AdvertisementAdvertisement

Pemimpin Harus Memiliki Bekal Spiritual dengan Bertahannuts

Content Partner

DEPOK (Hidayatullah.or.id) — Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah Ust Dr H Nashirul Haq mengatakan seorang pemimpin harus memiliki bekal spiritual yang memadai dan hal itu dapat ditempa melalu proses tahannuts atau menyendiri untuk berfikir dan beribadah kepada Allah SWT.

“Bertahannuts sebenarnya bukan hanya sekedar beribadah kemudian mengumpulakn amal sebanyak-banyaknya, akan tetapi ini adalah proses menyiapkan diri sebelum menerima amanah yang besar,” katanya.

Hal itu disampaikan beliau dalam acara Kegiatan Transformasi Manhaj Pekanan mahasiswa yang digelar di Aula Utama Kampus STIE Hidayatullah Depok, Rabu (14/7/2021).

Ia mengatakan, bekal ruhani amat penting dimiliki oleh seorang pemimpin agar ia memiliki keteguhan. Orang yang lemah ibadahnya bisa dipastikan akan mudah down, malas serta lamban melakukan kebaikan (futur) dan pasti banyak mengeluh.

“Jangankan menyelesaikan masalah dalam urusan perjuangan dakwah ini, dalam urusan pribadi dan keluarganya saja belum tentu bisa ia selesaikan,” imbuhnya.

Oleh sebab itu, ia mengingatkan kepada generasi muda untuk menjaga ibadah dan merawat tradisi tahannuts ini, atau, dalam tradisi Hidayatullah dikenal dengan isitilah “bergua hiro”.

Tahannuts atau tahannuf adalah kebiasaan orang-orang hanif pada masa sebelum datangnya Islam atau salah satu perjalanan pra wahyu sebelum diangkatnya Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.

Beliau melanjutkan, suksesnya Nabi melewati fase bergua hiro tidak lepas dari dukungan sang istri tercinta, Ummul Mukminiin Khadijah Radiyallahu ‘Anha. Oleh sebab itu Ust Nashirul Haq berpesan kepada para peserta kajian manhaj ini agar kelak mencari pendamping hidup yang sepadan dan sevisi. Karena, jika tidak, maka akan sangat berat dia akan melewati perjuangan ini.

“Sebenarnya para kader Hidayatullah telah dibekali dengan manhaj yang luar biasa berupa salah satu surah yang selalu dibahas yaitu Al-Muzzammil dimana dalam surah ini terdapat beberapa azimat yang kemudian dikenal dengan istilah Gerakan Nawafil Hidayatullah (GNH) sebagai modal spiritual para kader. Bahkan, bisa dikatakan, Surat Almuzzamil adalah metode tahannuts dimasa modern,” ungkapnya.

Beliau pun menekankan pentingnya mengejawantah spirit daripada perikehidupan Rasulullah Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam sebagaimana telah ditulis dalam tinta emas Sirah Nabawiyah, dimana setiap peristiwa yang dialami oleh para rasul bukanlah kebetulan melainkan rekayasa Ilahiyah.

“Ini sebuah isyarat bahwa melahirkan pemimpin hebat dan tangguh itu perlu proses dan penggemblengan yang kontinyu. Pemimpin tidak bisa lahir secara kebetulan, tidak ada yang kebetulan. Hal demikian bisa dibuktikan dalam sejarah, yang berhasil memimpin dunia adalah mereka yang disiapkan sejak kecil,” imbuhnya.

Lebih jauh beliau menjelaskan bahwa fase bergua hiro adalah salah satu peristiwa pra wahyu yang dilalui oleh Nabiullah Muhammad SAW sebagai salah satu bentuk tarbiyah Ilahiyah yang langsung direkayasa oleh Allah SWT dalam rangka mempersiapkan pemimpin yang handal yang sanggup membawa risalah agama Islam ini.

“Fase pra wahyu ini diyakini oleh Hidayatullah sebagai sebuah proses yang harus dikontekstualkan dalam kehidupan para kadernya untuk melahirkan pemimpin yang Ideal kemudian hari nanti,” pungkasnya.

Kegiatan Transformasi Manhaj ini dipandu oleh Rasfiuddin Sabaruddin S.sy, MIRK, yang juga Wakil Ketua I bagian Akademik STIE Hdayatullah. Kegiatan pekanan yang dilakukan oleh STIE Hidayatullah ini sebagai upaya transformasi manhaj langsung dari para senior. (ybh/hio)

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

SAR Hidayatullah Gelar Rapimnas, Bahas Kesiapsiagaan Hadapi Ancaman Gempa Megathrust

SURABAYA (Hidayatullah.or.id) -- Ancaman gempa megathrust menjadi isu strategis dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) SAR Hidayatullah yang digelar di...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img