Hidayatullah.or.id — Sebanyak 60 dai utusan Pengurus Wikayah (PW) Hidayatullah se-Indonesia mengikuti Training (Pelatihan) Kepemimpinan II “Membangun Leadership dan Managerial Skill Leader” di Kalimulya, Cilodong, Depok, Jawa Barat. Pelatihan yang berlangsung di Aula Hidayatullah Training Center (HiTC) ini digelar selama lima hari ini dibuka pada Rabu, 17 Jumadil Akhir 1435 H (16/4/2014) malam.
Kamis (17/4/2014) paginya, para peserta pelatihan langsung mengikuti tes psikologi (psikotest) yang ditangani empat orang tenaga ahli dari lembaga resmi yang telah dikontrak. Pantauan hidayatullah.com di tempat acara, para dai dibagi dalam dua ruangan berbeda.
Direktur HiTC Ir Khairil Baits mengatakan, pelatihan tersebut merupakan upaya peningkatan kualitas para dai Indonesia. Dari sini mereka diharapkan memahami dan memiliki tiga kompetensi.
Pertama, kata Khairil, pemahaman dan penerapan kandungan al-Qur’an sebagai pedoman beragama. Kedua, pemahaman terhadap manajemen bermasyarakat dan berorganisasi. Ketiga, kemampuan mewujudkan agenda-agenda dakwah yang telah dicanangkan.
“Inilah yang menjadi tugas utama kita,” ujar Khairil dalam sambutannya pada malam pembukaan acara di aula Pesantren Hidayatullah Depok.
Khairil mengatakan, HiTC akan terus melakukan berbagai program-program pelatihan para dai. Dengan begitu, diharapkan mereka terus beregenerasi.
Bertolak dari Al-Qur’an
Pelatihan ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat (PP) Hidayatullah Ir Abu A’la Abdullah. Dalam sambutannya, Abu A’la mengatakan, ide pelaksanaan pelatihan tersebut bertolak dari al-Qur’an Surat al-Anfal ayat 60.
Dalam ayat tersebut, jelasnya, terdapat perintah untuk mempersiapkan segala kemampuan untuk menghadapi orang-orang kafir.
“Jadi kita (para dai. Red) harus selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi sesuatu yang besar,” ujar Abu A’la, yang hadir mewakili Ketua Umum Dr Abdul Mannan.
Di antara kemampuan yang harus dipersiapkan itu, menurutnya, adalah spiritual, intelektual, dan profesionalisme. Kesemua itu harus terpenuhi oleh para dai secara menyeluruh.
Abu A’la mengatakan, ada alasan tersendiri dipilihnya pesantren sebagai lokasi pelatihan. Dulu, acara-acara serupa sering diadakan di luar pesantren. Namun rupanya suasananya tidak kondusif bagi para dai.
“Dulu sering, (tapi) shalat berjamaahnya tidak bisa tenang, acaranya juga tidak tenang. Sehingga kembali ke markas perjuangan kita yaitu kampus (pesantren. Red),” jelasnya.
Abu A’la mengatakan, dia pernah berdiskusi dengan seorang tokoh nasional. Dari diskusi tersebut, dihasilkan rumusan aspek-aspek penting dalam perjuangan. Yaitu ide, konsep, jaringan, dan teknologi. Para dai pun ditantang untuk memenuhi semua aspek tersebut.
“Kita ditantang dan memang tidak gampang. Mudah-mudahan teman-teman peserta (pelatihan) semuanya menjadi peserta yang terbaik dalam segala aspek dalam perjuangan,” pungkas Abu A’la, lantas membuka pelatihan tersebut dengan basmalah diiringi takbir.
Usai acara pembukaan, acara langsung beranjak ke materi pertama dengan tema “Budaya Organisasi Imamah”. Materi ini dibawakan oleh Pimpinan Umum Hidayatullah Ustadz Abdurrahman Muhammad, dengan pembawa acara Ketua Departemen Perkaderan Ir Ahkam Sumadiana.
Ustadz Abdurrahman mengatakan, dalam Islam terdapat budaya kepemimpinan. Seorang pemimpin Islam, ujarnya, harus bisa mempengaruhi jamaahnya, serta rajin-rajin keluyuran memantau kondisi umat.
“Kita ini sebagai pemimpin semua, bagaimana kita memiliki budaya (keluyuran) itu,” pesannya.
Pelatihan ini akan berakhir pada Ahad (20/4/2014) mendatang. Pelatihan pertama telah berlangsung pada pertengahan Januari lalu. Para pesertanya adalah perwakilan Pimpinan Daerah dan Pimpinan Wilayah Hidayatullah se-Tanah Air.* (Skr aljihad)