YOGYAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Hidayatullah Yogyakarta, Hersona Bangun, SH, membagikan tips berupa langkah langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya perundungan atau bullying di lingkungan pondok pesantren.
Kiat tersebut disampaikan Bangun saat menjadi narasumer dalam acara temu tokoh dan santri bertema “Komitmen Anti Perundungan” yang digelar di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta beberapa waktu lalu, Ahad, 24 Shafar 1445 (10/9/2023).
Mengawali materinya, Bangun menerangkan perihal perundungan atau bullying yang akibatnya bisa berdampak serius dan berkepanjangan.
Dia menjelaskan perundungan adalah tindakan merendahkan, menyakiti, atau mengejek orang lain secara fisik, verbal, atau bahkan melalui media sosial.
“Ini bukan hanya permasalahan fisik, tetapi juga mencakup aspek emosional dan psikologis. Orang yang menjadi korban perundungan seringkali merasa terisolasi, tak berdaya, dan mungkin mengalami dampak negatif jangka panjang,” kata Bangun seperti dilansir laman ibshidayatullah.sch.id.
Bangun menjelaskan, tak ada tempat yang sepenuhnya terbebas dari perundungan, termasuk pesantren. Ini mungkin terjadi dalam bentuk yang berbeda, tetapi dampaknya bisa sama merusaknya.
Di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta, meskipun dikenal sebagai lembaga pendidikan yang cinta perdamaian dan harmoni, perundungan tetap merupakan permasalahan yang perlu dicegah.
“Malam ini adalah malam terakhir kita sebagai pelaku pembulian, camkan itu sebagai komitmen,” kata Bangun.
Langkah Cegah Bullying
Selain mengatasi perundungan saat sudah terjadi, menurut Bangun, penting juga untuk melakukan pencegahan. Dia menyebutkan beberapa langkah pencegahan perundungan yaitu, diantaranya penerapan pendidikan kesadaran.
“Para santri diberikan pemahaman mendalam tentang dampak perundungan dan pentingnya menjaga perasaan dan martabat sesama,” katanya.
Langkah berikutnya adalah pelaporan aman, yakni santri diberikan saluran yang aman dan dijamin privasinya untuk melaporkan insiden perundungan tanpa takut mendapatkan balasan negatif.
Kiat selanjutnya adalah melakukan intervensi segera dimana setiap insiden perundungan harus ditangani dengan serius dan segera. “Ini mencakup tindakan disipliner dan pendekatan konseling,” katanya.
Berikutnya, melakukan bimbingan dan dukungan kepada para santri berupa bimbingan dan dukungan yang memadai untuk mencegah mereka terjerumus dalam perilaku perundungan.
“Pesan saya, kita sudah mewanti-wanti akan menindak dengan tegas jika ada kejadian ini,” katanya menegaskan pentingnya mengakhiri siklus perundungan dan membentuk komunitas yang lebih peduli.
Kegiatan yang digelar di Pesantren Hidayatullah Yogyakarta ini adalah langkah nyata dalam memerangi perundungan terutama di kalangan para santri.
Dengan memahami arti perundungan, mengatasi perundungan saat terjadi, dan melakukan pencegahan yang efektif, pesantren ini berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh dengan rasa hormat.
Diharapkan kegiatan ini menjadi inspirasi bagi banyak lembaga pendidikan lainnya untuk mengambil tindakan serupa dalam upaya mewujudkan dunia tanpa perundungan. (ybh/hidayatullah.or.id)