“Ketika mereka memukuli saya, saya berteriak ‘Ya Allah!’ Hal itu justru membuat mereka semakin memukuli saya, dan mengejek saya dengan mengatakan, ‘Pergi dan temukan tuhanmu, sana!’”
Itu adalah kata-kata saudari perempuan Anda, Zumrat Dawut, yang menggambarkan apa yang terjadi padanya di sebuah kamp konsentrasi di Turkistan Timur yang diduduki Cina, yang juga disebut sebagai Xinjiang.
Ia adalah satu di antara banyak Muslimah Uyghur pemberani yang memberikan kesaksian atas kejahatan rezim komunis Cina, di sebuah pengadilan yang diadakan di Westminster, London, beberapa pekan lalu.
Apa yang dialami saudari kita ini menjadi pelajaran yang sangat penting bagi kita semua.
Anda lihat, banyak dari kita yang sadar betul akan genosida yang masih terus terjadi terhadap saudara dan saudari Uyghur kita. Adanya kamp konsentrasi, kerja paksa, pengambilan organ tubuh, pemisahan anak dengan orang tua, sterilisasi paksa, penyiksaan, pemerkosaan, penghancuran masjid, pembakaran Al-Qur’an, kamp indoktrinasi atheisme, dan masih banyak lagi.
Para peneliti, kelompok hak asasi manusia, dan wartawan telah mengungkap dan membongkar bukti-bukti kejahatan genosida terhadap Muslim Uyghur dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satu hambatan terbesar untuk membantu saudara dan saudari Uyghur kita adalah perasaan tidak berdaya yang coba dihasutkan syaithan ke dalam diri kita.
“Apa yang bisa kita lakukan melawan negara besar dan adidaya seperti Cina? Bagaimana bisa seorang individu melawan negara tersebut?”
Pelajaran penting dalam kisah saudari Zumrat Dawut adalah apa yang dilakukan seorang pria untuk membantunya. Ketika dia disiksa di kamp konsentrasi selama lebih dari 60 hari, suaminya, yang merupakan warga negara Pakistan, mengancam para pejabat Cina bahwa dia akan mengungkapkannya ke media. Dan coba tebak—Zumrat Dawut kemudian dibebaskan.
Ini adalah pelajaran penting tentang besarnya kekuatan yang kita semua miliki, namun kebanyakan dari kita tidak menyadarinya.
Para tokoh senior dalam gerakan keadilan untuk Uyghur terus-menerus menyebutkan satu hal: bahwa umat Islam—di mana pun mereka berada—memiliki kekuatan dan pengaruh yang luar biasa dalam hal membantu Uyghur.
Langkah pertama adalah kita harus menyadari bahwa Allah telah memberi kita potensi yang luar biasa. Tidak boleh ada Muslim yang mengatakan: “Saya hanya seorang diri. Apa yang bisa saya lakukan?”
Mengapa?
Pertama, karena anggapan seperti itu mengabaikan tujuan utama kita hidup di dunia ini: yakni beribadah kepada Allah, dengan semata mengharapkan ridha Allah Ta’ala. Termasuk di dalamnya menghadapi berbagai ujian kehidupan.
Kita tidak bertanggung jawab atas hasilnya bagaimana, melainkan kita harus memastikan bahwa kita telah bertindak dengan benar dan ikhlas untuk Allah.
Allah mengisahkan kepada kita tentang Bani Isra’il yang diuji dengan sebuah perintah. Mereka yang melanggar perintah Allah dihukum, sementara mereka yang menaati perintah Allah terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok berkata kepada yang lain:
Allah berfirman, yang artinya “Mengapa kamu masih menasihati [atau memperingatkan] suatu kaum yang Allah [akan] hancurkan atau mengazab dengan siksaan yang berat?”
Apa gunanya? Mengapa kamu membuang-buang waktumu, padahal Allah akan membinasakan orang-orang yang zalim tersebut? Jawaban kelompok kedua harus terpatri di hati kita, karena itulah dasar dari perjuangan dan dakwah kita:
“Agar diberi ampunan di hadapan Tuhanmu dan mudah-mudahan mereka menjadi takut kepada-Nya.” (QS Al-A’raf: 164)
Ketika ketidakadilan terjadi, itu merupakan ujian bagi kita semua. Tujuan utama kita adalah untuk lulus dalam ujian tersebut. Oleh karena itu, Rasulullah Shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
“Barang siapa yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka ubahlah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman” (HR Muslim, no.49).
Tidak ada pilihan keempat, yakni mengabaikannya karena merasa tidak mampu mengubahnya, bagi orang beriman. Sebagaimana kisah Bani Isra’il tadi, tujuan utama kita adalah “untuk mendapat ampunan di hadapan Allah” sehingga pada Hari Pembalasan, kita dapat mengatakan bahwa setidaknya kita telah mencoba melakukan apa yang kita bisa. Dan “mungkin mereka akan menjadi takut akan azab-Nya”; artinya, bisa jadi kita mampu mencapai hasil yang kita inginkan. Akan tetapi, bagian itu kita serahkan kepada Allah.
Itulah alasan pertama seorang Muslim tidak boleh berkata, “Apa yang bisa saya lakukan? Saya hanya seorang diri.”
Masalah kedua dari pernyataan itu adalah bahwa pernyataan tersebut benar-benar salah—bahkan jika Anda benar-benar hanya seorang diri. Sebagaimana suami Zumrat Dawut, kita pun bisa membuat perubahan.
Dengan kata lain, hanya karena kita tidak bisa memecahkan masalah secara penuh, bukan berarti kita lalu berdiam diri. Allah tidak akan bertanya kepada kita, mengapa kita tidak membebaskan Palestina, misalnya. Karena hal itu bukan dalam lingkup kemampuan kita.
Akan tetapi, bukankah kita masih bisa berbicara dengan anggota parlemen lokal tentang hal itu? Atau meningkatkan kesadaran orang-orang di sekitar kita, atau menyumbangkan sebagian harta untuk membantu perjuangan mereka, dan seterusnya.
“Allah tidak membebani suatu jiwa kecuali [menurut] apa yang telah Dia berikan kepadanya.” (Terjemah QS Ath-Thalaq: 7)
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham.“ Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.” (HR An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2: 379. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Akan tetapi, hal yang menakutkan adalah bahwa hal yang sama juga berlaku untuk dosa dan hukuman. Hal ini dijelaskan dalam hadits Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam:
“Ada tiga golongan manusia yang tidak diajak bicara oleh Allah di Hari Kebangkitan, Allah tidak akan menyucikan, atau bahkan tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka azab yang pedih: orang tua pezina, raja pembohong, dan orang miskin yang angkuh.”
Ketiga golongan ini mendapat kehinaan sedemikian rupa karena dengan kondisi mereka yang sudah seperti itu, namun masih saja melakukan dosa, akibat begitu rusaknya jiwa mereka.
Seorang lelaki tua semestinya memiliki hasrat dan keinginan yang jauh lebih sedikit untuk melakukan zina; seorang miskin seharusnya tidak memiliki apa-apa untuk disombongkan; dan seorang raja tentu tidak perlu berbohong kepada siapa pun.
Mengapa kami menyebutkan ini?
Bayangkan betapa marahnya kita kepada para penguasa maupun politisi Muslim dan orang-orang berpengaruh yang tidak melakukan hal-hal untuk membantu saudara-saudari Uyghur kita, yang tidak berbicara di panggung global mereka, maupun mengajak orang lain untuk melakukan hal tersebut.
Anda mungkin menyebut mereka pengkhianat, munafik, dan sebagainya. Sekarang bayangkan bahwa Anda dan mereka dibangkitkan bersama-sama secara setara pada Hari Pembalasan!
Itu adalah hal yang tentu menakutkan, tetapi sangat mungkin terjadi jika kita tidak melakukan apa pun untuk membantu saudara-saudari kita—bahkan jika kita menganggapnya kecil secara materi. Allah yang menilai kita, tahu persis seberapa banyak kemampuan yang telah kita berikan.
Bisa jadi dengan kepedulian kita kepada saudara-saudari Uyghur tersebut, Allah akan membangkitkan kita setara dengan para pahlawan besar masa lalu yang membebaskan banyak negeri maupun yang telah menghabiskan banyak harta di jalan Allah.
Karena, satu dirham bisa mengalahkan 100.000 dirham…
===================================================
Mengingat fakta bahwa kita tidak boleh meremehkan upaya apa pun yang dilakukan dengan ikhlas, betapa pun kecilnya, lantas apa saja yang dapat kita lakukan untuk saudara-saudari kita yang sedang mengalami genosida?
Saat ini, masjid di seluruh dunia membicarakan hal yang sama sebagai bagian dari Hari Khutbah Internasional Stand4Uyghur untuk membela dan menolong keluarga-keluarga Uyghur kita.
Ahad 31 Juli besok, akan ada umat Islam yang berdiri dan mengucapkan kalimat-kalimat kebenaran di depan kedutaan besar Cina di London, Manchester, Edinburgh, Brisbane, Sydney, Toronto, Washington DC, Istanbul, Afrika Selatan, dan banyak lagi, In syaa Allah.
Saudara-saudari Uyghur kita telah meminta kita untuk berdiri membela mereka hanya selama satu hari dalam setahun, supaya kita terus memberi tekanan kepada Cina dan menunjukkan bahwa mereka yang menjadi sasaran genosida itu memiliki miliaran saudara-saudari yang akan membela hak-hak mereka.
Tahun lalu ketika umat Islam berkumpul di depan Kedutaan Besar Cina di London dan Manchester, orang-orang Uyghur merasa lega bahwa; Alhamdulillaah umat Islam terus bersama mereka. Dukungan moral dan solidaritas mereka rasakan untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade.
Mereka mengatakan bahwa Partai Komunis Cina menjadi sangat takut sehingga untuk pertama kalinya dalam 4-5 tahun terakhir mereka terpaksa membuka masjid di Turkistan Timur untuk shalat Idul Fitri, dan memaksa orang untuk masuk untuk mengambil gambar, meski dengan tujuan propaganda!
Salah satu bisikan syaithan paling beracun adalah ketika dia datang kepada umat Islam yang sedang menderita dan mengatakan bahwa umat Islam telah melupakan mereka.
Ini adalah kesempatan kita untuk menghabiskan hanya beberapa jam dari begitu banyaknya waktu yang telah Allah berikan kepada kita, untuk menggunakan kebebasan kita dalam berbicara dan bersolidaritas, serta memberikan dukungan moral kepada saudara-saudari Uyghur kita, dan secara terbuka mengutuk kejahatan dengan lidah kita, sebagaimana perintah Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam yang disebutkan sebelumnya.
Ini adalah hal pertama yang bisa kita semua lakukan–memberikan dukungan moral. Jangan pernah meremehkan hal ini. Bahkan Allah berkali-kali memberikan dukungan moral kepada Nabi Shallallaahu ‘alayhi wa sallam ketika beliau dianiaya dan diserang, dalam QS Al-Qalam 1-4:
“Nuun. Demi pena dan apa yang mereka tulis,
Engkau, [Oh Muhammad], dengan nikmat Tuhanmu, bukanlah orang gila.
Dan sesungguhnya bagimu pahala yang tiada putus-putusnya.
Dan sungguh, kamu memiliki akhlak yang agung.”
Selain dukungan moral secara fisik, kita juga dapat menunjukkan dukungan moral melalui media elektronik, dan membantu meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan penderitaan mereka.
Gerakan Stand4Uyghurs ini telah menyediakan sumber informasi bagi kita semua untuk mendapatkan pengetahuan tentang apa yang terjadi pada saudara-saudari Uyghur kita, serta berbagai konten multimedia untuk dibagikan di media sosial kepada keluarga dan teman kita.
Mari kita semua membuat komitmen untuk berbagi informasi tentang saudara-saudari Uyghur kita, sedikitnya sehari sekali.
Hal ketiga yang bisa kita semua lakukan saat ini adalah berdoa kepada Allah untuk melindungi dan menjaga iman saudara-saudari Uyghur kita, yang telah diserang selama beberapa dekade.
Carilah waktu-waktu mustajab ketika doa lebih dicintai Allah, seperti pada hari Jumat, waktu antara azan dan iqamat, ketika puasa, ketika bepergian, di sepertiga malam terakhir, dan sebagainya.
Semoga Allah menolong saudara dan saudari Muslim kita di Turkistan Timur, mengampuni kita atas kekurangan kita dalam menolong dan membela mereka, serta membangunkan dan menguatkan umat kita untuk membela mereka. Gerakan Stand4Uyghurs ini akan menyediakan lebih banyak contoh dan materi untuk aksi yang kita semua dapat lakukan In syaa Allah.
Termasuk melobi para politisi, lembaga publik, dan tokoh masyarakat untuk mendukung tindakan hukum terhadap para pejabat Cina, memutus hubungan antara perusahaan milik negara Cina dengan universitas yang mengembangkan berbagai teknologi yang digunakan untuk menindas warga Uyghur, serta lebih banyak lagi.
Kita semua memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepada saudara dan saudari Uyghur kita bahwa kita tidak akan tinggal diam di saat orang-orang mengurung mereka di kamp konsentrasi, mengambil rambut dan organ mereka, memperbudak dan menyiksa mereka, maupun hal-hal yang jauh lebih buruk lagi.
Kita tidak akan duduk diam, melainkan akan hadir dalam jumlah yang banyak In syaa Allah, pada tanggal 31 Juli untuk menunjukkan solidaritas dan dukungan moral kepada mereka.
Jangan remehkan kekuatan amal yang ikhlas, meski mungkin kecil secara materi; ingatlah bahwa tujuan utama kita adalah untuk meraih ridha Allah dan dibebaskan dari kesalahan-kesalahan kita, ketika nanti bertemu dengan-Nya.
Sumber: Islam21c.com yang diterjemahkan oleh Sahabat Al Aqsha