اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن
أَمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً، فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Segala puji hanya bagi Allah Ta’ala, Tuhan semesta alam, yang dengan kasih sayang-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menghirup udara kehidupan hingga hari ini.
Kita memohon kepada-Nya agar hati ini tetap lembut dalam menerima kebenaran, dan tidak menjadi keras karena lalai dalam memperhatikan waktu yang terus menyusut.
Betapa sering kita terlena dalam rutinitas duniawi hingga lupa bahwa hidup ini fana, dan bahwa setiap perjalanan pasti akan sampai pada akhirnya.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam, teladan utama yang menggunakan waktunya untuk menegakkan keadilan, menyebarkan kasih sayang, dan memperbaiki umat manusia.
Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa meneladani beliau dalam kesungguhan, ketulusan, dan pengorbanan, terlebih dalam memaknai waktu sebagai amanah besar yang kelak akan ditanya di hadapan Allah.
Ma’asyiral Muslimin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah
Perputaran waktu berjalan begitu cepat. Tanpa terasa, kita telah berada di pertengahan bulan Muharram 1447 Hijriyah.
Padahal kenangan tahun 1446 H masih terasa begitu segar dalam ingatan, seolah baru kemarin. Namun kini tahun itu telah berlalu, dan tidak akan pernah kembali lagi.
Begitulah sifat waktu. Ia terus berjalan, tidak menunggu, tidak menoleh ke belakang. Sekali berlalu, ia tak dapat diputar ulang. Imam Asy-Syafi’i pernah mengingatkan:
الْوَقْتُ سَيْفٌ فَإِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ، وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلْتَهَا بِالْحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
“Waktu itu seperti pedang. Jika engkau tidak menggunakannya (dengan baik), maka ia akan menebasmu. Dan dirimu, jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam kebatilan.”
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Waktu yang terus berlalu ini menuntut kita untuk berhenti sejenak dan merenung. Untuk apa kita hidup?
Apa yang sudah kita lakukan? Untuk itulah muhasabah menjadi penting — sebagai bentuk evaluasi, introspeksi, sekaligus penataan kembali arah hidup.
Muhasabah adalah perintah Allah kepada orang-orang yang beriman, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Hasyr ayat 18:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat ini dengan tegas mengajak kita bukan hanya bertakwa, tetapi juga melihat dan merenungi apa yang telah kita lakukan—untuk masa depan, yakni hari akhir.
Umar bin Khattab, Amirul Mukminin, memberi nasihat tegas:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah sebelum kalian ditimbang, dan bersiaplah menghadapi hari besar ketika amal diperlihatkan”
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Muhasabah adalah jalan menuju perbaikan. Tanpa muhasabah, hidup bisa terus terseret dalam rutinitas tanpa arah.
Muhasabah memanggil kita untuk kembali pada dua identitas utama kita, yaitu sebagai hamba Allah (abdullah) dan wakil Allah di bumi (khalifatullah). Itulah tujuan hidup yang sejati.
Islam menanamkan keyakinan bahwa dunia ini hanyalah sementara. Bahwa akhirat adalah kehidupan yang abadi. Kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari kehidupan hakiki.
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Apakah kalian mengira bahwa Kami menciptakan kalian dengan sia-sia dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minun: 115)
Karena itulah, hidup di dunia ini ibarat masa menanam, dan akhirat adalah masa panen. Jika kita tak menanam kebaikan, bagaimana mungkin berharap menuai kebahagiaan?
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Muhasabah adalah cermin. Ia memperlihatkan noda-noda pada amal kita.
Tanpa cermin, kita mungkin merasa bersih, padahal kenyataannya penuh cela. Tanpa muhasabah, manusia akan berjalan dalam kelalaian, dan akan berakhir pada penyesalan.
Dan penyesalan di akhirat, adalah penyesalan yang tidak berguna. Allah telah mengingatkan kita melalui ayat-ayat-Nya tentang berbagai bentuk penyesalan manusia di hari kiamat:
Pertama, menyesal karena tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya:
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا
“Pada hari ketika muka mereka dibolak-balik dalam neraka, mereka berkata, ‘Alangkah baiknya andaikan kami taat kepada Allah dan taat pula kepada Rasul.’” (QS. Al-Ahzab: 66)
Kedua, menyesal karena menerima catatan amal dari tangan kiri:
وَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِشِمَالِهِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي لَمْ أُوتَ كِتَابِيهْ
“Adapun orang yang menerima kitabnya dari sebelah kirinya, dia berkata, ‘Duhai, alangkah baiknya andai aku tidak diberikan kitabku ini.’” (QS. Al-Haqqah: 25)
يَا لَيْتَهَا كَانَتِ الْقَاضِيَةَ
“Duhai, andaikan kematian itu mengakhiri segalanya.” (QS. Al-Haqqah: 27)
مَا أَغْنَى عَنِّي مَالِيهْ، هَلَكَ عَنِّي سُلْطَانِيهْ
“Hartaku tidak berguna bagiku. Kekuasaanku telah lenyap dariku.” (QS. Al-Haqqah: 28–29)
Ketiga, menyesal karena tidak beramal shalih:
يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي
“Dia berkata, ‘Alangkah baiknya andai aku telah mempersiapkan (amal shalih) untuk hidupku ini.’” (QS. Al-Fajr: 24)
Keempat, menyesal karena salah memilih teman:
يَا وَيْلَتَى لَيْتَنِي لَمْ أَتَّخِذْ فُلَاناً خَلِيلًا
“Celakalah aku, andai aku tidak menjadikan si dia sebagai teman akrabku.” (QS. Al-Furqan: 28)
لَقَدْ أَضَلَّنِي عَنِ الذِّكْرِ بَعْدَ إِذْ جَاءنِي
“Sesungguhnya dia telah menyesatkanku dari Al-Qur’an setelah Al-Qur’an datang kepadaku.” (QS. Al-Furqan: 29)
Puncaknya, menyesal karena menjadi manusia—yang menginginkan dirinya dahulu hanya tanah:
إِنَّا أَنذَرْنَاكُمْ عَذَاباً قَرِيباً يَوْمَ يَنظُرُ ٱلْمَرْءُ مَا قَدَّمَتْ يَدَاهُ وَيَقُولُ ٱلْكَافِرُ يَـٰلَيْتَنِى كُنتُ تُرَٰبًا
“Sesungguhnya Kami telah memperingatkan kalian tentang azab yang dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh tangannya, dan orang kafir berkata: ‘Andai saja dahulu aku hanyalah tanah.’” (QS. An-Naba: 40)
Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Waktu terus berjalan, dan pintu tobat masih terbuka. Mari kita manfaatkan sisa usia ini dengan penuh kesadaran, bukan kelalaian. Sebagaimana pesan Nabi Muhammad ﷺ kepada Ibnu Umar:
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال : أخذ رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم بمنكبي فقال : كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara.”
Ibnu Umar lalu menambahkan:
إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء وخذ من صحتك لمرضك ومن حياتك لموتك
“Jika engkau berada di sore hari, maka jangan tunggu hingga pagi; dan jika pagi, jangan tunggu sore. Ambillah (peluang) dari sehatmu sebelum sakit, dan dari hidupmu sebelum mati.” (HR. Al-Bukhari)
Semoga kita menjadi hamba yang pandai bermuhasabah, sebelum datang masa di mana tak ada lagi waktu untuk kembali.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا
اللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد
فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللّٰهُ تَعَالَى اِنَّ اللّٰهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
Do’a Penutup
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. اللّهُمَّ وَفِّقْنَا لِطَاعَتِكَ وَأَتْمِمْ تَقْصِيْرَنَا وَتَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
اَللّٰهُمَّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ. اَللّٰهُمَّ ارْحَمِ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ. اَللّٰهُمَّ اكْشِفْ الغُمَّةَ عَنْ أُمَّتِنَا. اَللّٰهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْفَعَ الْبَلَاءَ عَنْ غَزَّةَ وَأَهْلِهَا، وَأَنْ تَنْصُرَهُمْ عَلَى عَدُوِّهِمْ، وَأَنْ تَرْحَمَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ مِنْ عِبَادِكَ، وَأَنْ تَكْشِفَ الْغُمَّةَ عَنْ أُمَّتِنَا. اَللّٰهُمَّ عَافِنَا وَالْطُفْ بِنَا وَاحْفَظْنَا وَانْصُرْنَا وَفَرِِّجْ عَنَّا وَالْمُسْلِمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اكْفِنَا وَإِيَّاهُمْ جَمِيْعًا شَرَّ مَصَائِبِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ . وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبّ الْعَالَمِيْنَ
!عِبَادَاللهِ
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَالْمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
(Untuk mengunduh naskah ini ke format PDF, klik icon “print” pada share button di bawah lalu pilih simpan file PDF)