
MERAUKE (Hidayatullah.or.id) — Musyawarah Wilayah (Muswil) ke-1 Hidayatullah Papua Selatan menjadi tonggak penting bagi konsolidasi kelembagaan dan arah dakwah pasca-pemekaran wilayah. Diselenggarakan pada 1-2 Jumadil Akhir 1447 (22–23/11/2025) di Auditorium Kantor Bupati Merauke, forum ini menandai penguatan struktur organisasi serta perumusan rencana strategis pembangunan sumber daya manusia di kawasan paling timur Indonesia.
Pada momentum pembukaan, Wakil Bupati Merauke, Dr. Fauzun Nihayah, S.H.I., M.H., menegaskan apresiasinya terhadap kontribusi Hidayatullah. Ia menilai bahwa kehadiran Hidayatullah merupakan mitra strategis pemerintah dalam pembangunan sumber daya manusia berakhlak mulia di Papua Selatan.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan ungkapan simbolik berupa pantun sebagai pesan penguatan moral bagi para peserta musyawarah.
“Burung cenderawasih terbang menari, indah warnanya tak terperikan. Selamat bermusyawarah dengan hati nurani untuk dakwah Hidayatullah makin menguatkan persatuan,” katanya.
Sebagai ajang Muswil perdana, kegiatan ini melibatkan seluruh Dewan Pengurus Daerah (DPD) dan Dewan Pengurus Cabang (DPC) se-Papua Selatan. Ketua Panitia Muswil, Abdul Chaliq, Lc., menjelaskan bahwa peserta berasal dari berbagai unsur masyarakat, termasuk pejabat pemerintah, anggota DPR, ketua MUI Merauke, ketua organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah, NU, dan Wahdah Islamiyah, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), majelis taklim, ketua DKM, serta wali santri Hidayatullah Merauke.
Pihaknya juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh sponsor yang mendukung terselenggaranya Muswil perdana tersebut.
Agenda utama forum ini mencakup laporan pertanggungjawaban kepengurusan transisi serta penetapan Ketua DPW Hidayatullah Papua Selatan periode 2025–2030.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah, Saiful Anwar, memaparkan pesan Muswil DPP Hidayatullah yang menekankan bahwa jalan dakwah menuntut kesungguhan spiritual, komitmen sosial, dan ketahanan mental. Ia menjelaskan bahwa tantangan dalam dakwah justru menjadi pendorong spiritual para dai untuk menetapkan diri dalam barisan ad-daa’i ilallaah.
Saiful menguraikan dua dimensi penting yang harus dikawal para pemimpin dakwah, yakni kemampuan bersikap superior dalam menghadapi tantangan serta keharusan menghadirkan dampak nyata bagi masyarakat. Tanpa keduanya, tegasnya, dakwah tidak akan melampaui retorika dan gagal mengikuti keteladanan dakwah Rasulullah SAW.
Ia turut mengingatkan kembali perjuangan generasi awal Hidayatullah yang berbekal kesederhanaan, keikhlasan, serta kekuatan ibadah, terutama shalat Tahajjud, yang menjadi fondasi kekokohan mental dan keluasan pengaruh dakwah.



Menurutnya, spirit kesederhanaan tersebut memungkinkan para dai memberi perubahan berarti meski dengan fasilitas terbatas dan tanpa pendidikan akademik tinggi. Semangat itu pula yang membuat dakwah Hidayatullah tetap kuat, rendah hati, dan terhindar dari sikap thagha’.
Saiful kemudian menegaskan bahwa Hidayatullah kini memasuki 50 tahun kedua pergerakan dakwahnya dengan 38 DPW aktif di seluruh Indonesia, sebagai bukti kontribusi organisasi dalam memperjuangkan NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Ia menyebutkan bahwa komitmen dakwah Hidayatullah sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia dalam memperkuat harmoni sosial, lingkungan, dan keagamaan.
Muswil resmi ditutup dengan pembacaan SK Kepengurusan DPW yang menetapkan Zainal Abidin sebagai Ketua Hidayatullah Papua Selatan periode 2025-2030. Forum tersebut menghasilkan rekomendasi strategis untuk memperkuat sektor pendidikan dan dakwah serta peneguhan komitmen menjaga keutuhan NKRI di wilayah Papua Selatan.









