MAKASSAR (Hidayatullah.or.id) — Lembaga Amil Zakat Nasional Baitul Maal Hidayatullah Sulawesi Selatan (Laznas BMH Sulsel) menghadiri Rapat Koordinasi (Rakor) yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia Kanwil Sulawesi Selatan, Rabu, 9 Jumadil Akhir 1446 (11/12/2024).
Bertempat di Jalan Nuri No. 53, Mariso, Kota Makassar, acara ini menjadi momentum strategis untuk membahas tata kelola zakat berbasis kolaborasi program keumatan.
Kepala Bidang Penerangan Agama Islam dan Pemberdayaan Zakat dan Wakaf (Penaiszawa) Kanwil Kemenag Sulsel, Dr. H. Mulyadi Iskandar, menegaskan pentingnya prinsip tata kelola zakat yang meliputi Aman Syar’i, Aman Regulasi, dan Aman NKRI.
Menurut Mulyadi, lembaga zakat perlu memperkuat sinergi dalam menjalankan program prioritas, salah satunya penyediaan makanan bergizi untuk santri. “Agenda ini bagian dari Hari Amal Bhakti. Kami berharap manfaatnya dirasakan lebih banyak umat,” ujar Mulyadi.
Dalam kerangka itu, Kadir, Kepala Laznas BMH Sulsel, menyampaikan apresiasinya atas kolaborasi yang dijalin dengan Kemenag Sulsel.
“Kolaborasi ini bermanfaat langsung bagi umat. Dana masyarakat kembali membantu mereka yang membutuhkan,” ungkapnya.
Sebagai bentuk konkret dari sinergi tersebut, Laznas BMH dan Kemenag Sulsel berencana melaksanakan program gizi santri pada 18 Desember 2024. Program ini bertujuan mendukung kesehatan dan pendidikan santri melalui penyediaan makanan bergizi gratis.
Penyediaan makanan bergizi bagi santri bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga investasi strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Berdasarkan laporan UNICEF 2023, sekitar 25% anak-anak Indonesia masih menghadapi tantangan gizi buruk atau stunting.
Dalam konteks pesantren, menurut Kadir, kebutuhan akan makanan bergizi semakin penting mengingat peran santri sebagai calon pemimpin bangsa. Program seperti ini menjadi langkah signifikan untuk mengatasi masalah tersebut.
Zakat, infak, dan sedekah (ZIS) memiliki potensi besar untuk memberdayakan umat. Melalui pengelolaan yang transparan dan akuntabel, dana yang dihimpun dari masyarakat dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung program-program keumatan.
“Program gizi santri adalah wujud nyata dari kembalinya dana masyarakat untuk masyarakat,” kata Kadir.
Hari Amal Bhakti yang diperingati setiap tahun menjadi momen refleksi untuk memperkuat program-program berbasis pemberdayaan.
Melalui pendekatan yang holistik, penyediaan makanan bergizi gratis bagi santri tidak hanya meningkatkan kesehatan, tetapi juga menunjang kemampuan mereka dalam belajar dan mengembangkan diri. Langkah ini sejalan dengan tujuan zakat untuk menciptakan keadilan sosial dan meningkatkan kesejahteraan umat.
Dengan keterlibatan berbagai pihak, lanjut Kadir, diharapkan upaya ini dapat menjadi model yang dapat direplikasi di wilayah lain.
“Pada akhirnya, investasi dalam gizi santri adalah investasi dalam masa depan bangsa, memastikan generasi penerus memiliki kesehatan fisik dan mental yang optimal untuk menghadapi tantangan global di masa mendatang,” tandas Kadir.*/Herim