SEMARANG (Hidayatullah.or.id) — Pernikahan merupakan salah satu fase kehidupan yang menentukan arah masa depan individu dan masyarakat. Sebagai institusi sosial dan spiritual, pernikahan tidak hanya melibatkan hubungan antara dua individu, tetapi juga menciptakan fondasi bagi generasi mendatang.
Demikian benang merah yang menjadi salah satu konklusi dari helatan Training Pranikah bertema “Menyiapkan Muslimah Shalehah untuk Generasi yang Berkualitas” digelar Departemen Keputrian Muslimat Hidayatullah (Mushida) Jawa Tengah berlangsung di Gedung Dakwah Hidayatullah, Jalan Wonodri No. 41, Semarang, Jawa Tengah, belum lama ini dan ditulis Senin, 11 Syaban 1446 (10/2/2025).
Pendidikan pranikah intensif sehari ini diikuti oleh puluhan remaja putri dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Solo, Semarang, Salatiga, Kudus, Grobogan, dan Jepara.
Dalam konteks Islam, kesiapan dalam membangun rumah tangga tidak hanya bersandar pada aspek materiil, tetapi juga pada pemahaman mendalam tentang nilai-nilai agama, moralitas, dan etika dalam berkeluarga.
Kegiatan ini dalam rangka membekali generasi muda dengan pemahaman yang komprehensif tentang kehidupan pernikahan. Pendidikan pranikah dinilai menjadi semakin relevan dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, termasuk pergeseran nilai-nilai sosial yang dipengaruhi oleh globalisasi dan modernitas.
Dalam sambutannya Ketua DPW Hidayatullah Jawa Tengah, Ahmad Ali Subur, menekankan bahwa kegiatan semacam ini memiliki nilai yang sangat tinggi.
“Kegiatan ini mahal, bukan dari segi biaya, tetapi dari segi ilmu dan kesempatan. Oleh karena itu, saya harap semua peserta bisa fokus dan mengambil pesan berharga dari para instruktur,” ungkapnya dalam sambutannya.
Training Pranikah ini kata Ahmad dirancang untuk memberikan bekal ilmu yang cukup bagi para remaja putri sebelum memasuki jenjang pernikahan. Materi yang disampaikan mencakup berbagai aspek fundamental, mulai dari orientasi berkeluarga, persiapan pernikahan, hingga solusi menghadapi problematika rumah tangga.
Selain itu, peserta juga dibekali dengan pemahaman mengenai pentingnya komunikasi yang harmonis dalam keluarga sebagai kunci utama dalam membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah.
Paradigma Pernikahan
Disamping itu, kondisi saat ini menunjukkan semakin meningkatnya tren individualisme dan pergeseran paradigma tentang pernikahan. Ketua PW Mushida Jawa Tengah, Tri Wahyu Prihatin, menyampaikan keprihatinannya terhadap fenomena ini.
Tri ungkapkan bahwa paham liberalisme telah memengaruhi pola pikir generasi muda, termasuk dalam cara mereka memandang institusi pernikahan.
“Banyak generasi muda yang memilih untuk tidak menikah dan lebih memilih hidup membujang. Padahal, hal ini bertentangan dengan kodrat manusia dan sunnah Rasulullah SAW,” tegasnya.
Tri Wahyu memberi pesan penting kepada peserta untuk membuat perencanaan matang dalam berumah tangga. “Buatlah rencana-rencana penting sebagai prioritas dalam mengarungi bahtera rumah tangga nanti. Simpan dan doakan agar harapan tersebut terkabul saat kalian berumah tangga,” tuturnya.
Selain aspek spiritual dan mental, pelatihan ini juga menekankan pentingnya memahami etika pergaulan antara lawan jenis. Dalam kerangka ini, Islam telah memberikan panduan yang jelas mengenai bagaimana seseorang seharusnya bersikap dan berinteraksi dalam menjaga kesucian diri sebelum menikah.
“Ilmu dan hikmah yang didapatkan hari ini harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pergaulan,” Tri Wahyu Prihatin.
Memasuki kehidupan pernikahan bukanlah perkara yang mudah. Tri menjelaskan, setiap pasangan akan menghadapi berbagai tantangan, baik dalam hal ekonomi, komunikasi, maupun perbedaan karakter. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan yang matang sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
Pembekalan pengetahuan, keterampilan, dan sikap bagi calon istri dan ibu menjadi salah satu fokus utama dalam pelatihan ini. Kesiapan ini tidak hanya mencakup aspek spiritual, tetapi juga mental, emosional, dan fisik. Dengan bekal yang memadai, para remaja putri diharapkan dapat menghadapi segala risiko dan konsekuensi dalam pernikahan dengan lebih bijaksana.
“Mempersiapkan diri sejak dini adalah kunci untuk meraih kehidupan berkeluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Hal ini mutlak dimiliki oleh setiap calon pasangan yang akan menikah yang ingin membangun keluarga harmonis bagagia dunia akhirat,” ungkap Tri memungkasi.*/Lilis Budiarsih