AdvertisementAdvertisement

Meraih Bahagia dengan Memaafkan dan Hati yang Bebas dari Kebencian

Content Partner

HIDUP ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan membenci. Waktu terus berjalan, detik demi detik usia kita berkurang, dan setiap napas yang kita hirup membawa kita lebih dekat kepada ajal.

Lantas, mengapa kita harus mempersulit diri dengan membebani hati dengan kebencian?

Benci, iri, dan dengki adalah beban yang tak terlihat namun memiliki dampak luar biasa terhadap jiwa dan raga kita.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ

“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari sebagian yang lain.” (QS. An-Nisa: 32)

Ayat ini mengingatkan kita bahwa sifat iri dan dengki hanyalah merusak hati serta hubungan antarsesama. Rasulullah SAW juga bersabda:

لاَ تَحَاسَدُوْا ، وَلاَ تَنَاجَشُوْا ، وَلاَ تَبَاغَضُوْا ، وَلاَ تَدَابَرُوْا ، وَلاَ يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ ، وَكُوْنُوْا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا

“Janganlah kalian saling mendengki, janganlah saling membenci, janganlah saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara.” (HR. Muslim)

Kebencian bukan hanya menyakitkan bagi mereka yang menjadi sasaran, tetapi lebih dari itu, ia merusak kedamaian dalam diri kita sendiri.

Para peneliti dari Columbia University Irving Medical Center menemukan bahwa memendam perasaan marah dan benci secara terus-menerus memiliki dampak signifikan pada pembuluh darah, yang menjadikannya ‘kardiotoksik’.

Gangguan kesehatan akibat marah ini terjadi karena stres emosional yang ditimbulkan oleh kebencian memicu peningkatan hormon kortisol, yang jika dibiarkan dapat merusak sistem kekebalan tubuh.

Jangan Memperburuk Keadaan

Sebagai manusia, kita tentu pernah merasa sakit hati, kecewa, atau terluka oleh perbuatan orang lain. Namun, apakah menyimpan dendam akan mengobati luka itu? Nyatanya, tidak.

Justru, kebencian hanya memperburuk keadaan. Saat kita menyimpan benci, pikiran kita menjadi terfokus pada hal-hal negatif, sehingga menghalangi langkah kita menuju kebahagiaan dan ketenangan batin.

Hidup ini terlalu berharga untuk dihabiskan dalam gelapnya kebencian. Kita tidak tahu berapa banyak waktu yang tersisa untuk memperbaiki diri, mencintai, dan berbuat baik.

Jika kita menghabiskan waktu kita dengan rasa iri dan benci, maka kita melewatkan kesempatan berharga untuk merasakan kebahagiaan dan kedamaian. Bukankah lebih indah jika sisa umur kita digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan hati?

Maafkanlah, bahkan jika sulit. Melepaskan kebencian bukan berarti kita membenarkan kesalahan orang lain, tetapi karena kita memilih untuk membebaskan diri dari beban yang tidak perlu.

Saat kita memaafkan, kita membuka pintu kedamaian dalam hati dan memberi ruang bagi kebahagiaan untuk tumbuh. Penelitian oleh Tyler Vanderweele, profesor di Harvard T.H. Chan School of Public Health (2021), mengungkapkan dampak positif dari pemaafan terhadap kesehatan mental.

Temuan ini menegaskan bahwa praktik pemaafan, sebagaimana dianjurkan dalam Islam, dapat secara signifikan mengurangi tingkat kecemasan dan depresi. Lebih jauh, tindakan ini juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan mental secara keseluruhan.

Dalam konteks psikologi dan kesehatan masyarakat, hasil penelitian ini menegaskan pentingnya pemaafan (al ‘afwu) sebagai strategi efektif untuk mendukung kesehatan emosional dan memperkuat kualitas hidup.

Penemuan ini memberikan landasan ilmiah bagi intervensi berbasis pemaafan, yang dapat dimanfaatkan dalam terapi atau program kesehatan untuk mengatasi masalah psikologis yang umum terjadi.

Disinilah istimewanya ajaran Islam yang memerintahkan untuk memberi maaf. Waktu adalah anugerah yang tidak bisa kita putar kembali. Jangan sia-siakan dengan membenci. Isi hari-harimu dengan cinta, pengertian, dan keikhlasan.

Jadikan setiap momen sebagai ladang amal dan sarana mendekatkan diri kepada Allah. Ingatlah firman-Nya:

فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ

“Barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.” (QS. Asy-Syura: 40)

Hati yang bersih dari iri dan benci adalah hati yang siap menerima limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dalam kehidupan ini, tak ada yang lebih berharga daripada hidup dalam ketenangan batin.

Mulailah dari sekarang untuk melepaskan rasa benci yang membebani hatimu. Mulailah dari doa, introspeksi, dan usaha untuk memahami bahwa setiap manusia memiliki kelemahan, termasuk kita sendiri.

Hidup ini adalah perjalanan yang singkat dan penuh misteri. Maka, marilah kita jadikan perjalanan ini bermakna dengan menciptakan harmoni, menyebarkan kebaikan, dan menghindari segala sesuatu yang bisa merusak jiwa. Pada akhirnya, kebahagiaan sejati terletak pada hati yang ikhlas dan bebas dari kebencian.*/Muhammad Anzar

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

Shalat Dhuha, Sunnah yang Sarat Keutamaan

SHALAT Dhuha, yang menjadi bagian akhir dari rangkaian tulisan Serial Hikmah Amalan Subuh, memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Namun,...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img