
JAKARTA (Hidayatullah.or.id) — Dalam acara Silaturrahim Daring Kabid Dakwah dan Pelayanan Ummat yang bertajuk “Menguatkan Tugas Murabbi dalam Gerakan Dakwah dan Pembinaan Umat”, Ketua Bidang Dakwah dan Pelayanan Umat (Dakwah Yanmat) DPP Hidayatullah, Nursyamsa Hadis, menyampaikan pokok-pokok penting yang menegaskan bahwa dakwah saat ini tidak cukup hanya bermodalkan semangat individual, melainkan menuntut sinergi, kolaborasi, dan agenda perubahan yang sistemik.
Nursyamsa membuka paparannya dengan mengingatkan perintah langsung Allah dalam Al-Qur’an surah Ali Imron ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”
Ayat ini, jelasnya, menjadi fondasi kokoh bahwa dakwah adalah tugas kolektif yang menuntut adanya komunitas yang bergerak aktif. Seruan moral ini sebagai dorongan untuk membangun struktur sosial baru yang berorientasi pada kebaikan.
Lebih lanjut, Nursyamsa mengutip sabda Rasulullah SAW yanhg diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa barangsiapa menunjukkan kebaikan, maka baginya pahala seperti orang yang mengerjakannya.
Ia memaknai hadis ini sebagai spirit memperkuat konsep bahwa nilai dakwah bukan hanya pada outputnya, tetapi juga pada proses kolaboratif yang menginspirasi orang lain untuk turut serta dalam amal saleh.
Namun, di balik urgensi dakwah tersebut, Nursyamsa menyoroti tantangan besar yang kini dihadapi umat mulai dari krisis kepercayaan (amanah), krisis moral, krisis ekonomi, krisis sosial politik, maupun krisis budaya.
Tantangan ini, menurut dia, bukan hanya fenomena sosial biasa, tapi sudah memasuki tahap krisis multidimensional yang jika tidak segera direspons akan berujung pada kehancuran nilai dan institusi umat.
“Sebagai konsekuensinya, gerakan dakwah para da’i Hidayatullah harus memikul agenda perubahan yang komprehensif,” katanya, seraya menyebutkan ada lima ranah pemberdayaan menjadi syarat mutlak agar dakwah tetap relevan dan tangguh.
Pertama, adalah pemberdayaan ruhani (mental spiritual) untuk membangun ketahanan batin para aktivis dakwah. Kedua, pemberdayaan jasmani (fisik material) supaya da’i tidak rapuh menghadapi tantangan fisik dan kebutuhan hidup.
Ketiga, pemberdayaan sosial untuk menciptakan komunitas yang solid, saling menopang di tengah derasnya arus disintegrasi sosial, dan Keempat, pemberdayaan ekonomi, karena kemandirian finansial adalah penopang utama gerakan dakwah yang berkelanjutan.
Terakhir dan menurutnya ini tidak kalah penting dengan empat ranah sebelumnya, yaitu pemberdayaan politik, untuk memastikan bahwa umat memiliki kecerdasan dan daya tawar dalam sistem kekuasaan yang ada.
“Ini perlu dilakukan demi menghindari berjatuhannya para aktivis dakwah ketika menghadapi tantangan yang sangat berat,” tegas Nursyamsa, dari Gedung Pusat Dakwah Hidayatullah, Jum’at, 11 Dzulqa’dah 1446 (9/5/2025).

Ia pun menegaskan kesadaran strategis bahwa krisis multidimensi hanya bisa dihadapi dengan dakwah yang memiliki basis kekuatan spiritual, ekonomi, dan politik yang seimbang.
Dalam hal strategi sukses, Nursyamsa menegaskan bahwa sinergi dan kolaborasi antarelemen organisasi menjadi kunci. Dalam pada itu, gerakan dakwah Hidayatullah harus mengintegrasikan kekuatan DMP (Dewan Murabbi Pusat) dan DPP (Dewan Pengurus Pusat) secara harmonis.
“Aktivasi halaqah—baik di internal maupun yang tandang ke gelanggang sosial—adalah sarana utama untuk membangun jaringan dakwah yang dinamis dan berdampak,” katanya.
Beliau juga menyebutkan pentingnya aksi teknis melalui organ-organ seperti Departemen Komunikasi dan Penyiaran (DKP), Departemen Rekrutmen & Pembinaan Anggota, dan Departemen Perkaderan sebagai motor penggerak agar dakwah berjalan atraktif.
“Bahkan, landasan hukumnya jelas dalam PDO pasal 18 ayat 2 f yang menugaskan DMP mendorong rekrutmen anggota lewat tarbiyah dan dakwah,” terangnya.
Nursyamsa Hadis lantas menggarisbawahi bahwa dakwah kontemporer tidak cukup dengan pendekatan normatif, tetapi harus dipadukan dengan strategi pemberdayaan dan kolaborasi lintas bidang.
Ditambahkan dia, sinergi antara ruhaniyah dan struktur kelembagaan adalah fondasi untuk menegakkan peradaban umat yang kuat dalam menghadapi tantangan global yang kian kompleks.*/