AdvertisementAdvertisement

Perubahan Mencerahkan: Urgensi Transformasi Organisasi dalam Perspektif Islam

Content Partner

SETIAP organisasi, apapun bentuknya baik yang profit maupun non profit termasuk organisasi dan gerakan Islam akan terus diperhadapkan dengan bergabai tantangan yang kompleks. Baik dinamika serta tuntutan internal organisasi itu sendiri maupun realitas eksternal yang terus berekembang.

Termasuk adanya tantangan adaptasi terhadap percepatan perubahan teknologi, kebutuhan akan inovasi yang cepat, dinamika dalam lingkungan global yang terus berubah, serta tuntutan untuk tetap relevan dalam lingkungan yang semakin beragam.

Selain itu, organisasi juga akan dihadapkan pada tekanan untuk memahami dan merespons tantangan lingkungan, seperti perubahan iklim, keberlanjutan kehidupan, dan masalah sosial yang semakin kompleks, sambil menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan tanggung jawab sosial.

Seluruh tantang ini mengharuskan organisasi untuk tetap fleksibel, adaptif, dan mampu bertransformasi secara kontinu, sambil mempertahankan integritas nilai inti mereka.

Organisasi apapun bentuknya, tidak bisa lagi hanya mengurusi internal rumah tangganya sendiri, namun mesti terlibat atau setidaknya bersinggungan terhadap realitas di sekitarnya.

Keniscayaan Perubahan

Kenyataan di atas memaksa organisasi untuk melakukan perubahan. Tidak bisa jumud dan nampak “sibuk bekerja” untuk mempertahankan status quo atau berada dalam zona nyaman (comfort zone).

Stagnasi dalam sebuah organisasi atau gerakan, akan mengakibatkan organisasi tersebut akan ditinggal, bahkan lenyap dari wacana dan proyek peradaban.

Dalam konteks Islam, konsep perubahan tidak hanya diterima, tetapi juga dianjurkan. Transformasi dalam perspektif Islam bukan sekadar inovasi atau adaptasi, melainkan pencarian kesempurnaan sesuai dengan tuntunan Allah Ta’ala.

Urgensi transformasi organisasi dalam konteks Islam terletak pada kemampuan organisasi untuk memperbaiki, meningkatkan, dan memperkaya nilai-nilai dan praktek mereka sesuai dengan ajaran agama.

Dengan demikian, transformasi organisasi dalam perspektif Islam, tentu saja senantiasa berorientasi ke depan, dan tentu saja sejalan dengan narasi besar yang sedang dikerjakan oleh organisasi.

Ia merupakan blended antara kerja-kerja profesional dengan standart dan kualitas serta indikator yang jelas dan terukur, serta kerja-kerja metafisika yang didorong oleh aspek ubudiyah dan spiritualias.

Sehingga, transformasi dalam persektif Islam, bukan sesuatu yang mudah semudah membuka telapak tangan, melainkan kerja-kerja yang berdimensi duniawi dan ukhrawi.

Urgensi Transformasi

Pertama, transformasi organisasi dalam perspektif Islam mengacu pada integrasi nilai-nilai etis dalam setiap aspek operasional. Jatidiri organisasi yang merupakan derivasi ajaran Islam itu sendiri, mesti diturunkan dalam konsep dan program yang jelas dan terukur dan mampu menjawab tantangan saat ini dan merespon ke masa depan.

Islam mengajarkan prinsip-prinsip moral yang harus tercermin dalam tindakan dan keputusan organisasi. Misalnya, kejujuran, keadilan, dan kepedulian sosial menjadi landasan bagi transformasi yang bersifat berkelanjutan.

Kedua, urgensi transformasi organisasi dalam perspektif Islam terletak pada konsep terus-menerus memperbaiki diri, yang dikenal sebagai “islah” Atau dalam bahasa manajemen dikenal dengan continues improvement.

Islah menekankan pentingnya refleksi diri, perbaikan, dan perubahan yang terus-menerus dalam mencapai kesempurnaan yang dianjurkan oleh agama. Dalam hal ini perlu dirumuskan juga, apa yang tidak bisa diubah (dhawabith) dan mana yang dapat berubah (mutaghayirat).

Ketiga, dalam perspektif Islam, transformasi organisasi juga mencakup konsep “istiqamah”, yang merujuk pada konsistensi dan keteguhan dalam mengikuti ajaran agama.

Dalam konteks organisasi, ini berarti konsistensi dalam menerapkan nilai-nilai Islam, tanpa melenceng ke arah yang bertentangan. Konsistensi ini sesungguhnya akan memandu dalam pelaksanaan perubahan pada aspek program (operasional) yang akan dirumuskan.

Keempat, urgensi transformasi dalam perspektif Islam juga mendorong keberanian untuk beradaptasi dengan perubahan zaman.

Islam mendorong untuk menggabungkan nilai-nilai abadi dengan solusi inovatif untuk menanggapi perubahan zaman yang terus berlangsung. Kekuatan kepemimpinan dan dukungan dari seluruh stakeholder organisasi menjadi bagian penting disini.

Kelima, urgensi transformasi dalam perspektif Islam juga mencakup peran edukasi dan pembelajaran. Organisasi yang berbasis Islam dianjurkan untuk senantiasa belajar, memperoleh pengetahuan baru, dan terbuka terhadap perbaikan dalam praktik dan kebijakan organisasi.

Sehingga, transformasi organisasi sesungguhnya juga menjadikan organisasi pembelajar (learning organization), di mana aspek intelektual/ keilmuan menjadi kunci, akan tetapi intelektual yang dipandu oleh aspek ruhiyah yang memadai.

Dengan demikian maka, dapat disimpulkan bahwa transformasi organisasi dalam perspektif Islam memiliki urgensi yang sangat ideologis dan strategis. Sebab, ia melampaui sekadar perubahan struktural atau operasional.

Ia menggali nilai-nilai spiritual dan etis Islam yang termuat dalam jatidiri organisasi, memberikan panduan yang kuat bagi organisasi untuk menjadi lebih baik, lebih baik melayani umat dan masyarakat, serta lebih baik mengintegrasikan nilai-nilai Islam yang universal.

Singkatnya, transformasi organisasi dalam perspektif Islam adalah tentang pencarian kesempurnaan dan konsistensi dalam menerapkan ajaran agama disegala aspek kehidupan. Sehingga melahirkan pencerahan yang semakin mencerahkan dalam menegakkan Peradaban Islam.

Dan, transformasi ini mestinya dimulai dari internal organisasi. Sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surat Ar-Ra’du (13:11) ini,

إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا۟ مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوْمٍ سُوٓءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”.

Wallahu a’lam.

*) Asih Subagyo, penulis Ketua Bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hidayatullah

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Indeks Berita Terbaru

SAR Hidayatullah Hadiri Rakor Basarnas Perkuat Kolaborasi dan Efektivitas Operasi

JAKARTA (Hidayatullah.or.id) -- Ketua Umum SAR Hidayatullah, Irwan Harun, didampingi Sekretaris Jenderal, Tafdhilul Umam, menghadiri undangan sebagai peserta Rapat...
- Advertisement -spot_img

Baca Terkait Lainnya

- Advertisement -spot_img