama daripada usia hidupnya di dunia.

Ada yang baru sehari dikuburkan, tetapi ia tidak tahu berapa puluh, ratus, ribu tahun lagi ia harus menunggu sampai kiamat tiba.

Dan, tibanya hari kiamat bukan akhir, tetapi fase kehidupan berikutnya. Alam kubur hanya pengantar untuk memasuki kehidupan akhirat yang abadi.

Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala

Coba kita renungkan, seratus tahun atau dua ratus tahun yang akan datang kita akan menjadi orang yang dilupakan, sendiri dalam kesepian di alam kubur.

Tidak ada lagi manusia di permukaan bumi yang masih mengingat kita. Tidak ada lagi anak, cucu, dan keturunan kita yang mengirimkan doa ampunan untuk kita.

Keluarga kita, anak, cucu, teman-teman dan para tetangga mereka juga sedang meratapi nasib yang sama di alam kubur. Rumah, tanah, dan semua aset yang dulu kita miliki sudah berpindah tangan ke pemilik baru yang bahkan sama sekali tidak mengenal kita.

Mereka tidak peduli bagaimana dulu kita berjuang untuk mendapatkannya. Apa yang dulu kita banggakan dan kita kenang sebagai prestasi dengan mudah mereka membuang dan mencampakknya. Pada saat itu mungkin kita sedang menyesali segala kesibukan yang kita jalani hari ini.

Karena itu, sebelum semuanya terjadi, hendaknya kita merenungkan kembali kehidupan kita hari ini agar tidak menyesali kehidupan kita nanti. Inilah kesempatan untuk menentukan nasib kita di akhirat.

Di dunia inilah segala sesuatunya harus kita siapkan. Kehidupan akhirat sepenuhnya tergantung bagaimana kita menjalani kehidupan dunia ini. Hidup ibarat sebuah perjalanan, maka berbekallah.

Kalau hendak pergi sehari, setidaknya kita siapkan bekal untuk keperluan perjalanan sehari. Kalau kita hendak pergi sepekan, siapkan bekal untuk perjalanan sepekan.

Kalau kita hendak pergi sebulan, siapkan bekal untuk perjalanan sebulan. Kekurangan bekal akan membuat kita mengalami kesulitan dalam perjalanan.

Tetapi ada yang lebih berat lagi, kalau kita salah memilih bekal. Apa yang kita anggap bekal justru menjadi beban yang memberatkan perjalanan. Maka berbekallah, dan pandai-pandailah memilih bekal.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Baqarah Ayat 197:

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ

“Dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal”

Perjalanan ke akhirat bukan perjalanan sehari atau dua hari, bukan sebulan atau dua bulan, tetapi perjalanan untuk selamanya tanpa pernah kembali lagi dalam kehidupan dunia.

Maka sejatinya dunia ini hanyalah tempat mencari bekal untuk kehidupan yang abadi. Jika kita menginginkan kehidupan dunia maka kita mencarinya di dunia ini.

Jika kita menginginkan kehidupan akhirat, maka kita harus mencarinya di dunia ini. Semuanya harus kita siapkan saat ini, di dunia ini. Tidak ada lagi kesempatan di akhirat nanti.

Maka kita harus memastikan bahwa semua yang kita miliki dan semua usaha dan jerih payah kita akan menjadi bekal untuk perjalanan akhirat.

Harta yang kita miliki yang kita mendapatkannya dengan susah payah, penuh resiko, pengorbanan, dan perjuangan jangan sampai menjadi beban akhirat.

Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala

Harta memang akan kita tinggal di dunia ketika mati tetapi jangan sampai sia-sia. Jauh lebih baik kita mati meninggalkan harta yang berguna bagi yang hidup dan menjadi kendaraan yang mengantarkan kita ke surga dibandingkan jika kita mati meninggalkan utang yang menyusahkan yang hidup dan memberatkan pengadilan akhirat.

Maka hendaknya kita mempertanyakan kembali, harta kita bekal atau beban akhirat? Kita hitung kembali dengan jujur, kita audit ulang, bahkan berulang-ulang, dari mana kita mendapatkannya dan ke mana kita membelanjakannya.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ

“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya” (HR. Tirmidzi).

Juga dengan pekerjaan kita. Hendaknya kita merenungkan kembali, apakah pekerjaan kita itu mendekatkan ke surga atau justru akan menjerumuskan kita ke neraka. Hal yang terpenting bukan berapa besar gaji yang kita dapatkan atau berapa besar peluang dan keuntungan dari usaha kita, tetapi halal atau haram.

Kita harus menjadikan pekerjaan itu sebagai sarana ibadah dan amal saleh sehingga setiap tetes keringat dan semua sakit dan lelah dalam bekerja menjadi catatan amal kebaikan yang menambah bekal perjalanan akhirat.

Juga keluarga kita. Anak istri yang menemani kita di dunia mereka juga yang kita harapkan membersamai menjadi keluarga di surga. Jangan sampai anak-anak kita menjadi beban akhirat yang menyeret kita ke neraka.

Kita akan mendidik keluarga kita sebaik-baiknya menjadi keluarga yang tunduk dan taat kepada Allah. Anak-anak yang saleh itulah yang akan mengantarkan kita ke surga.

Dan juga teman-teman kita, saudara-saudara kita, tetangga-tetangga kita. Mereka akan bersaksi tentang kita. Ada saksi memberatkan, ada saksi meringankan.

Maka kita akan bergaul dengan manusia dengan kebaikan-kebaikan, menunaikan apa yang menjadi hak sesama muslim, menghindari segala bentuk kedzaliman agar mereka senantiasa mendoakan kita setelah kematian kita dan di akhirat menjadi saksi atas semua kebaikan kita.

Setiap waktu yang berlalu semakin mendekatkan kita pada batas akhir kehidupan. Kita harus memastikan setiap detiknya menambah produktifitas amal kita.

Jangan sampai kita menyesal di akhirat karena kurangnya bekal kebaikan, apalagi kalau harus ditambah beban tanggung jawab yang memberatkan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد

فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ

Do’a Penutup

اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ

اَللّٰهُمَّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللّٰهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ. اَللّٰهُمَّ اكْشِفْ الغُمَّةَ عَنْ أُمَّتِنَا. اَللّٰهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْفَعَ الْبَلَاءَ عَنْ غَزَّةَ وَأَهْلِهَا، وَأَنْ تَنْصُرَهُمْ عَلَى عَدُوِّهِمْ، وَأَنْ تَرْحَمَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ، وَأَنْ تَكْشِفَ الْغُمَّةَ عَنْ أُمَّتِنَا. اَللّٰهُمَّ عَافِنَا وَالْطُفْ بِنَا وَاحْفَظْنَا وَانْصُرْنَا وَفَرِِّجْ عَنَّا وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اكْفِنَا وَإِيَّاهُمْ جَمِيْعًا شَرَّ مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ

!عِبَادَاللهِ

إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

(Untuk mengunduh naskah ini ke format PDF, klik icon “print” pada share button di bawah lalu pilih simpan file PDF)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Wawali Kusmanto Apresiasi Kiprah Hidayatullah, Ajak Sinergi Bangun dan Jaga Jakarta

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) -- Wakil Wali Kota (Wawali) Jakarta Timur, Kusmanto, menghadiri sekaligus membuka secara resmi Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-6...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img